Jakarta - Jumat (13/11), Dalam rangka Peringatan World Tsunami Awareness Day (WTAD) atau Hari Kesadaran Tsunami Sedunia Tahun 2020 yang rutin diselenggarakan setiap tahunnya pada kali ini telah menginjak usianya ke 30.
Pada peringatan World Tsunami Awareness Day (WTAD) ke-30 tersebut, BMKG menyelenggarakan Webinar dengan Tema "Memperingati Hari Tsunami Dunia; Membangun Budaya Siap, Selamat dan Sejahtera." secara virtual.
Sebagai host / penyelenggara kali ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merupakan Lembaga yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan Peringatan Dini Tsunami baik secara Nasional sebagai National Tsunami Warning Center (NTWC), sebagai Tsunami Service Provider (TSP) untuk negara di kawasan Samudera Hindia, maupun Pasific Tsunami Warning Center (PTWC) untuk negara di Kawasan Samudera Pasifik.
Tujuan diselenggarakannya Webinar ini adalah Melakukan Refleksi terhadap beberapa kejadian gempabumi dan tsunami di Wilayah Indonesia.
Diawali dengan sambutan Kepala BMKG Prof Ir.Dwikorita Karnawati, M.Sc. P.hD menyampaikan bahwa "Tsunami memang termasuk jenis bencana alam yang jarang terjadi, namun jika peristiwa ini terjadi bisa menghancurkan dalam sekejap pencapaian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang diperjuangkan selama berpuluh-puluh tahun serta korban jiwa yang sangat besar."
Lebih lanjut disampaikan "melalui kegiatan webinar ini saya ingin sedikit flashback, sebagai bahan refleksi saja. Dulu di tahun 2010-2012 SIsitem peringatan dini tsunami BMKG belum memiliki payung hukum sebagai kekuatan dalam menyebarkan informasi tsunami, sehingga pada waktu itu sistem itu masih bersifat tumpul dan bagi Instansi yang tidak melaksanakan penyebaran informasi tsunami tidak mendapatkan sanksi apapun".
Kemudian pada tahun 2018 kami para pimpinan dari Kementerian Lembaga terkait di bawah Koordinator Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman di dudukan bersama untuk membahas terkait dengan PERPRES untuk Multi Bencana di Indonesia. Hal ini sangat dibutuhkan agar ada aturan yang mengikat untuk saling bersinergi dalam rantai penyebaran informasi tsunami", tutur Dwikorita.
Walaupun sempat mengalami penundaan penandatanganan PERPRES, tambah Dwikorita akhirnya terciptalah PERPRES no 93 tahun 2019 yang mengatur 14 jenis macam bencana di wilayah Indonesia, dan diharapkan dengan adanya PERPRES tersebut didukuung oleh kesiapan Kultur dari masyarakat, sehingga nantinya tujuan zero victim saat terjadi tsunami bisa terwujud".
Di akhir sambutannya saat membuka secara resmi kegiatan Webinar Dwikorita menekankan "sejalan dengan Tema yang akan diusung pada kegiatan Webinar dalam rangka Peringatan WTAD tersebut, harapannya kegiatan ini dapat menjadikan refleksi atas kejadian gempabumi dan tsunami yang terjadi di Wilayah Indonesia. Mengingat wilayah Indonesia merupakan wilayah dengan kondisi geografis dengan banyak kepulauan dan memiliki aktivitas seismik yang sangat aktif. Untuk itu, diperlukan upaya untuk membangun kesadaran masyarakat guna membangun Budaya Siap agar dapat mengurangi resiko bencana gempabumi dan tsunami baik di tingkat nasional dan lokal sehingga dapat menyelamatkan lebih banyak jiwa dari kejadian bencana yang diakibatkan oleh gempabumi dan tsunami".
Kegiatan Webinar ini turut dihadiri kurang lebih 200 peserta dengan narasumber Dr. Ir. Harkunti P. Rahayu (Chair of Working Group 1 of ICG/IOTWS, Ketua IABI), Ardito M. Kodijat (Head of The Indian Ocean Tsunami Information Centre (IOTIC), Drs. Edy Suharmanto, M.Si (Plt. Direktur Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Kemendagri), Drs. I Made Rentin, AP, M.Si ( Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali), Erman Rahman, SE, M.Si (Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sumantera Barat).