Kembali ke Prospek Cuaca Mingguan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 4–10 Juli 2025: Interaksi Gelombang Atmosfer Tropis Dan Lemahnya Monsun Australia: Penyebab Hujan Masih Mengguyur Indonesia

03 July 2025

Praditya Tito Yosandi

Prospek Cuaca Mingguan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 4–10 Juli 2025: Interaksi Gelombang Atmosfer Tropis Dan Lemahnya Monsun Australia: Penyebab Hujan Masih Mengguyur Indonesia

Interaksi Gelombang Atmosfer Tropis Dan Lemahnya Monsun Australia: Penyebab Hujan Masih Mengguyur Indonesia

Berdasarkan analisis BMKG, hingga akhir Juni 2025, tercatat bahwa 30% zona musim di Indonesia telah memasuki periode musim kemarau. Angka ini hanya mencapai setengah dari jumlah zona musim yang secara klimatologis seharusnya mengalami musim kemarau pada akhir Juni. Kondisi tersebut disebabkan oleh curah hujan dasarian yang lebih tinggi dari normalnya (Atas Normal). Anomali curah hujan dasarian dengan kategori atas normal ini mulai teramati sejak awal Mei 2025 dan masih berlanjut hingga saat ini. Pada akhir Juni 2025, hujan dengan sifat atas normal terjadi di sekitar 53% wilayah Indonesia, dengan cakupan utama di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Meskipun demikian, hujan lebat hingga sangat lebat masih terjadi di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan terakhir. Pada 2 Juli 2025, BMKG mencatat curah hujan ekstrem di Stasiun Geofisika Deli Serdang (142 mm) dan Stasiun Meteorologi Rendani, Papua Barat (103 mm). Kondisi ini dipicu oleh dinamika atmosfer yang masih aktif, meski Madden-Julian Oscillation (MJO) berada di fase 2 (Indian Ocean) yang secara umum kurang mendukung pembentukan awan hujan. 

Beberapa faktor yang mendorong terbentuknya awan hujan yang masih intensif di wilayah Indonesia adalah Monsun Australia terindikasi lemah yang menyebabkan kondisi atmosfer di sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan masih lembab dan adanya aktivitas atmosfer intra-musiman, yakni MJO dan Gelombang Ekuator. Secara spasial, gangguan MJO masih terdeteksi di wilayah timur Indonesia, yakni di Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua, yang mendorong pertumbuhan awan-awan hujan. Gelombang ekuator seperti Rossby Ekuator, gelombang Kelvin, dan gelombang Low Frequency turut memperkuat proses konveksi, terutama di Sumatera bagian Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara, dan beberapa daerah di selatan Jawa. Kelembaban udara yang tinggi dan suhu muka laut yang hangat semakin mendukung proses pembentukan awan hujan di berbagai wilayah.

Dengan kondisi atmosfer yang masih sangat dinamis, BMKG mengimbau masyarakat serta pihak-pihak terkait untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai kilat atau petir, angin kencang, dan gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia. Kewaspadaan ini penting, khususnya di wilayah yang masih rentan terhadap kejadian cuaca ekstrem, meskipun sebagian wilayah Indonesia telah memasuki periode kemarau.

Dinamika Atmosfer Sepekan ke Depan

Dalam sepekan ke depan, wilayah Indonesia, khususnya bagian selatan dan timur, diperkirakan akan mengalami pertumbuhan awan yang cukup signifikan. Potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia masih cukup tinggi. salah satu faktor dipengaruhi oleh Monsun Australia terindikasi lemah. Hal ini menyebabkan kondisi atmosfer di sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan masih lembab. DI beberapa wilayah dengan  labilitas atmosfer yang kuat karena pemanasan permukaan, pertumbuhan awan – awan hujan dapat terjadi. selain itu aktivitas gelombang atmosfer tropis lainnya masih mendominasi. Gelombang Rossby Ekuator aktif di Samudra Hindia barat daya Banten, sementara gelombang Kelvin diperkirakan memicu pertumbuhan awan hujan di wilayah Lampung, Selat Sunda, Banten, Laut Jawa, pesisir selatan Kalimantan, dan pesisir utara Jawa. Selain itu, gelombang frekuensi rendah yang bersifat persisten juga terpantau aktif di wilayah cukup luas, mulai dari Pulau Jawa, Kalimantan Selatan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, hingga Papua dan Laut Arafuru, yang mendukung peningkatan konveksi dan pertumbuhan awan hujan.

Di sisi lain, bibit siklon tropis 98W masih berada di sekitar Pulau Luzon dan tidak berdampak langsung terhadap wilayah Indonesia, namun sistem ini menyebabkan peningkatan kecepatan angin (low level jet) di wilayah Laut Cina Selatan dan Filipina utara. Sementara itu, sirkulasi siklonik di Samudra Hindia barat Sumatera dan Samudera Pasifik utara Papua Nugini membentuk zona konvergensi dan konfluensi di sejumlah wilayah, termasuk Laut Jawa, Laut Flores, Sulawesi Tengah dan Tenggara, serta Maluku bagian utara, yang turut memperbesar peluang hujan sedang hingga lebat.

Peningkatan kecepatan angin hingga di atas 25 knot juga terpantau di beberapa wilayah perairan seperti Laut Andaman, selatan Jawa Barat, Laut Cina Selatan, dan selatan Papua Nugini, sehingga berpotensi menyebabkan gelombang tinggi, khususnya di laut lepas yang terbuka terhadap angin kencang. Di sisi daratan, labilitas lokal kuat terpantau di sejumlah wilayah seperti Lampung, Banten, Jawa, Bali, NTB, Sulawesi, Maluku, hingga Papua, mendukung pembentukan awan konvektif secara intensif. Dengan kondisi atmosfer yang masih aktif dan kompleks ini, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, petir, angin kencang, dan gelombang tinggi dalam beberapa hari ke depan.

Prospek Cuaca Sepekan ke Depan

Periode 4 – 6 Juli 2025

Cuaca di Indonesia umumnya didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Kep. Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua.

Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:

  • Siaga (Hujan lebat): Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua Selatan.
  • Angin Kencang: Kep. Riau, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Papua Barat, dan Papua Selatan.

Periode 7 – 10 Juli 2025

Cuaca di Indonesia umumnya didominasi cerah berawan hingga hujan ringan. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, dan Papua Selatan.

Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:

  • Siaga (Hujan lebat): Maluku
  • Awas (Hujan Sangat Lebat): Papua Pegunungan.
  • Angin Kencang: Kep. Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua, dan Papua Selatan.

Prospek di atas merupakan kondisi secara umum. Untuk informasi cuaca lebih detail dapat diakses melalui website BMKG, aplikasi mobile infoBMKG dan sosial media @infoBMKG.

Imbauan

Menghadapi potensi cuaca ekstrem dalam beberapa waktu kedepan, BMKG mengimbau masyarakat untuk:

  • Menggunakan pelindung/tabir surya untuk menghindari paparan langsung sinar matahari.
  • Menjaga kecukupan cairan tubuh terutama bagi yang beraktivitas di luar ruangan saat siang hari supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan, dan dampak buruk lainnya.
  • Waspada terhadap kemungkinan hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir.
  • Menjauhi wilayah terbuka ketika terjadi hujan yang disertai petir, serta menjauhi pohon, bangunan dan infrastruktur yang sudah rapuh ketika terjadi hujan yang disertai angin kencang.
  • Siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat terjadi kapan saja.
  • Memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web http://www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi infoBMKG.

Tetap tenang dan siaga menghadapi perubahan cuaca ekstrem, serta pahami langkah evakuasi jika diperlukan. Informasi ini akan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan cuaca terbaru.

Catatan: Informasi ini telah melalui proses penyuntingan dan pembaruan tanggal 03 Juli 2025, 18.00 WIB.

Jakarta, 03 Juli 2025

Direktorat Meteorologi Publik BMKG

Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Prospek Cuaca Mingguan Lainnya

Prospek Cuaca Mingguan Periode 4–10 Juli 2025: Interaksi Gelombang Atmosfer Tropis Dan Lemahnya Monsun Australia: Penyebab Hujan Masih Mengguyur Indonesia

Prospek Cuaca Mingguan Periode 4–10 Juli 2025: Interaksi Gelombang Atmosfer Tropis Dan Lemahnya Monsun Australia: Penyebab Hujan Masih Mengguyur Indonesia

Prospek Cuaca Mingguan Periode 1-7 Juli 2025: Waspada Hujan Signifikan Sepekan ke Depan di Selatan dan Timur Indonesia

Prospek Cuaca Mingguan Periode 1-7 Juli 2025: Waspada Hujan Signifikan Sepekan ke Depan di Selatan dan Timur Indonesia

Prospek Cuaca Mingguan Periode 27 Juni–03 Juli 2025: Atmosfer Masih Dinamis, Tetap Waspada Potensi Hujan Signifikan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 27 Juni–03 Juli 2025: Atmosfer Masih Dinamis, Tetap Waspada Potensi Hujan Signifikan