Bali - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan IOC - UNESCO menyelenggarakan kegiatan Indian Ocean Tsunami Ready (IOTR) Workshop di Sakala Resort, Bali yang akan dilaksanakan pada tanggal 22 hingga 26 November 2022.
Tujuan diselenggarakannya workshop ini adalah untuk mendorong dan mendukung negara-negara anggota UNESCO-IOC Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System (IOTWMS) untuk mengimplementasikan UNESCO-IOC Tsunami Ready Recognition Programme (TRRP). Tsunami Ready Program menunjukkan bagaimana negara-negara dapat bekerja sama untuk mengurangi risiko bagi komunitas dengan meningkatkan peringatan, meningkatkan kesiapsiagaan, dan mempraktikkan respons.
Dalam sambutannya, Kepala BMKG Dwikorita menyebutkan tsunami merupakan bencana yang paling mematikan dari semua bencana alam yang terjadi secara tiba - tiba. Tsunami Aceh pada tahun 2004 sangat berdampak fatal bagi negara-negara di Samudera Hindia hingga menyebabkan banyak korban jiwa.
"Oleh karena itu, kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap tsunami, terutama di daerah sumber yang dihasilkan secara lokal, di mana tsunami dapat tiba dalam hitungan menit, masyarakat perlu dididik, sadar dan siap untuk menanggapi bahaya alam, serta memahami peringatan resmi," kata Dwikorita dalam sambutannya.
Dalam momen ini, Dwikorita mendorong anggota komunitas negara - negara Samudera Hindia untuk membangun, memperkuat, dan mengembangkan kapasitas dan kemampuan dalam merespon ancaman tsunami dan program Tsunami Ready Community.
"ICG/IOTWMS mendorong Tsunami Ready Recognition Programme (TRRP) diimplementasikan di wilayah Samudra Hindia yang berkontribusi terhadap UN Ocean Decade of Science, membuat 100% masyarakat yang berisiko tsunami siap dan tangguh terhadap tsunami pada tahun 2030," lanjutnya.
Di akhir sambutannya, Dwikorita berharp adanya diskusi aktif dan produktif dalam memitigasi, membangun kesiapsiagaan, dan mengurangi risiko ancaman tsunami yang akan terjadi.
"Apresiasi setinggi-tingginya saya sampaikan kepada penyelenggara di Sekretariat ICG/IOTWMS UNESCO-IOC, IOTIC, Kantor UNESCO Jakarta, UNESCAP, dan BMKG. Tanpa kerja keras dan dedikasi mereka, mustahil bagi kami untuk mengadakan workshop penting ini," pungkasnya.