BMKG Gelar Sekolah Lapang Cuaca untuk Nelayan Gunungkidul

  • Hatif Thirafi
  • 21 Sep 2021
BMKG Gelar Sekolah Lapang Cuaca untuk Nelayan Gunungkidul

Gunungkidul - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati membuka secara langsung kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) untuk komunitas nelayan di Pantai Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Selasa (21/9).

SLCN di Gunung Kidul ini bertujuan memberikan pemahaman terkait pemanfaatan informasi cuaca dan iklim secara efektif dalam mendukung kegiatan perikanan.

Dalam kesempatan tersebut, Dwikorita meminta nelayan disepanjang pesisir selatan Jawa untuk mewaspadai potensi perubahan cuaca ekstrem jelang masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

"Pada musim peralihan, gelombang tinggi, badai, angin kencang, atau cuaca buruk dapat sewaktu-waktu terjadi. Ketinggian gelombang bisa mencapai kisaran 4 - 6 meter," ungkap Dwikorita.

Seperti diketahui, sejumlah wilayah di Indonesia diprediksi akan mengalami musim hujan lebih besar dari biasanya. Diantaranya yaitu, sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Seram bagian selatan, dan Papua bagian selatan. Puncak musim hujan periode 2021/2022 sendiri diprediksi akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022.

Dwikorita menambahkan, BMKG dan badan meteorologi dunia lainnya memprediksi peluang terjadinya La Nina dengan kategori lemah hingga moderat menjelang akhir tahun 2021 hingga awal tahun 2022. Sementara itu, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) Netral diprediksi bertahan setidaknya hingga Januari 2022.

"Jika La Nina terjadi, maka akan berdampak pada peningkatan curah hujan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini juga berdampak pada risiko terjadinya bencana hidrometeorologi," imbuhnya.

Dwikorita menuturkan, perubahan cuaca ekstrem jelang masa peralihan sangat mempengaruhi keselamatan pelayaran perahu nelayan saat tengah mencari ikan. Maka dari itu, BMKG menghimbau kepada nelayan untuk terus mengupdate informasi cuaca sebelum memutuskan untuk berlayar.

Selain membaca tanda-tanda alam seperti kemunculan awan Cumulonimbus yang berbentuk seperti bunga kol bergulung-gulung, lanjut dia, nelayan perlu juga mengakses informasi cuaca real time yang dikeluarkan pemerintah melalui BMKG.

"Informasi dari BMKG tersebut dijadikan pijakan keputusan, apakah akan melaut atau tidak. Kapan harus berlayar, dan kapan harus menunggu. Waktu menunggu bisa dimanfaatkan untuk perbaikan kapal atau jaring," ujarnya.

Dalam pembukaan SLCN tersebut, turut hadir Bupati Gunungkidul Sunaryanta dan Anggota Komisi V DPR RI H. Sukamto, dan stakeholder terkait.

Gempabumi Terkini

  • 24 April 2024, 12:41:50 WIB
  • 4.2
  • 7 km
  • 5.89 LS - 112.49 BT
  • Pusat gempa berada di laut 122 Km Timur Laut Tuban
  • Dirasakan (Skala MMI): III-IV Bawean
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 122 Km Timur Laut Tuban
  • Dirasakan (Skala MMI): III-IV Bawean
  • Selengkapnya →

Siaran Pers