Kembali ke Prospek Cuaca Mingguan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 15–21 Oktober 2024: Cuaca Panas dan Potensi Hujan Agar Tetap Diwaspadai di Sejumlah Wilayah dalam Sepekan ke Depan

15 October 2024

Nurul Izzah Fitria

Prospek Cuaca Mingguan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 15–21 Oktober 2024: Cuaca Panas dan Potensi Hujan Agar Tetap Diwaspadai di Sejumlah Wilayah dalam Sepekan ke Depan

Cuaca Panas dan Potensi Hujan Agar Tetap Diwaspadai di Sejumlah Wilayah dalam Sepekan ke Depan

Dalam beberapa waktu terakhir ini sejumlah wilayah di selatan Indonesia terutama Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mengalami cuaca panas pada siang hari yang diikuti dengan turunnya hujan pada sore hingga malam hari. Kondisi ini merupakan salah satu ciri masa peralihan musim dimana pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari. Karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dalam durasi singkat.

Kondisi Dinamika Atmosfer Terkini

Adanya kondisi cuaca panas terkonfirmasi berdasarkan data pengamatan suhu udara maksimum terkini yang mencapai 37.5 derajat celsius di beberapa wilayah Indonesia. Beberapa wilayah tersebut meliputi Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Kaharudin Nusa Tenggara Barat (37,5 °C), Stasiun Meteorologi Gewayantana Nusa Tenggara Timur (36,9 °C), Stasiun Meteorologi Kertajati Jawa Barat dan Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Salahuddin Nusa Tenggara Barat (36,8 °C), Stasiun Meteorologi Perak I Jawa Timur (36,7 °C), Stasiun Meteorologi Tanjung Perak Jawa Timur (36,2 °C), Stasiun Meteorologi Tanjung Emas Jawa Timur (36,1 °C), dan Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Jawa Tengah (36,0 °C).

Sementara itu, dalam sepekan terakhir curah hujan di beberapa wilayah Indonesia masih relatif tinggi. Tercatat hujan dengan intensitas ekstrem (>150 mm/hari), sangat lebat (100-150 mm/hari) dan lebat (50-100 mm/hari) terjadi pada tanggal 11 Oktober di Stasiun Meteorologi Maritim Bitung Sulawesi Utara (80 mm/hari); tanggal 12 Oktober di Stasiun Meteorologi Minangkabau Sumatera Barat (109 mm/hari), Stasiun Meteorologi Raja Haji Fisabilillah Kep. Riau (71 mm/hari); dan tanggal 13 Oktober di Stasiun Meteorologi Minangkabau Sumatera Barat (79 mm/hari), Stasiun Meteorologi Pattimura Maluku (76 mm/hari), dan Stasiun Meteorologi Domine Eduard Osok di Papua Barat (70 mm/hari).

Secara global dan regional, nilai IOD, SOI, Nino 3.4, dan MJO pada fase 4 Netral tidak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di Indonesia. Namun, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial diperkirakan akan aktif di Samudra Hindia sebelah barat Lampung dan Laut Andaman dalam sepekan ke depan. Disisi lain, gelombang atmosfer Kelvin diprediksi aktif di sebagian wilayah Sumatera, bagian selatan Kalimantan, Samudra Hindia sebelah barat Banten, perairan barat dan utara Aceh, serta Laut Cina Selatan. Aktivitas atmosfer ini berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan di wilayah-wilayah tersebut.

Sirkulasi siklonik terpantau di perairan barat laut Aceh, di Samudra Hindia barat Sumatra, di Laut Cina Selatan, di Samudra Pasifik timur Filipina, dan di Selat Makassar yang membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang dari Aceh hingga Sumatra Utara, di Laut Natuna, di Kalimantan Tengah, dari Utara Kalimantan hingga Kalimantan Timur, dan di Sulawesi bag tengah. Daerah konvergensi lainnya juga memanjang Kep.Bangka Belitung hingga Kep.Riau, dari Riau hingga Kep.Riau, di Bengkulu, dari NTT hingga Jawa Timur, di Kalimantan Tengah bag utara, di Kalimantan Utara, di Kalimantan Selatan, di Sulawesi bag tengah, di Maluku Utara, di Laut Sulawesi dan dari Papua Pegunungan hingga Papua Barat Daya. Daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau berada di Laut Jawa dan di Laut Cina Selatan. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar daerah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut.

Labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kep. Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Kep.Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Pegunungan dan Papua Selatan.

Kondisi atmosfer yang labil di masa peralihan meningkatkan potensi terbentuknya awan konvektif seperti Cumulonimbus (CB), yang bisa memicu cuaca ekstrem seperti petir, angin kencang, bahkan hujan es.

Prospek Cuaca Sepekan ke Depan

Berdasarkan analisis terkini, kondisi suhu panas diprediksikan masih dapat terjadi dalam sepekan ke depan pada siang hari, yang diikuti dengan potensi turunnya hujan pada sore hingga malam hari terutama di wilayah Pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara. Hal ini merupakan ciri masa peralihan menuju musim hujan di wilayah tersebut.

Awal musim hujan di wilayah tersebut bervariasi namun secara umum awal musim hujan di prediksi akan terjadi pada akhir Oktober hingga awal November mendatang dengan puncak musim hujan terjadi pada bulan Januari-Februari 2025.

Sementara itu, untuk wilayah Indonesia lainya masih berpotensi terjadi hujan sedang hingga lebat. Hal ini karena beberapa wilayah Indonesia tersebut terutama di Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, hingga Kalimantan Timur, diperkirakan telah memasuki awal musim hujan pada Oktober dasarian II.

Peringatan Dini

Potensi cuaca signifikan dalam periode 15 – 21 Oktober 2024, berupa:

Potensi Hujan sedang – lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di wilayah

  • Aceh
  • Sumatra Utara
  • Sumatra Barat
  • Riau
  • Kep. Riau
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Kep. Bangka Belitung
  • Bengkulu
  • Lampung
  • Banten
  • Jakarta
  • Jawa Barat
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Utara
  • Sulawesi Utara
  • Gorontalo
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tenggara
  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua Pegunungan
  • Papua Barat Daya
  • Papua Barat
  • Papua Tengah
  • Papua
  • Papua Selatan.

Potensi Angin Kencang di wilayah

  • Banten
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • DI Yogyakarta
  • Jawa Timur

Imbauan

Dengan adanya potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia, masyarakat dihimbau untuk tidak panik menghadapi suhu panas dan tetap mengikuti langkah mitigasi seperti memakai pelindung atau tabir surya saat beraktivitas di luar, serta memastikan asupan cairan cukup agar terhindar dari dehidrasi.

Selain itu, penting untuk waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan cuaca ekstrem lainnya, terutama di daerah rawan. Masyarakat juga diharapkan mengenali potensi bencana, menjaga kebersihan lingkungan, dan selalu memperbarui informasi dari BMKG terkait prakiraan cuaca serta protokol evakuasi jika terjadi bencana.

Informasi lebih lengkap bisa diakses melalui website BMKG https://www.bmkg.go.id, media sosial (@infobmkg), atau aplikasi infoBMKG.

Informasi ini telah diperbarui pada 14 Oktober 2024, 22.42 WIB

Jakarta, 14 Oktober 2024

Pusat Meteorologi Publik BMKG

Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Prospek Cuaca Mingguan Lainnya

Prospek Cuaca Mingguan Periode 6–12 Mei 2025: Transisi Menuju Musim Kemarau: Dominasi Cuaca Cerah Namun Tetap Waspada Potensi Hujan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 6–12 Mei 2025: Transisi Menuju Musim Kemarau: Dominasi Cuaca Cerah Namun Tetap Waspada Potensi Hujan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 2-8 Mei 2025: Memasuki Awal Musim Kemarau di Sebagian Wilayah Indonesia, Tetap Waspada Potensi Hujan Lebat Berdurasi Singkat!

Prospek Cuaca Mingguan Periode 2-8 Mei 2025: Memasuki Awal Musim Kemarau di Sebagian Wilayah Indonesia, Tetap Waspada Potensi Hujan Lebat Berdurasi Singkat!

Prospek Cuaca Mingguan Periode 29 April–5 Mei 2025: Waspada Cuaca Panas di Masa Peralihan Musim

Prospek Cuaca Mingguan Periode 29 April–5 Mei 2025: Waspada Cuaca Panas di Masa Peralihan Musim