
Kembali ke Analisis Spektral (SA)
Analisis Spektral Gempa Bumi Tapanuli Utara18 Maret 2025
19 March 2025
Seismologi Teknik
Analisis Spektral (SA)

Gempa bumi berkekuatan M5,5 terjadi di darat pada koordinat 1,91° LU – 99,1° BT, sekitar 28 km Barat Laut Tapanuli Selatan dengan kedalaman 10 km. Gambar di atas menampilkan sinyal akselerograf dari tiga stasiun terdekat: LTSM (Lumut), PTSM (Pangaribuan), dan PTSR (Pinangsori).
Peak Spectral Acceleration (PSA) menggambarkan akselerasi maksimum yang dialami suatu titik pada suatu struktur akibat gempa bumi, yang menjadi parameter penting dalam perancangan bangunan tahan gempa. Dalam konteks ini, spektrum respons desain SNI 1726:2019 dirancang untuk mengantisipasi karakteristik gempa sesuai dengan kategori tanah, di mana tanah keras, sedang, dan lunak memiliki pengaruh yang berbeda terhadap amplifikasi gelombang gempa.
Perbandingan antara Peak Spectral Acceleration (PSA) yang tercatat pada stasiun akselerograf terdekat dengan spektrum respons desain bertujuan untuk memastikan bahwa desain struktur bangunan di area yang tercatat PSA-nya tidak hanya sesuai dengan nilai standar, tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor spesifik seperti jenis tanah dan karakteristik gempa yang dapat mempengaruhi keselamatan dan ketahanan bangunan. Dimana Perbandingan Respon Spektra dan SNI 2019 (2/3 SNI) di setiap staisun sebagai berikut :
Stasiun LTSM (Lumut):
Respon spektra ketiga komponen berada jauh di bawah desain spektra SNI untuk semua kelas tanah (C, D, E), terutama pada periode pendek (0–0,5 s). Hal ini menunjukkan getaran tanah lemah tanpa amplifikasi signifikan, mengindikasikan kondisi tanah sedang hingga keras (Class C).
Stasiun PTSM (Pangaribuan):
Respon spektra komponen HNN dan HNE menunjukkan amplitudo relatif tinggi pada periode sangat pendek (0–0,3 s), namun tetap di bawah desain spektra SNI untuk semua kelas tanah (C, D, E). Pola ini menunjukkan adanya amplifikasi ringan pada periode pendek dengan kondisi tanah sedang (Class C–D).
Stasiun PTSR (Pinangsori):
Respon spektra ketiga komponen menunjukkan amplitudo maksimum sekitar 300–350 gal pada periode sangat pendek (0–0,3 s), masih di bawah desain spektra SNI untuk semua kelas tanah (C, D, E). Pola ini menandakan getaran tanah relatif lemah dengan sedikit amplifikasi pada periode pendek, mengindikasikan kondisi tanah sedang (Class C).
Kesimpulan:
Kondisi tanah di wilayah Tapanuli (LTSM, PTSM, dan PTSR) menunjukkan respon spektra yang berada di bawah desain spektra SNI untuk semua kelas tanah, menandakan amplifikasi getaran relatif rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga lokasi tersebut didominasi oleh tanah sedang hingga keras (Class C–D) dengan sedimen tidak terlalu tebal, sehingga risiko peningkatan getaran dan potensi kerusakan akibat amplifikasi lokal tergolong kecil.