HARI Rabu 19 Oktober 2016, pukul 07.25.57 WIB, gempabumi M 6,3 mengguncang kawasan yang luas mencakup Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Padang, rata rata dalam skala intensitas II SIG BMKG atau III MMI. Variasi besarnya kekuatan guncangan sangat dipengaruhi kondisi tanah setempat di masing masing daerah.
Pusat gempa terletak pada koordinat 4,98 LS dan 108,15 BT tepatnya di Laut Jawa sebelah utara Jawa Barat dengan hiposenter mencapai kedalaman 615 km. Sehingga wajar dengan kedalaman ini guncangan gempa tersebar dalam spektrum sangat luas.
Meskipun gempabumi ini termasuk klasifikasi gempabumi kuat, tetapi patut disyukuri bahwa gempabumi ini merupakan gempabumi hiposenter dalam (deep focus earthquake) yang tidak berpotensi merusak dan tidak berpotensi tsunami.
Gempabumi dalam dengan hiposenter melebihi 300 km di Laut Jawa merupakan fenomena menarik, karena sangat jarang terjadi.
Secara tektonik, zona Laut Jawa terletak di zona pertemuan lempeng yang memiliki keunikan tersendiri,i karena di wilayah ini Lempeng Indo-Australia menyusup curam ke bawah Lempeng Eurasia hingga kedalaman sekitar 625 km.
Jika ditinjau kedalaman hiposenter gempabumi yang terjadi dan mekanisme sumbernya yang berupa sesar turun (deep normal), maka aktivitas yang terjadi sangat mungkin masih dipengaruhi gaya gaya tarikan slab ke bawah.
Dalam hal ini gaya tarikan lempeng ke bawah (slabpull) yang lebih dominan karena pada kedalaman Zona Transisi Mantel bagian bawah terjadi ketidakseimbangan gaya yg dipengaruhi gaya apung lempeng (slab bouyancy) dan dominasi ada pada gaya menarik lempeng kebawah.
Aktifnya "deep focus earthquake" di Laut Jawa ini menjadi petunjuk bagi kita semua bahwa proses subduksi lempeng dalam di utara Pulau Jawa hingga kini masih berlangsung.***
DARYONO
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG