Hari Kamis (27/10/2016) pukul 15.17.49 WIB, wilayah Sulawesi Utara diguncang gempabumi tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempabumi terjadi dengan kekuatan M=5,9. Pusat gempabumi terletak pada 1,34 LU dan 125, 84 BT, tepatnya di laut pada jarak 75 km arah tenggara Kota Bitung dengan kedalaman 94 km.
Hasil analisis peta tingkat guncangan (shake map) BMKG menunjukkan bahwa dampak gempabumi berupa guncangan cukup kuat dirasakan di Manado, Bitung, Kotamobagu, Bolaang Mongondow, Tagulandang, Tahuna, dan Pulau Mayou dalam skala intensitas II SIG BMKG (III-IV MMI). Banyak warga di daerah ini terkejut akibat guncangan gempabumi hingga berlarian berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Namun demikian hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan akibat gempabumi.
Hasil monitoring BMKG hingga saat ini belum terjadi gempabumi susulan. Untuk itu kepada masyarakat di Sulawesi Utara dihimbau agar tetap tenang, khusus bagi warga yang bermukim di pesisir pantai dihimbau agar tidak terpancing isu mengingat gempabumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami.
Gempabumi Sulawesi Utara ini jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya merupakan jenis gempabumi menengah, sehingga wajar jika guncangannya dirasakan dalam wilayah yang luas. Pembangkit gempabumi ini adalah aktivitas subduksi lempeng, dalam hal ini terjadi deformasi batuan pada slab Lempeng Laut Maluku pada kedalaman 94 km di bawah lepas pantai tenggara Bitung.
Sebagai sistem subduksi dobel, selain menunjam ke arah timur di bawah busur Halmahera hingga kedalaman 300 km, maka di bawah Sangihe, Zona Benioff Lempeng Laut Maluku juga menunjam ke arah barat hingga mencapai kedalaman sekitar 600 km. Patut disyukuri bahwa dengan kedalaman hiposenter gempa di kedalaman menengah ini menjadikan potensi tsunami sangat kecil. Sistem subduksi Lempeng Laut Maluku dalam beberapa tahun terakhir memang sangat aktif dalam membangkitkan gempabumi signifikan dengan kedalaman di atas 60 km.***
Dr. DARYONO, S.Si.,M.Si.
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG