
Kembali ke Analisis Spektral (SA)
Analisis Spektral Gempa Bumi Poso 17 Agustus 2025
18 August 2025
Seismologi Teknik
Analisis Spektral (SA)

Gempa bumi berkekuatan M 5,8 terjadi pada koordinat 1,27° LS – 120,75° BT, sekitar 13 km Barat Laut Poso dengan kedalaman 10 km. Gambar di atas menampilkan sinyal akselerograf dari tiga stasiun terdekat: LUCM (Lore Utara), SAPSI (Sausu), dan POCI (Poso Pesisir).
Peak Spectral Acceleration (PSA) menggambarkan akselerasi maksimum yang dialami suatu titik pada suatu struktur akibat gempa bumi, yang menjadi parameter penting dalam perancangan bangunan tahan gempa. Dalam konteks ini, spektrum respons desain SNI 1726:2019 dirancang untuk mengantisipasi karakteristik gempa sesuai dengan kategori tanah, di mana tanah keras, sedang, dan lunak memiliki pengaruh yang berbeda terhadap amplifikasi gelombang gempa.
Perbandingan antara Peak Spectral Acceleration (PSA) yang tercatat pada stasiun akselerograf terdekat dengan spektrum respons desain bertujuan untuk memastikan bahwa desain struktur bangunan di area yang tercatat PSA-nya tidak hanya sesuai dengan nilai standar, tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor spesifik seperti jenis tanah dan karakteristik gempa yang dapat mempengaruhi keselamatan dan ketahanan bangunan. Di mana perbandingan respon spektra dan SNI 2019 (2/3 SNI) di setiap stasiun sebagai berikut:
Stasiun LUCM (Lore Utara):
Respon spektra ketiga komponen menunjukkan amplitudo maksimum sekitar 400–500 gal pada periode sangat pendek (0–0,3 s), masih jauh di bawah desain spektra SNI untuk semua kelas tanah (C, D, E). Hal ini menunjukkan getaran tanah lemah tanpa indikasi amplifikasi signifikan, mengindikasikan kondisi tanah keras hingga sedang (Class C).
Stasiun SAPSI (Sausu):
Respon spektra ketiga komponen sangat rendah, seluruh nilai SA berada jauh di bawah desain spektra SNI untuk semua kelas tanah (C, D, E). Kondisi ini menandakan tanah sangat stabil dengan respon dinamis rendah, mencirikan tanah keras (Class C).
Stasiun POCI (Poso Pesisir):
Respon spektra komponen horizontal (HNN dan HNE) menunjukkan puncak amplitudo sekitar 800–900 gal pada periode pendek (~0,2–0,4 s), mendekati desain spektra SNI untuk kelas tanah sedang (D). Hal ini mengindikasikan adanya amplifikasi sedang akibat lapisan tanah yang lebih lunak atau sedimen agak tebal di sekitar stasiun, khas tanah Class D.
Kesimpulan:
Kondisi tanah di wilayah Sulawesi Tengah bagian timur (LUCM, SAPSI, dan POCI) umumnya menunjukkan amplifikasi rendah hingga sedang. Dua stasiun (LUCM dan SAPSI) berada pada kondisi tanah keras hingga sedang dengan respon spektra jauh di bawah desain SNI, sedangkan stasiun POCI memperlihatkan amplifikasi lebih tinggi pada periode pendek akibat lapisan sedimen yang lebih tebal. Secara keseluruhan, daerah ini didominasi tanah sedang hingga keras (Class C–D) dengan risiko amplifikasi lokal tergolong rendah hingga sedang.