Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus berkomitmen dalam meningkatkan sistem informasi dan peringatan dini terhadap gempa bumi dan tsunami di wilayah dengan potensi terdampak Megathrust sebagai bagian dari upaya melindungi masyarakat, kegiatan ekonomi, kehidupan sosial, dan lingkungan dari ancaman bencana.
Perihal ini disampaikan Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati pada saat audiensi dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Rachmat Pambudy di Ruang Rapat Bappenas,(08/11).
Dalam agenda ini, BMKG mengajukan proyek peningkatan sistem monitoring gas rumah kaca (GRK), pengembangan layanan informasi cuaca berbasis dampak hingga ke tingkat desa, serta sistem peringatan dini untuk gempa bumi dan tsunami di area megathrust.
Dwikorita menekankan pentingnya pembangunan sistem monitoring GRK terintegrasi untuk adaptasi perubahan iklim dan mendukung ekonomi hijau. "Dengan adanya sistem monitoring GRK yang modern, kita bisa mengukur dan memprediksi emisi serta serapan karbon secara ilmiah, sehingga mendukung transformasi ekonomi berkelanjutan," ujarnya.
Usulan BMKG lainnya adalah pengembangan layanan Impact Based Forecast (IBF) hingga ke tingkat desa untuk memperkuat ketahanan pangan, energi, dan air. Selain itu, BMKG mengusulkan peningkatan sistem peringatan dini gempa dan tsunami di wilayah rawan megathrust untuk melindungi kehidupan dan kegiatan ekonomi di wilayah terdampak.
Peningkatan layanan ini diharapkan tidak hanya untuk adaptasi terhadap perubahan iklim, namun juga sebagai mitigasi bencana demi melindungi masyarakat dan mengurangi risiko ekonomi akibat cuaca ekstrem.