
Kembali ke Berita
BMKG Ajak Siswa dan Masyarakat Jawa Barat Wujudkan Budaya Siaga Bencana Lewat Sekolah Lapang Gempabumi
30 September 2025
Fahmi Dendi Saputra
Berita

Purwakarta, 29 September 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Deputi Bidang Geofisika menggelar kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) di Pondok Pesantren Al-Irfan, Desa Mekargalih, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Senin (29/9).
Acara ini dihadiri oleh Wakil Ketua Komisi V DPR RI Dapil Jabar VII Syaiful Huda, Direktur Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu, Setyoajie Prayoedhie, Kepala Balai Besar BMKG Wilayah II Hartanto, Kepala Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu, serta unsur Forkopimcam Jatiluhur, Kepala Pelaksana BPBD Purwakarta Heryadi Erlan, aparat TNI/Polri, tokoh agama, pimpinan Ponpes Al-Irfan, dan para santri.
Deputi Bidang Geofisika BMKG, Nelly Florida Riama, dalam sambutannya menegaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan aktivitas kegempaan tertinggi di dunia. Hal ini karena Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng tektonik besar—Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik—dengan 13 zona megathrust dan lebih dari 295 sesar aktif yang berpotensi memicu gempa bumi besar dan tsunami.
“Beberapa kejadian gempa di Jawa Barat dalam satu dekade terakhir menjadi pengingat bahwa gempabumi bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Mulai dari Gempa Cianjur tahun 2022, Gempa Sumedang 2023, Gempa Kertasari 2024, hingga Gempa Bekasi Agustus 2025 yang turut dirasakan di Purwakarta,” ujar Nelly.
Dengan mengangkat tema “10 Tahun SLG, 10 Tahun Ngawangun Kasiapsiagaan Pikeun Salamet tina Musibah Gempabumi di Wewengkon Jawa Barat”, BMKG ingin menegaskan pentingnya membangun kesiapsiagaan berkelanjutan melalui edukasi, latihan, dan kolaborasi lintas sektor.
Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Syaiful Huda mengapresiasi penyelenggaraan SLG ini.
“Kita sambut baik inisiatif ini, terlebih di Jawa Barat yang memiliki banyak pertemuan sesar dan megathrust. Sosialisasi dan simulasi sangat penting. Di level regulasi, kami akan terus dorong agar standar pemerintah pusat bisa diikuti oleh provinsi dan kabupaten/kota, baik melalui perda, keputusan bupati, maupun keputusan gubernur,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa pendidikan kebencanaan perlu masuk ke dalam kurikulum sekolah. “Tiga tahun lalu kami menginisiasi agar pengetahuan kebencanaan ini menjadi kurikulum baru. Karena ketika sudah menjadi pengetahuan, ia akan membentuk perilaku, dan pada akhirnya menciptakan ekosistem keselamatan. Indonesia jauh lebih rawan bencana dibanding banyak negara lain, sehingga anak-anak sejak dini harus dipersiapkan,” jelas Syaiful.
Nelly, menambahkan bahwa kesiapsiagaan masyarakat merupakan kunci utama dalam mengurangi risiko bencana.
“Jawa Barat ribuan kali diguncang gempa setiap tahunnya. Masyarakat perlu dipersiapkan agar ketika terjadi gempa mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan. Apalagi dengan adanya sistem peringatan dini gempa (earthquake early warning system) di 40 titik, kita memiliki golden time yang sangat berharga untuk menyelamatkan nyawa,” ujarnya.
Acara yang juga diikuti oleh seluruh Kepala Stasiun Geofisika se-Indonesia secara daring ini menjadi momentum peringatan 10 tahun penyelenggaraan Sekolah Lapang Gempabumi. BMKG menekankan bahwa kesadaran saja tidak cukup, tetapi harus diwujudkan dalam sikap siaga, latihan rutin, serta kerja sama antar lembaga dan masyarakat.
“Semoga kegiatan ini dapat memperkuat kesiapsiagaan masyarakat Jawa Barat, khususnya di Purwakarta, sehingga mampu menjadi masyarakat yang tangguh dan selamat dari bencana,” tutup Nelly.~