Jakarta (26/12) - BMKG melakukan pengamatan fenomena Gerhana Matahari Cincin (GMC) di sejumlah wilayah Indonesia. Dari total 25 pusat kota dan kabupaten di 7 provinsi yang dilalui Gerhana Matahari Cincin, BMKG melakukan pengamatan di 21 lokasi.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan 25 kota yang dilintasi GMC tersebut adalah Aceh (Sinabang & Singkil), Sumatera Utara (Sibolga, Pandan, Tarutung, Padang Sidempuan, Sipirok, Gunung Tua, Sibuhuan), Riau (Pasir Pengaraian, Dumai, Bengkalis, Siak Sri Indrapura, Selat Panjang, Kepulauan Riau (Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun, Batam, Bandar Seri Bentan), Kalimantan Barat (Mempawah, Singkawang, Sambas, Bengkayang, Putussibau), Kalimantan Utara (Tanjungredep), dan Kalimantan Timur (Tanjungselor).
Ada 3 wilayah yang mendapat GMC secara sempurna, yaitu Nias, Singkawang (Kalimantan Barat), dan Tanjung Pandan (Bangka Belitung). BMKG pun melakukan pengamatan secara langsung di 3 lokasi tersebut.
Daerah lainnya di Indonesia juga masih bisa mengamati GMC. Namun, kata Dwikorita, berupa Gerhana Matahari Sebagian dengan magnitudo gerhana tertentu, seperti halnya pengamatan yang dilakukan di Kantor Pusat BMKG Kemayoran, Jakarta.
"Gerhana yang teramati dari DKI Jakarta berupa Gerhana Matahari Sebagian dengan magnitudo gerhana terentang antara 0,784 di Jakarta Selatan hingga 0,799 di Kepulauan Seribu. Puncak GMC di Jakarta terjadi pada pukul 12.36 WIB" ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa Gerhana Matahari Cincin adalah peristiwa terhalangnya cahaya Matahari oleh Bulan sehingga tidak semuanya sampai ke Bumi. "Fenomena yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan Matahari, Bumi, dan Bulan ini terjadi pada saat fase bulan baru," tuturnya. Akibatnya, saat puncak gerhana, sambung Dwikorita, Matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya.
Dwikorita menambahkan, meskipun GMC di suatu lokasi dapat diprediksi, peristiwa tersebut tidak berulang di lokasi tersebut dengan siklus tertentu. "GMC yang akan datang dan dapat diamati di Indonesia akan terjadi pada 21 Mei 2031 dengan jalur cincin melewati Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Kemudian pada 14 Oktober 2042, dengan jalur cincin melewati Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur," ucap Dwikorita.