Jakarta, 28 November 2024 - Sebanyak 65 staff Bank of China berkunjung ke Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat, pada Kamis (28/11). Kegiatan kunjungan kali ini dikhususkan untuk mempelajari pengetahuan terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami, serta bagaimana peran BMKG di dalamnya.
Dalam pemaparannya, Rudianto, M.Sc staf Pusat Gempabumi dan Tsunami menjelaskan bahwa secara tektonik, Indonesia memiliki 13 segmentasi sumber gempa Zona Megathrust yang tersebar dari Aceh - Utara Papua. Sementara di Wilayah Jakarta tercatat pernah beberapa kali mengalami gempa dengan skala merusak yang terjadi pada tahun 1699 - 1997.
Berdasarkan data aktivitas gempa jangka panjang (2009 - 2023) di Indonesia, pada periode 2009 - 2017 rata-rata terjadi gempa sebanyak 5.389. Lalu, di periode berikutnya 2018 - 2023 terjadi kenaikan angka menjadi 10.727 gempa. Data ini menunjukkan bahwa dalam setahun, rata-rata gempa terjadi sebanyak 7.524 di Indonesia.
Dalam kasus tsunami, pada 22 Desember 2018 wilayah Selat Sunda pernah mengalami tsunami yang tidak terdeteksi oleh BMKG. Bersumber dari aktivitas aktifnya Gunung Anak Krakatau, yang mengeluarkan material dan jatuh ke laut, akibat dari longsor material yang bercampur dengan air laut, akhirnya menyebabkan tsunami yang tidak terprediksi.
"Jakarta termasuk wilayah yang relatif aman jika terjadi bencana tsunami, karena posisinya kurang lebih membutuhkan waktu 3 jam setelah gempa untuk tsunami sampai ke pantai Jakarta, dan itu pun intensitas airnya tidak begitu tinggi", ungkapnya.
Setelahnya, peserta kunjungan juga diajak untuk mencoba melakukan simulasi gempabumi melalui simulator gempabumi BMKG untuk merasakan bagaimana getaran saat terjadi gempa di suatu wilayah.
Dari kegiatan kunjungan ini, diharapkan peserta yang hadir dapat mengimplementasikan ilmu yang telah disampaikan, apabila sewaktu-waktu terjadi bencana gempabumi dan tsunami di sekitar mereka.