
Kembali ke Prospek Cuaca Mingguan
Prospek Cuaca Mingguan Periode 18–24 Oktober: Cuaca Panas dan Hujan Lebat Masih Berpotensi Terjadi dalam Sepekan ke Depan, Waspadai Wilayah Terdampak!
20 October 2024
Nurul Izzah Fitria
Prospek Cuaca Mingguan

Cuaca Panas dan Hujan Lebat Masih Berpotensi Terjadi dalam Sepekan ke Depan, Waspadai Wilayah Terdampak!
Dalam sepekan ke depan, cuaca di berbagai wilayah Indonesia diperkirakan akan tetap dipengaruhi oleh pola peralihan musim. Kondisi ini ditandai dengan suhu terik pada siang hari yang diikuti oleh potensi hujan lokal pada sore hingga malam hari. Hujan yang terjadi umumnya bersifat tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat, serta berpotensi disertai kilat dan angin kencang. Ketidakstabilan atmosfer selama periode ini meningkatkan kemungkinan terbentuknya awan konvektif, khususnya di wilayah selatan Indonesia seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi secara mendadak, terutama pada sore hari.
Kondisi Dinamika Atmosfer Terkini
Adanya kondisi cuaca panas tersebut di atas terkonfirmasi berdasarkan data pengamatan suhu udara maksimum terkini yang mencapai 38.0°C di beberapa wilayah Indonesia. Beberapa wilayah tersebut yaitu Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Kaharuddin Nusa Tenggara Barat (38,0°C), Stasiun Meteorologi Perak I Jawa Timur (37,8°C), Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Salahuddin Nusa Tenggara Barat (37,0°C), Stasiun Meteorologi Gewayantana Nusa Tenggara Timur (36,9°C), Stasiun Meteorologi Kertajati Jawa Barat (36,8°C), Stasiun Meteorologi Tardama Nusa Tenggara Timur (36,6°C), dan Stasiun Klimatologi Sulawesi Selatan (36,1°C).
Sementara itu, dalam sepekan terakhir curah hujan di beberapa wilayah Indonesia masih relatif tinggi. Tercatat hujan dengan intensitas ekstrem (>150 mm/hari), sangat lebat (100-150 mm/hari) dan lebat (50-100 mm/hari) terjadi pada tanggal 11 Oktober di Stasiun Meteorologi Maritim Bitung Sulawesi Utara (80 mm/hari); tanggal 12 Oktober di Stasiun Meteorologi Minangkabau Sumatera Barat (109 mm/hari), Stasiun Meteorologi Raja Haji Fisabilillah Kep. Riau (71 mm/hari); dan tanggal 13 Oktober di Stasiun Meteorologi Minangkabau Sumatera Barat (79 mm/hari), Stasiun Meteorologi Pattimura Maluku (76 mm/hari), dan Stasiun Meteorologi Domine Eduard Osok di Papua Barat (70 mm/hari); tanggal 14 Oktober 2024 di Stasiun Meteorologi Pangsuma Kalimantan Barat (80 mm/hari), Stasiun Meteorologi Yuvai Semaring Kalimantan Utara (77 mm/hari), dan Stasiun Meteorologi Frans Sales Lega NTB (57 mm/hari); tanggal 15 Oktober 2024 di Pos Hujan Atang Sanjaya Bogor Jawa Barat (209 mm/hari), Stasiun Meteorologi Sultan Hasanuddin Sulawesi Selatan (66 mm/hari), Stasiun Meteorologi Maritim Serang Banten (60 mm/hari), Stasiun Meteorologi Frans Sales Lega NTB (54 mm/hari), dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera Sulawesi Tenggara (53 mm/hari); serta Tanggal 16 Oktober 2024 di Stasiun Meteorologi Sultan Bantilan Sulawesi Tengah (63 mm/hari).
Secara global dan regional, nilai IOD, SOI, dan Nino 3.4 tidak berpengaruh terhadap peningkatan curah hujan di Indonesia. MJO berada pada fase 4 (Maritime Continent) yang berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. Aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial diperkirakan akan aktif di Kalimantan Utara dalam sepekan ke depan. Disisi lain, gelombang atmosfer Kelvin diprediksi aktif di sebagian wilayah Kep. Riau, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Papua Selatab. Aktivitas atmosfer ini berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan di wilayah-wilayah tersebut.
Sirkulasi siklonik terpantau di Samudra Pasifik Timur Laut Indonesia yang membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang di Samudra Pasifik Timur Filipina. Terdapat daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dari Aceh hingga Selat Malaka, dari Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Barat, dari Kalimantan Timur hingga Kalimantan Tengah Bagian Utara, di Kalimantan Selatan, di Laut Sulawesi, di Papua Barat, dan di Papua Pegunungan. Daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau di Samudra Hindia Barat Laut Aceh, di Laut Cina Selatan, di Laut Natuna, Selat Malaka, Laut Natuna, Laut Cina Selatan, Selat Makassar, Laut Sulawesi, dan Samudra Pasifik Timur Filipina. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar daerah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut.
Labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Sumatra Utara, Kep. Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Kondisi atmosfer yang labil di masa peralihan meningkatkan potensi terbentuknya awan konvektif seperti Cumulonimbus (CB), yang bisa memicu cuaca ekstrem seperti petir, angin kencang, bahkan hujan es.
Prospek Cuaca Sepekan ke Depan
Berdasarkan analisis terkini, kondisi suhu panas diprediksikan masih dapat terjadi dalam sepekan ke depan pada siang hari, yang diikuti dengan potensi turunnya hujan pada sore hingga malam hari terutama di wilayah Pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara. Hal ini merupakan ciri masa peralihan menuju musim hujan di wilayah tersebut.
Awal musim hujan di wilayah tersebut bervariasi namun secara umum awal musim hujan di prediksi akan terjadi pada akhir Oktober hingga awal November mendatang dengan puncak musim hujan terjadi pada bulan Januari-Februari 2025.
Sementara itu, untuk wilayah Indonesia lainya masih berpotensi terjadi hujan sedang hingga lebat seperti Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kep. Bangka Belitung, Jambi, Sumatra Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan, Sulawesi kecuali Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, dan Pulau Papua.
Peringatan Dini
Potensi cuaca signifikan dalam periode 18 – 24 Oktober 2024, berupa:
Potensi Hujan sedang – lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di wilayah
- Aceh
- Sumatra Utara
- Riau
- Jambi
- Sumatera Selatan
- Kep. Bangka Belitung
- Banten
- Jakarta
- Jawa Barat
- Jawa Tengah
- D.I. Yogyakarta
- Jawa Timur
- Bali
- Kalimantan Barat
- Kalimantan Tengah
- Kalimantan Timur
- Kalimantan Selatan
- Kalimantan Utara
- Sulawesi Utara
- Gorontalo
- Sulawesi Tengah
- Sulawesi Barat
- Sulawesi Selatan
- Maluku Utara
- Maluku
- Papua Pegunungan
- Papua Barat Daya
- Papua Barat
- Papua Tengah
- Papua
- Papua Selatan.
Potensi Angin Kencang di wilayah
- Jawa Tengah
- D.I. Yogyakarta
- Kalimantan Timur
- Nusa Tenggara Barat
- Nusa Tenggara Timur
- Sulawesi Utara
- Gorontalo
- Maluku Utara
Imbauan
Dengan adanya potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia, masyarakat dihimbau untuk tidak panik menghadapi suhu panas dan tetap mengikuti langkah mitigasi seperti memakai pelindung atau tabir surya saat beraktivitas di luar, serta memastikan asupan cairan cukup agar terhindar dari dehidrasi.
Selain itu, penting untuk waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan cuaca ekstrem lainnya, terutama di daerah rawan. Masyarakat juga diharapkan mengenali potensi bencana di sekitar mereka, menjaga kebersihan lingkungan, dan selalu memperbarui informasi dari BMKG terkait prakiraan cuaca serta protokol evakuasi jika terjadi bencana.
Informasi lebih lengkap dapat diakses melalui website BMKG https://www.bmkg.go.id, media sosial (@infobmkg), atau aplikasi infoBMKG.
Catatan:
Informasi ini telah melalui proses penyuntingan dan pembaruan tanggal 17 Oktober 2024, 16.10 WIB.
Jakarta, 17 Oktober 2024
Pusat Meteorologi Publik BMKG
– Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.