
Kembali ke Analisis Spektral (SA)
Analisis Spektral Gempabumi di Sukabumi-Bogor 21 September 2025
22 September 2025
Seismologi Teknik
Analisis Spektral (SA)

Gempa bumi berkekuatan M 3,8 terjadi di darat pada koordinat 6,73° LS – 106,58° BT, sekitar 28 km Timur Laut Sukabumi dengan kedalaman 8 km. Gambar di atas menampilkan sinyal akselerograf dari tiga stasiun terdekat: PSJM (Pelabuhan Ratu, Sukabumi), DBJI (Dramaga), dan CLJO (Gunung Gebas, Serang).
Peak Spectral Acceleration (PSA) menggambarkan akselerasi maksimum yang dialami suatu titik pada suatu struktur akibat gempa bumi, yang menjadi parameter penting dalam perancangan bangunan tahan gempa. Dalam konteks ini, spektrum respons desain SNI 1726:2019 dirancang untuk mengantisipasi karakteristik gempa sesuai dengan kategori tanah, di mana tanah keras, sedang, dan lunak memiliki pengaruh yang berbeda terhadap amplifikasi gelombang gempa.
Perbandingan antara Peak Spectral Acceleration (PSA) yang tercatat pada stasiun akselerograf terdekat dengan spektrum respons desain bertujuan untuk memastikan bahwa desain struktur bangunan di area yang tercatat PSA-nya tidak hanya sesuai dengan nilai standar, tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor spesifik seperti jenis tanah dan karakteristik gempa yang dapat mempengaruhi keselamatan dan ketahanan bangunan. Dimana Perbandingan Respon Spektra dan SNI 2019 (2/3 SNI) di setiap staisun sebagai berikut :
Stasiun PSJM (Pelabuhan Ratu, Sukabumi):
Respon spektra dari ketiga komponen (HNE, HNN, HNZ) menunjukkan nilai yang sangat minimal atau mendekati nol di seluruh rentang periode. Seluruh nilai SA yang terekam berada jauh di bawah desain spektra SNI untuk semua kelas tanah (C, D, E). Kondisi ini menandakan tidak adanya guncangan signifikan yang terekam di stasiun ini, yang mencirikan kondisi tanah sangat stabil atau keras (Class C).
Stasiun DBJI (Dramaga):
Respon spektra ketiga komponen menunjukkan amplitudo yang mendekati nol pada seluruh rentang periode. Nilai SA yang terekam berada sangat jauh di bawah semua kurva desain spektra SNI. Hal ini mengindikasikan tidak adanya getaran tanah yang berarti di lokasi stasiun, yang merupakan ciri khas dari tanah sangat stabil atau keras (Class C).
Stasiun CLJO (Gunung Gebas, Serang):
Respon spektra ketiga komponen sangat rendah, dengan puncak amplitudo yang sangat kecil (di bawah 30 gal) pada periode sangat pendek (kurang dari 0,2 detik). Seluruh nilai SA berada jauh di bawah desain spektra SNI untuk semua kelas tanah (C, D, E). Kondisi ini menandakan tanah sangat stabil dengan respon dinamis yang sangat rendah, mencirikan tanah keras (Class C).
Kesimpulan
Kondisi tanah di tiga wilayah pengamatan di Jawa Barat dan Banten (PSJM, DBJI, dan CLJO) secara seragam menunjukkan respons getaran yang sangat rendah hingga dapat diabaikan. Ketiga stasiun mencatat nilai SA yang sangat jauh di bawah standar desain SNI, tanpa ada indikasi amplifikasi guncangan yang signifikan. Secara keseluruhan, daerah yang diwakili oleh stasiun-stasiun ini didominasi oleh kondisi tanah yang sangat stabil dan keras (Class C) dengan risiko amplifikasi lokal yang tergolong sangat rendah untuk peristiwa gempa ini.