Kembali ke Berita

Indonesia Jadi Tuan Rumah KTT Iklim dan Laut Global: BMKG Tekankan Kolaborasi Internasional untuk Pencegahan Perubahan Iklim

25 September 2025

Fahmi Dendi Saputra

Berita

Indonesia Jadi Tuan Rumah KTT Iklim dan Laut Global: BMKG Tekankan Kolaborasi Internasional untuk Pencegahan Perubahan Iklim

Bali, 25 September 2025 – Pulau Dewata Bali menjadi pusat perhatian dunia dengan berakhirnya rangkaian acara Pertemuan Pan-CLIVAR 2025 dan Simposium CLIVAR. Acara yang diselenggarakan bertepatan dengan peringatan 30 tahun Climate and Ocean: Variability, Predictability and Change (CLIVAR) ini, menegaskan peran strategis Indonesia sebagai poros riset iklim dan laut di Indo-Pasifik.

Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Nelly Florida Riama menekankan pentingnya pengamatan laut sebagai pilar utama ketahanan nasional dan global. Pengamatan laut sangat penting untuk melindungi nyawa, mendukung perekonomian, dan menjaga kelestarian ekosistem.

“Ini adalah dasar untuk perkiraan cuaca dan iklim yang akurat, memfasilitasi Peringatan Dini Bencana, dan memperkuat ketahanan di negara-negara pesisir dan pulau seperti Indonesia,” kata Nelly di Bintang Bali Hotel, Bali, Kamis (25/9).

Pertemuan CLIVAR 2025 menyatukan seluruh panel dan mitra CLIVAR dari berbagai belahan dunia untuk merumuskan rencana ilmiah pasca 2028. Isu krusial yang diangkat adalah keterkaitan antara kondisi iklim dan laut dengan potensi bencana, termasuk ancaman tsunami.

Para peneliti Indonesia memainkan peran sentral dengan menyoroti pentingnya Inovasi Inklusif dalam sistem observasi. Inovasi ini menekankan perlunya teknologi pemantauan yang merata dan mudah diakses, tidak hanya untuk memantau variabilitas iklim tetapi juga untuk memperkuat jaringan Peringatan Dini Multi-Bahaya.

“Dengan menghubungkan pengamatan laut dengan model, perkiraan, dan layanan, data laut dapat mengubah pengetahuan ilmiah menjadi manfaat bagi masyarakat,” tambah Nelly.

Data laut real-time, misalnya, dapat diintegrasikan untuk mendeteksi anomali yang berhubungan dengan gempa bawah laut dan potensi tsunami, yang pada akhirnya akan mempercepat respons dan penyelamatan.

Dalam Simposium ini, Indonesia secara khusus menyoroti tiga tema strategis yaitu inovasi inklusif dalam observasi laut dan iklim, evaluasi model iklim global menggunakan data lokal yang kaya, da kajian mendalam tentang dinamika Indonesian Throughflow (ITF) yang memiliki dampak signifikan terhadap kejadian siklon dan gelombang ekstrem.

Melalui kerja sama erat dengan jejaring global seperti World Climate Research Program (WCRP), IOC-UNESCO, dan CLIVAR, Indonesia memperkuat jaringan observasi laut-atmosfernya dan memfasilitasi pembangunan sistem berbagi data real-time lintas negara.

Di sisi lain, kolaborasi internasional sangat penting, karena tidak ada satu negara pun yang dapat mempertahankan jaringan pengamatan global yang berkelanjutan secara mandiri. Oleh karenanya, Nelly menegaskan “melalui diplomasi sains ini, Indonesia mengambil peluang besar untuk menjadi pusat kolaborasi yang menghasilkan ilmu pengetahuan aplikatif, demi perumusan kebijakan mitigasi risiko bencana yang lebih efektif dan masa depan yang lebih aman bagi seluruh masyarakat.”

Penulis : Arya Dewi Aina Mulyo

Berita Lainnya

Siswa Olimpiade Sains Nasional Menimba Ilmu Cuaca dan Iklim

Siswa Olimpiade Sains Nasional Menimba Ilmu Cuaca dan Iklim

BMKG Ajak Siswa dan Masyarakat Jawa Barat Wujudkan Budaya Siaga Bencana Lewat Sekolah Lapang Gempabumi

BMKG Ajak Siswa dan Masyarakat Jawa Barat Wujudkan Budaya Siaga Bencana Lewat Sekolah Lapang Gempabumi