
Kembali ke Berita
BMKG Sambut Doktor Baru, Perkuat Misi ‘Closing the Gap’ dan Inovasi Layanan Publik
03 July 2025
Fahmi Dendi Saputra
Berita

Jakarta, 3 Juli 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali menunjukkan komitmennya dalam penguatan sumber daya manusia (SDM) unggul melalui penyelenggaraan acara “Penyambutan Doktor Baru BMKG 2025”. Kegiatan ini digelar secara hybrid di Auditorium Gedung A BMKG, Jakarta, dan melalui Zoom Meeting, Kamis (3/7).
Penyambutan doktor baru menjadi salah simbol nyata upaya BMKG untuk menutup kesenjangan keilmuan dan teknologi (closing the gap) dengan negara-negara maju melalui program SDM Unggul sebagai investasi jangka panjang di sektor pendidikan dan riset.
Kepala BMKG, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., dalam sambutannya mengapresiasi capaian para doktor baru dan menekankan pentingnya keberlanjutan program SDM Unggul yang telah dirintis sejak 2018.
“Selamat karena telah berhasil melampaui ujian terberat dalam menempuh studi S3. Saya tahu banyak suka dan dukanya. Saya sering katakan, kalau Anda belum meneteskan keringat dan air mata, itu tandanya ‘hilal’ kelulusan belum terlihat. Bagaimana caranya agar keringat dan air mata menetes? Harus dengan kerja keras. Semakin banyak Anda bekerja, semakin banyak dievaluasi dan disalahkan,” kata Dwikorita.
Ia menyoroti bahwa program ini dirancang bukan hanya untuk pengembangan individu, melainkan juga sebagai langkah strategis mengejar ketertinggalan teknologi dan informasi. Dwikorita mencontohkan kesenjangan 20 tahun yang sempat terjadi antara kemampuan komputasi BMKG dengan negara maju seperti Jepang, yang berdampak pada lambatnya sistem peringatan dini tsunami.
“Saat saya mulai menjabat, kapasitas komputasi kita pada Januari 2018 setara dengan kapasitas Jepang pada tahun 1998. Akibatnya, Jepang bisa memberi peringatan tsunami 3 menit setelah gempa, sementara kita butuh 5 menit. Dalam kebencanaan, 2 menit bisa menentukan nyawa. Maka satu-satunya solusi adalah mengejar dan menutup kesenjangan ini demi kepentingan masyarakat,” tegasnya.
Salah satu doktor baru yang hadir adalah Dr. Maulana Putra, S.Si., M.T., lulusan S3 Instrumentasi dari Universitas Indonesia. Dalam disertasinya, ia mengembangkan metode estimasi curah hujan spasial dengan pendekatan ensemble machine learning yang menggabungkan data dari penakar hujan, radar cuaca, dan satelit.
“BMKG kini menjadi organisasi yang semakin adaptif terhadap teknologi. Kami berharap inovasi-inovasi seperti ini dapat menjawab tantangan perubahan iklim dan cuaca ekstrem di masa depan,” ujarnya.
Ia mengakui bahwa membagi waktu antara riset dan tugas kedinasan menjadi tantangan tersendiri, namun bisa dilalui dengan manajemen prioritas yang tepat.
Sementara itu, Dr. Weniza, Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG yang juga turut hadir sebagai lulusan S3 ITB. Ia mengembangkan riset mengenai layanan rendaman tsunami, satu aspek penting yang sebelumnya belum terakomodasi dalam sistem pelayanan BMKG.
“Tujuan riset saya adalah mengisi gap layanan di BMKG. Program SDM Unggul ini telah memberi jalur yang terstruktur dan terukur bagi kami untuk tumbuh dan menjadi agen perubahan,” jelasnya.
Dr. Weniza juga menekankan bahwa ketahanan mental dan semangat belajar adalah faktor utama dalam menyelesaikan studi doktoral.
Prof. Dwikorita kembali menegaskan bahwa hasil riset harus memiliki dampak nyata, tidak hanya berhenti sebagai publikasi ilmiah. Ia mendorong hilirisasi, paten, dan kerja sama lintas sektor agar inovasi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.
“Kalau paten Anda bisa menyelamatkan masyarakat, itu bukan hanya karya ilmiah, tapi juga amal jariyah. Inovasi Anda harus bisa digunakan di lapangan, bahkan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kolaborasi industri,” katanya.
Hingga Juli 2025, tercatat 619 pegawai BMKG telah menyandang gelar pascasarjana, terdiri dari 403 Magister dan 216 Doktor. Tahun ini saja, diproyeksikan sebanyak 177 orang akan lulus dari program S2 dan S3, baik di dalam maupun luar negeri. Per April 2025, 10 doktor dan 22 magister telah menyelesaikan studi mereka.
Penerimaan beasiswa baru juga terus dibuka. Pada semester pertama 2025, sebanyak 29 pegawai BMKG berhasil memperoleh beasiswa dari lembaga-lembaga prestisius seperti LPDP, British Council, Japan International Cooperation Agency (JICA), dan Korea Disease Control and Prevention Agency (KDCA).
Sebagai penutup, Dwikorita mengajak para doktor untuk menjadi pelopor perubahan, yakni memotivasi seluruh pegawai hingga 75% ASN BMKG dapat meraih gelar pascasarjana
“Saya mohon dengan sangat, 2% doktor di BMKG ini benar-benar menjadi truly agent of change. Jadilah laskar pembaharu, laskar inovator. Teruslah berkarya dan ajak rekan-rekan lain melanjutkan studi serta menjawab tantangan zaman,” pungkasnya.