Kembali ke Prospek Cuaca Mingguan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 3 Oktober – 9 Oktober 2025: Siklon Tropis dan Gelombang Atmosfer Picu Cuaca Ekstrem di Beberapa Wilayah di Indonesia

02 October 2025

Nurul Izzah Fitria

Prospek Cuaca Mingguan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 3 Oktober – 9 Oktober 2025: Siklon Tropis dan Gelombang Atmosfer Picu Cuaca Ekstrem di Beberapa Wilayah di Indonesia

Siklon Tropis dan Gelombang Atmosfer Picu Cuaca Ekstrem di Beberapa Wilayah di Indonesia

Bulan Oktober 2025 diawali dengan curah hujan berintensitas sedang hingga lebat di berberapa daerah di Indonesia. Berdasarkan data observasi pada tanggal 30 September hingga 2 Oktober 2025, BMKG mencatat curah hujan lebat – sangat lebat dengan kisaran 80–150 mm/hari di sejumlah daerah. Beberapa contohnya adalah Jawa Barat yang mencapai 142,6 mm/hari, Bengkulu 71,2 mm/hari, Papua Barat 82,3 mm/hari, serta Papua 85,8 mm/hari. Dalam sepekan ke depan, cuaca diperkirakan masih bersifat fluktuatif, dengan potensi hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah Indonesia.

Salah satu faktor utama pemicu kondisi tersebut adalah terbentuknya Siklon Tropis “MATMO” di timur Filipina. Siklon tropis ini diperkirakan menguat dalam 24 jam ke depan dan dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan. Dampak tidak langsung yang diakibatkan oleh siklon tropis ini adalah terbentuknya daerah konvergensi di sekitar Filipina hingga perairan utara Papua dan Maluku Utara, yang berperan besar dalam meningkatkan potensi hujan di wilayah Indonesia bagian timur.

Faktor lainnya yang tidak kalah penting adalah aktivitas gelombang ekuatorial, seperti Rossby Ekuator dan Kelvin, yang saat ini aktif di kawasan Indonesia. Gelombang-gelombang ini memicu terbentuknya awan konvektif di berbagai wilayah, sehingga menambah potensi hujan sedang hingga lebat di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Kondisi ini kemudian diperkuat oleh suhu muka laut/ Sea Surface Temperature (SST) yang relatif hangat, dengan anomali positif di Samudera Hindia, Laut Jawa, Selat Makassar, hingga perairan sekitar Papua. Suhu laut yang lebih tinggi mendorong peningkatan penguapan, menambah massa uap air di atmosfer, dan meningkatkan potensi terjadinya hujan.

Dengan mempertimbangkan keseluruhan dinamika atmosfer tersebut, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang bisa menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, genangan, maupun tanah longsor. Sebagai langkah antisipasi, masyarakat disarankan untuk menjaga saluran drainase tetap bersih serta rutin memantau informasi cuaca resmi dari BMKG sebelum beraktivitas, agar lebih siap menghadapi kondisi cuaca yang dinamis di awal Oktober ini.

Dinamika Atmosfer Sepekan ke Depan

Dalam sepekan ke depan, kondisi atmosfer global hingga regional menunjukkan adanya faktor-faktor yang mendukung peningkatan pertumbuhan awan hujan di sejumlah wilayah Indonesia. Aktivitas atmosfer ini berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas bervariasi, mulai dari hujan ringan hingga lebat.

Secara global, nilai DMI bernilai negatif (−1.24) yang berpotensi meningkatkan pasokan uap air dan mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat. Selain itu, pada skala regional, MJO terpantau aktif secara spasial di wilayah Samudera Hindia, khususnya di wilayah barat Aceh hingga Kepulauan Nias, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau dan Selat Malaka. Kondisi ini dapat mendukung peningkatan pembentukan awan hujan di sekitar wilayah tersebut. Sementara itu, Gelombang Ekuatorial terpantau cukup dominan dengan Gelombang Rossby Ekuatorial aktif di Laut Andaman, Perairan Utara Sabang, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Laut Jawa, Laut Flores, Samudra Hindia Selatan Banten hingga Pulau Rote. Gelombang Kelvin diperkirakan aktif di Samudra Hindia barat Bengkulu hingga selatan NTB, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kep. Bangka-Belitung, Selat Karimata, Pulau Kalimantan, Selat Makassar, Pulau Jawa-Bali, NTB, Pulau Sulawesi, Maluku Utara, Maluku, Laut Banda, Laut Arafuru dan Papua Selatan. Kombinasi antara MJO, gelombang Kelvin, gelombang Rossby Ekuator, pada wilayah dan periode yang sama terpantau aktif di sebagian besar Pulau Jawa, Bali, NTB, Kalimantan Timur, Selat Makassar, pulau Sulawesi, Maluku Utara, dan Maluku yang berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.

Faktor lain yang turut mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia adalah adanya daerah perlambatan dan pertemuan angin yang terpantau memanjang dari Laut Natuna, hingga Pesisir Utara Kalimantan Barat, dari Kalimantan Barat hingga Pesisir Barat Kalimantan utara, dari Pesisir Barat Aceh hingga Barat Sumatera Barat, dari Laut Jawa hingga Perairan Selatan Jawa Barat, dari Kalimantan Selatan hingga Kalimantan Tengah, di Laut Sulawesi, dari Laut Maluku hingga Laut Halmahera, di Papua Barat, dan dari Papua Selatan hingga Papua Pegunungan. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar daerah perlambatan dan pertemuan angin tersebut. Kondisi atmosfer pada skala lokal juga mendukung peningkatan potensi hujan. Labilitas atmosfer yang relatif kuat serta kelembaban udara yang basah menjadi pemicu terbentuknya awan konvektif di beberapa wilayah Indonesia.

Dengan mempertimbangkan kondisi dinamika atmosfer tersebut, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, serta gelombang laut tinggi. BMKG mengingatkan pentingnya memantau secara rutin informasi cuaca melalui kanal resmi, menjaga kebersihan lingkungan, serta memastikan saluran drainase berfungsi dengan baik agar tidak menimbulkan genangan.

Prospek Cuaca Sepekan ke Depan

Periode 3 – 5 Oktober 2025

Cuaca di Indonesia umumnya didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan. 

Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:

  • Siaga (Hujan lebat – sangat lebat): Sulawesi Barat
  • Angin Kencang: Nusa Tenggara Timur.

Periode 6 – 9 Oktober 2025

Cuaca di Indonesia umumnya didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan. 

Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:

  • Siaga (Hujan lebat – sangat lebat): Papua dan Papua Pegunungan. 
  • Angin Kencang: Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Selatan.

Prospek di atas merupakan kondisi secara umum. Untuk informasi cuaca lebih detail dapat diakses melalui website BMKG, aplikasi mobile infoBMKG dan sosial media @infoBMKG. 

Imbauan

Menghadapi potensi cuaca ekstrem dalam beberapa waktu kedepan, BMKG mengimbau masyarakat untuk:

  • Waspada terhadap cuaca yang dapat berubah sewaktu-waktu, seperti hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir.
  • Menjauhi wilayah terbuka ketika terjadi hujan yang disertai petir, serta menjauhi pohon, bangunan dan infrastruktur yang sudah rapuh ketika terjadi hujan yang disertai angin kencang.
  • Tetap gunakan tabir surya dan cukupi asupan cairan tubuh, karena cuaca terik dapat terjadi sewaktu-waktu pada masa peralihan.
  • Siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat terjadi kapan saja. Memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web http://www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi infoBMKG.

Tetap tenang dan siaga menghadapi perubahan cuaca ekstrem, serta pahami langkah evakuasi jika diperlukan. Informasi ini akan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan cuaca terbaru.

Catatan: Informasi ini telah melalui proses penyuntingan dan pembaruan tanggal 02 Oktober 2025, 16.30 WIB.

Jakarta, 02 Oktober 2025

Direktorat Meteorologi Publik BMKG

Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Prospek Cuaca Mingguan Lainnya

Prospek Cuaca Mingguan Periode 3 Oktober – 9 Oktober 2025: Siklon Tropis dan Gelombang Atmosfer Picu Cuaca Ekstrem di Beberapa Wilayah di Indonesia

Prospek Cuaca Mingguan Periode 3 Oktober – 9 Oktober 2025: Siklon Tropis dan Gelombang Atmosfer Picu Cuaca Ekstrem di Beberapa Wilayah di Indonesia

Prospek Cuaca Mingguan Periode 30 September–6 Oktober 2025: Gelombang Ekuator Terpantau Aktif, Waspada Cuaca Ekstrem Hingga Sepekan ke Depan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 30 September–6 Oktober 2025: Gelombang Ekuator Terpantau Aktif, Waspada Cuaca Ekstrem Hingga Sepekan ke Depan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 26 September–2 Oktober 2025: Waspada Dampak Siklon Tropis di Utara Indonesia dan Potensi Cuaca Ekstrem pada Masa Peralihan Musim

Prospek Cuaca Mingguan Periode 26 September–2 Oktober 2025: Waspada Dampak Siklon Tropis di Utara Indonesia dan Potensi Cuaca Ekstrem pada Masa Peralihan Musim