
Kembali ke Prospek Cuaca Mingguan
Prospek Cuaca Mingguan Periode 28 Oktober – 3 November 2025: Gangguan Fenomena Atmosfer Bersamaan Picu Hujan Lebat di Sejumlah Wilayah
27 October 2025
Nurul Izzah Fitria
Prospek Cuaca Mingguan

Gangguan Fenomena Atmosfer Bersamaan Picu Hujan Lebat di Sejumlah Wilayah
Awal musim hujan di Indonesia tidak terjadi dalam waktu bersamaan. Sebanyak 43,8% dari zona musim (ZOM) di wilayah Indonesia sudah memasuki musim hujan pada dasarian kedua Oktober 2025. Selanjutnya, musim hujan akan meluas secara bertahap ke wilayah selatan dan timur, dengan puncak musim hujan diprediksi banyak terjadi pada bulan November hingga Desember 2025 di Indonesia bagian barat dan pada Januari hingga Februari 2026 di Indonesia bagian selatan dan timur.
Sejalan dengan prediksi tersebut, dalam beberapa hari terakhir BMKG mencatat kejadian hujan sangat lebat (curah hujan mencapai ≥ 100 mm/hari) di sejumlah wilayah Indonesia, diantaranya di Samarinda, Kalimantan Timur (130 mm/hari), Tolitoli, Sulawesi Tengah (131,6 mm/hari), Boven Digul, Papua Selatan (123,1 mm/hari), Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara (105,8 mm/hari). Sementara itu, kondisi cuaca panas di sejumlah wilayah Indonesia secara konsisten mengalami penurunan, ditandai dengan tidak adanya wilayah dengan suhu maksimum lebih dari 36°C. Secara umum, suhu maksimum tercatat dalam beberapa hari terakhir di Lampung Utara, Lampung (35,8°C), Kupang, Nusa Tenggara Timur (35,5°C), Manokwari, Papua Barat (34,8°C).
Dalam sepekan ke depan, potensi hujan diprediksi meningkat di sebagian wilayah Indonesia meliputi Sumatra bagian selatan, sebagian besar Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, sebagian Kalimantan, Maluku, dan sebagian besar Papua. Peningkatan ini dipengaruhi oleh dinamika atmosfer skala global, regional, dan lokal. Pada skala regional, aktivitas fenomena atmosfer seperti MJO, Gelombang Rossby Ekuator, dan Gelombang Kelvin yang secara bersamaan melewati wilayah Indonesia menjadi pemicu hujan lebat di sejumlah wilayah. Selain itu, faktor lokal di masing – masing wilayah menjadikan kondisi atmosfer relatif labil sehingga meningkatkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.
Mempertimbangkan peningkatan potensi hujan dalam waktu mendatang, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu banjir, genangan, dan longsor yang berdampak pada aktivitas harian maupun transportasi. Sebagai langkah mitigasi, masyarakat diharapkan dapat menjaga saluran drainase agar tidak tersumbat serta rutin memantau informasi cuaca resmi BMKG sebelum beraktivitas.
Dinamika Atmosfer Sepekan ke Depan
Selama sepekan ke depan, pertumbuhan awan hujan yang signifikan berpotensi terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Kondisi ini dipicu oleh interaksi berbagai faktor atmosfer skala global, regional, hingga lokal, yang mempertahankan atmosfer berada dalam kondisi labil dan mendukung perkembangan awan konvektif. Aktivitas atmosfer tersebut berpotensi menghasilkan hujan dengan intensitas bervariasi, mulai dari ringan hingga lebat.
Pada skala global, indikator Dipole Mode Index (DMI) saat ini menunjukkan nilai negatif sebesar −1.27, yang mengindikasikan peningkatan suplai uap air dari Samudra Hindia menuju wilayah Indonesia bagian barat, sehingga mendukung pembentukan awan hujan di kawasan tersebut. Faktor lain diantaranya terpantau Madden-Julian Oscillation (MJO) terpantau di fase 4 (Maritime Continent) yang berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat. Secara spasial MJO terpantau aktif di Samudra Hindia barat Sumatra hingga Jawa Tengah, Lampung bagian selatan, pulau Jawa, Laut Jawa, Selat Makasar, Pulau Kalimantan, sebagian besar pulau Sulawesi yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut. Selain itu, aktivitas Gelombang Rossby Ekuator yang berpropagasi ke arah barat diprediksi aktif di Kalimantan Utara, Sulawesi bagian selatan hingga Pulau Jawa bagian utara yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
Fenomena lain yang turut mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia adalah Sirkulasi Siklonik yang terpantau di Laut Cina Selatan, Perairan selatan Kalimantan Tengah, dan Samudra Pasifik utara Papua Barat Daya, yang membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dan pertemuan angin (konfluensi) memanjang dari Laut Natuna Utara hingga Laut Cina Selatan, Laut Jawa hingga Perairan Kep. Bangka Belitung, Laut Jawa hingga Kalimantan Barat, Maluku Utara hingga Samudra Pasifik utara Papua Barat Daya, Pesisir selatan Maluku Utara hingga Pesisir barat Papua Barat Daya, dan Teluk Cendrawasih hingga Samudra Pasifik utara Papua. Daerah konvergensi lain memanjang dari Selat Sunda hingga Sumatra Selatan, Samudra Hindia selatan Jawa Timur hingga Perairan selatan Jawa Tengah, dan Selat Makassar hingga Sulawesi Tengah. Selain itu terdapat daerah pertemuan angin (konfluensi) yang terdapat di Perairan utara Aceh, Perairan Selatan Jawa Tengah, Perairan selatan Jawa Timur, Laut Jawa, Selat Karimata, Laut Natuna, Laut Cina Selatan, Samudra Pasifik utara Papua Barat Daya, dan Samudra Pasifik utara Papua. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar daerah sirkulasi siklonik, dan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut.
Berdasarkan hasil pemantauan dinamika atmosfer terkini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, serta gelombang laut yang tinggi di sejumlah wilayah di Indonesia. Masyarakat diharapkan secara rutin memantau informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca melalui kanal resmi BMKG, serta menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan saluran drainase berfungsi dengan baik sebagai langkah antisipatif terhadap kemungkinan genangan air maupun bencana hidrometeorologi lainnya.
Prospek Cuaca Sepekan ke Depan
Periode 28 – 30 Oktober 2025
Cuaca di Indonesia umumnya didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, DK Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan.
Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:
- Siaga (Hujan lebat – sangat lebat): Sumatra Selatan, Banten, DK Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua Pegunungan.
- Angin Kencang : Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Periode 31 Oktober – 3 November 2025
Cuaca di Indonesia umumnya didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Riau, Kep. Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, Papua Selatan.
Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:
- Siaga (Hujan lebat – sangat lebat): Papua Pegunungan.
Prospek di atas merupakan kondisi secara umum. Untuk informasi cuaca lebih detail dapat diakses melalui website BMKG, aplikasi mobile infoBMKG dan sosial media @infoBMKG.
Imbauan
Menghadapi potensi cuaca ekstrem dalam beberapa waktu ke depan, BMKG mengimbau masyarakat untuk:
- Waspada terhadap cuaca yang dapat berubah sewaktu-waktu, seperti hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir.
- Menjauhi wilayah terbuka ketika terjadi hujan yang disertai petir, serta menjauhi pohon, bangunan dan infrastruktur yang sudah rapuh ketika terjadi hujan yang disertai angin kencang.
- Tetap gunakan tabir surya dan cukupi asupan cairan tubuh, karena cuaca terik dapat terjadi sewaktu-waktu.
- Siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat terjadi kapan saja.
- Memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web http://www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi infoBMKG.
Tetap tenang dan siaga menghadapi perubahan cuaca ekstrem, serta pahami langkah evakuasi jika diperlukan. Informasi ini akan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan cuaca terbaru.
Catatan: Informasi ini telah melalui proses penyuntingan dan pembaruan tanggal 27 Oktober 2025, 15.40 WIB.
Jakarta, 27 Oktober 2025
Direktorat Meteorologi Publik BMKG
– Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.