Jakarta, Senin (26/9/2016). BMKG menjadi tuan rumah WMO/UKMO and BMKG Aviation Seminar 2016. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara United Kingdom Meteorological Office dengan didukung oleh Badan Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization). Tahun ini, tema yang diangkat mengenai pemahaman Aviation Hazards atau gangguan cuaca yang berpengaruh signifikan terhadap keselamatan penerbangan.
Di depan media massa, Kepala BMKG, Dr. Andi Eka Sakya, M. Eng mengutarakan bahwa kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pedoman dan bimbingan praktis teknik prakiraan meteorologi dalam rangka mendukung keselamatan penerbangan. ``Kegiatan yang diikuti oleh 20 negara yang sebagian besar merupakan negara Least Developed Country (LDC) ini akan dilaksanakan lima 5 hari ke depan (26-30/09/2016). Pada seminar kali ini akan dijelaskan terkait pedoman tata cara pengamatan, prakiraan, dan pelaporan fenomena gangguan cuaca berbahaya terhadap penerbangan,``ujar Andi Eka.
Kita dapat menjumpai gangguan cuaca dalam bentuk thunderstorm, icing, turbulence, volcanic ash dan fenomena cuaca berbahaya lainnya yang memang terbukti pernah tercatat sebagai insiden pada operasional pesawat. ``Di dunia penerbangan, kita pun sering mengalami Clear Air Turbulance (CAT) , kondisi ini menjadi salah satu pembahasan dalam forum ini,``tambah Andi Eka.
Sementara John Ward, Perwakilan dari UKMO mengutarakan bahwa Indonesia merupakan negara yang rawan terjadinya cuaca buruk, seperti thunderstorm, turbulensi, dan abu vulkanik yang disebabkan oleh letusan gunung berapi. Kondisi inilah yang menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan pesawat sehingga diharapkan melalui kegiatan ini dapat meningkatkan keselamatan penerbangan internasional.
Jika kita menengok Kejadian kecelakaan pesawat pada awal pekan Mei 2016 yaitu dua pesawat asing dilaporkan mengalami turbulensi di wilayah Indonesia yang menyebabkan beberapa penumpang terluka. Turbulensi pertama dialami oleh pesawat Etihad Airways EY474 rute Abu Dhabi - Jakarta pada 4 Mei 2016 di atas pulau Sumatera. Tiga hari kemudian, kejadian serupa dialami Hong Kong Airlines HX6704 rute Denpasar - Hong Kong. Kejadian ini mengingatkan kita bahwa kondisi cuaca di setiap rute penerbangan berpengaruh serius terhadap kondisi penerbangan.
ICAO (International Civil Aviation Organization) mewajibkan setiap negara untuk menunjuk unit MWO (Meteorological Watch Office) yang bertanggung jawab memberikan informasi fenomena cuaca berbahaya di rute penerbangan di wilayah udara yang menjadi tanggungjawabnya. (rn/rz)