
Kembali ke Prospek Cuaca Mingguan
Prospek Cuaca Mingguan Periode 18 – 24 November 2025: Sepekan ke Depan: Kombinasi MJO, Kelvin dan Rossby Tingkatkan Risiko Cuaca Ekstrem
17 November 2025
Rira Angela Damanik
Prospek Cuaca Mingguan

Sepekan ke Depan: Kombinasi MJO, Kelvin dan Rossby Tingkatkan Risiko Cuaca Ekstrem
BMKG mencatat kejadian hujan lebat dengan curah hujan pada kisaran 50 – 100 mm/hari di sejumlah daerah di Indonesia pada periode 13 – 17 November 2025. Beberapa diantaranya adalah di Tanah Merah, Papua Selatan (92.2 mm/hari), Palembang, Sumatera Selatan (65.2 mm/hari), Tanjung Harapan, Kalimantan Timur (60.0 mm/hari), Nunukan, Kalimantan Utara (70.2 mm/hari), Bandaneira, Maluku (62.9 mm/hari), Makassar, Sulawesi Selatan (61.4 mm/hari), Mimika, Papua (58.2 mm/hari), dan Tolitoli, Sulawesi Tengah (56.3 mm/hari). Kejadian hujan lebat di berbagai wilayah ini, disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi dinamika atmosfer Indonesia, baik pada skala global, regional, maupun lokal.
BMKG memprakirakan sejumlah faktor utama masih akan mempengaruhi dinamika cuaca di Indonesia dalam sepekan ke depan. Sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat daya Sumatera – Banten dan di Laut Cina Selatan, serta Bibit Siklon Tropis 97S di Laut Timor Selatan Maluku diprediksi tetap konsisten dalam beberapa hari ke depan, sehingga turut mendukung pertumbuhan awan konvektif di wilayah-wilayah tersebut. Di sisi lain, aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang atmosfer seperti Rossby Equatorial serta Kelvin saat ini terpantau aktif di sebagian besar wilayah Indonesia. Kondisi ini juga diperkuat oleh kelembapan udara yang tinggi dan kondisi atmosfer yang relatif labil, sehingga cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sebagian wilayah Indonesia.
Sebagai bentuk kewaspadaan bersama, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti genangan, banjir, dan longsor yang berisiko mengganggu aktivitas harian maupun kelancaran transportasi. Masyarakat juga diharapkan menjaga kebersihan lingkungan serta memastikan saluran dan sistem drainase berfungsi dengan baik sebagai bagian dari upaya mitigasi. Di samping itu, pemantauan informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca resmi dari BMKG secara berkala sangat penting dilakukan sebelum merencanakan aktivitas di luar rumah.
Dinamika Atmosfer Sepekan ke Depan
Selama satu minggu kedepan, potensi perkembangan awan hujan di berbagai wilayah Indonesia diperkirakan masih signifikan. Kondisi ini dipengaruhi oleh perpaduan fenomena atmosfer skala global, regional, dan lokal yang secara bersamaan mendukung pertumbuhan awan konvektif.
Pada skala global, kontribusi peningkatan pembentukan awan hujan dari Samudera Hindia dengan indikator Dipole Mode Index (DMI) saat ini tercatat sebesar −1.57. Meskipun kondisi El Nino-Southern Oscillation (ENSO) berada dalam kategori netral, dengan nilai indeks NINo 3.4 sebesar -0.42, kontribusi dari Samudera Pasifik berdasarkan indeks Southern Oscillation Index (SOI) menunjukkan nilai signifikan, yaitu +13.9. Kedua hal tersebut mengindikasikan adanya aliran massa udara signifikan masuk ke wilayah Indonesia, baik dari Samudra Hindia maupun dari Samudra Pasifik. Penguatan Monsun Asia yang ditandai dengan nilai WNPMI yang signifikan serta dominasi komponen angin zonal baratan di wilayah Indonesia semakin meningkatkan pasokan uap air dari Samudra Hindia dan memicu pembentukan awan hujan. Meskipun Madden–Julian Oscillation (MJO) berada pada fase 6 (Western Pacific), namun secara spasial fenomena ini diperkirakan aktif di Samudra Hindia barat Sumatra Barat, Sumatra Barat, Laut Arafuru, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan dalam beberapa hari ke depan, sehingga berpotensi meningkatkan peluang terjadinya hujan di wilayah tersebut.
Selain itu, Gelombang Rossby Ekuator yang berpropagasi ke arah barat diprediksi aktif di Samudra Hindia barat Sumatra Aceh hingga Bengkulu, Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu bagian utara, Riau, Kep. Riau, Jambi, Laut Natuna, Laut China Selatan, Selat Malaka, Selat Karimata, Kalimantan Barat bagian Utara, Laut Andaman, Teluk Thailand, Laut Sulu, dan Kalimantan Utara. Hal ini menyebabkan adanya potensi peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut. Tidak hanya itu, Gelombang Kelvin yang berpropagasi ke arah timur juga diprediksi aktif di wilayah Samudra Hindia Barat Bengkulu, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Laut Flores, Laut Bali, Laut Timor, Laut Sawu, dan Laut Banda yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut. Kombinasi antara MJO, Gelombang Kelvin, dan Gelombang Rossby Ekuator pada wilayah dan periode yang sama diprediksi akan terjadi di wilayah Laut Andaman, Laut Natuna, Laut China Selatan, Laut Bali, Laut Sawu, Laut Banda, Laut Timor, Selat Malaka, Aceh, Sumatra Utara, Kep. Mentawai, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Papua Tengah, Papua Selatan, dan Laut Arafuru, yang berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
Disisi lain, Bibit Siklon Tropis 97S terpantau berada di Samudra Hindia selatan Laut Timor. Selain itu terdapat sirkulasi siklonik yang juga terpantau di Samudra Hindia barat Lampung yang cenderung bergerak ke selatan Jawa Barat, serta sirkulasi siklonik di Laut Cina Selatan. Semua fenomena ini membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang di sebagian besar wilayah Indonesia. Dengan kelembapan udara yang cukup dan labilitas lokal yang relatif kuat, proses pembentukan awan konvektif menjadi lebih signifikan.
BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem, meliputi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, serta gelombang laut tinggi di sejumlah wilayah Indonesia. Imbauan ini didasarkan pada hasil pemantauan dan analisis dinamika atmosfer terkini. Sebagai langkah antisipasi, masyarakat diharapkan senantiasa mengikuti informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca melalui kanal resmi BMKG, sekaligus menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan saluran drainase tetap berfungsi dengan baik guna meminimalkan risiko terjadinya genangan maupun bencana hidrometeorologi lainnya.
Prospek Cuaca Sepekan ke Depan
Periode 18 – 20 November 2025
Cuaca di Indonesia umumnya didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, DK Jakarta, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan.
Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:
Siaga (Hujan lebat – sangat lebat): Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Maluku, Papua Pegunungan, dan Papua.
Angin Kencang : Bengkulu, Lampung, Banten, Kep. Riau, Banten, DK Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua Pegunungan.
Periode 21 – 24 November 2025
Cuaca di Indonesia umumnya didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan
Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:
Siaga (Hujan lebat – sangat lebat) : Sumatera Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua Pegunungan, dan Papua.
Angin Kencang : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Banten, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Pegunungan.
Prospek di atas merupakan kondisi secara umum. Untuk informasi cuaca lebih detail dapat diakses melalui website BMKG, aplikasi mobile infoBMKG dan sosial media @infoBMKG.
Imbauan
Menghadapi potensi cuaca ekstrem dalam beberapa waktu kedepan, BMKG mengimbau masyarakat untuk:
- Menjauhi wilayah terbuka ketika terjadi hujan yang disertai petir, serta menjauhi pohon, bangunan dan infrastruktur yang sudah rapuh ketika terjadi hujan yang disertai angin kencang.
- Siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat terjadi kapan saja.
- Memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web http://www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi infoBMKG.
Tetap tenang dan siaga menghadapi perubahan cuaca ekstrem, serta pahami langkah evakuasi jika diperlukan. Informasi ini akan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan cuaca terbaru.
Catatan: Informasi ini telah melalui proses penyuntingan dan pembaruan tanggal 17 November 2025, 18.00 WIB.
Jakarta, 17 November 2025
Direktorat Meteorologi Publik BMKG
– Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.