Kembali ke Prospek Cuaca Mingguan

Prospek cuaca mingguan periode 12–18 Agustus 2025: Tidak Hanya Potensi Karhutla, Hujan Lebat Masih Terpantau di Musim Kemarau

12 August 2025

Habib Burrahman

Prospek Cuaca Mingguan

Prospek cuaca mingguan periode 12–18 Agustus 2025: Tidak Hanya Potensi Karhutla, Hujan Lebat Masih Terpantau di Musim Kemarau

Tidak Hanya Potensi Karhutla, Hujan Lebat Masih Terpantau di Musim Kemarau

BMKG mencatat kejadian hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrem masih terjadi di sejumlah daerah dalam sepekan ke belakang. Daerah-daerah tersebut, antara lain Bogor, Jawa Barat – 254 mm/hari; Minangkabau, Sumatera Barat – 176,5 mm/hari ; Teluk Bayur, Sumatera Barat – 136 mm/hari;Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara – 122,0 mm/hari; Fakfak, Papua Barat 110,2 mm/hari. Selain itu, peningkatan tren curah hujan signifikan ini juga terlihat jelas di beberapa wilayah, termasuk Sumatera, Jawa bagian barat, Kalimantan, Maluku, dan Papua, yang dipengaruhi oleh kondisi dinamika atmosfer yang memicu pembentukan awan hujan dan aktivitas konvektif.

Meskipun demikian, kondisi yang berbeda juga ditunjukkan, yakni dengan terpantaunya Titik Panas (Hotspot) di sejumlah wilayah. Berdasarkan dari Peta Sebaran Titik Panas (Hotspot) yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 10 Agustus 2025, terpantau adanya 67 titik hotspot dengan tingkat kepercayaan sedang hingga tinggi di beberapa daerah. Hotspot dengan kategori tinggi berjumlah 8 titik, dimana sebanyak 3 titik terdeteksi di Kalimantan, 3 titik di Sulawesi, dan 2 titik di Nusa Tenggara Timur. Kondisi tersebut menandakan bahwa potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih ada, meskipun sebagian wilayah sedang mengalami peningkatan hujan.

Adapun beberapa faktor skala regional hingga global yang menjadi pemicu peningkatan tren hujan di beberapa wilayah, di antaranya adalah aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang tropis seperti Gelombang Kelvin, Mixed Rossby-Gravity, Rossby Ekuatorial serta gelombang low frequency. Selain itu, adanya sirkulasi siklonik di sekitar Indonesia turut memperkuat proses konveksi yang mendukung pertumbuhan awan hujan. Gabungan faktor-faktor ini berkontribusi terhadap meningkatnya curah hujan di berbagai wilayah dalam beberapa hari terakhir, khususnya saat musim kemarau ini.

Meskipun musim kemarau masih berlangsung, masyarakat diingatkan untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, termasuk hujan lebat yang disertai angin kencang. Langkah antisipasi yang disarankan antara lain memantau informasi resmi dari BMKG, menjaga lingkungan agar terhindar dari risiko bencana, serta mempersiapkan tindakan pencegahan menghadapi perubahan cuaca yang mendadak.

Dinamika Atmosfer Sepekan ke Depan

Dalam sepekan ke depan, beberapa wilayah di Indonesia diperkirakan masih berpotensi mengalami pembentukan awan hujan yang signifikan. Kondisi ini dipengaruhi oleh interaksi faktor skala global, regional, hingga lokal yang membuat atmosfer tetap berada dalam keadaan labil, sehingga mendukung terbentuknya awan konvektif. Aktivitas atmosfer tersebut berpotensi menghasilkan hujan dengan intensitas beragam, dari ringan hingga lebat.

Kondisi iklim global terkini menunjukkan bahwa indeks Dipole Mode dengan nilai -0.6 berkontribusi terhadap peningkatan suplai uap air di wilayah Samudra Hindia bagian barat Sumatra. Selain itu, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), saat ini berada di fase 2 (Samudra Hindia Bagian Barat), diprediksi akan menguat, dan memasuki fase 3 (Samudra Hindia Bagian Timur) mendekati Indonesia. Secara spasial, MJO diprakirakan akan aktif dalam sepekan ke depan dan berpengaruh terhadap peningkatan potensi pembentukan awan hujan, khususnya di sebagian besar wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.

Aktivitas konvektif di Indonesia juga diperkuat oleh kehadiran gelombang-gelombang tropis, khususnya Gelombang Kelvin, Mixed Rossby-Gravity, dan Rossby Ekuatorial, yang saat ini terpantau aktif di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan Bagian Selatan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Maluku Utara. Kemudian, gelombang berfrekuensi rendah (low frequency) juga diperkirakan turut aktif di Sumatera Selatan, Jawa bagian barat, serta sebagian wilayah Indonesia tengah dan timur. Keberadaan gelombang-gelombang ini berperan signifikan dalam meningkatkan proses pembentukan awan hujan di daerah-daerah tersebut.

Selain itu, terpantau adanya sirkulasi siklonik di Laut Sulawesi bagian barat yang memicu terbentuknya area belokan angin dari Sulawesi Barat hingga Sulawesi Tengah. Sirkulasi siklonik lainnya teridentifikasi di Laut Filipina, yang menimbulkan perlambatan angin (zona konvergensi) membentang dari Samudra Hindia barat daya Bengkulu, Laut Natuna, hingga Kalimantan Barat bagian barat, serta membentuk belokan angin dari Kalimantan Timur hingga Papua Barat. Keberadaan zona konvergensi dan belokan angin ini berperan dalam memicu pertumbuhan awan hujan di wilayah yang dilaluinya.

Oleh karena itu, melihat perkembangan dinamika atmosfer saat ini, masyarakat diingatkan untuk tetap waspada dan sigap menghadapi potensi terjadinya cuaca signifikan. Kondisi suhu udara yang relatif kering dan hangat juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kebakaran hutan dan lahan, sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Sementara itu, sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, yang dapat disertai angin kencang dan gelombang laut tinggi.

Prospek Cuaca Sepekan ke Depan

Periode 12 – 14 Agustus 2025

Cuaca di Indonesia umumnya didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan lebat. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, dan Papua Selatan.

Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:

  • Siaga (Hujan lebat): Banten, Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
  • Angin Kencang: NTT, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Maluku, Papua Barat Daya .

Periode 15 – 18 Agustus 2025

Cuaca di Indonesia umumnya didominasi cerah berawan hingga hujan lebat. Perlu diwaspadai adanya hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, dan Papua Selatan.

Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:

  • Siaga (Hujan lebat): Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
  • Angin Kencang: Banten, D.I Yogyakarta, JAwa Timur, NTT, Maluku, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.

Prospek di atas merupakan kondisi secara umum. Untuk informasi cuaca lebih detail dapat diakses melalui website BMKG, aplikasi mobile infoBMKG dan sosial media @infoBMKG.

Imbauan

Menghadapi potensi cuaca ekstrem dalam beberapa waktu kedepan, BMKG mengimbau masyarakat untuk:

  • Waspada terhadap cuaca yang dapat berubah sewaktu-waktu, seperti hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir.Menjauhi wilayah terbuka ketika terjadi hujan yang disertai petir, serta menjauhi pohon, bangunan dan infrastruktur yang sudah rapuh ketika terjadi hujan yang disertai angin kencang.
  • Tetap gunakan tabir surya dan cukupi asupan cairan tubuh, karena cuaca terik dapat terjadi sewaktu-waktu pada periode musim kemarau.
  • Waspada akan dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap kesehatan, gunakan masker bilamana diperlukan, hindari area terbuka dan dekat dengan titik api
  • Siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat terjadi kapan saja.
  • Memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web http://www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi infoBMKG.

Tetap tenang dan siaga menghadapi perubahan cuaca ekstrem, serta pahami langkah evakuasi jika diperlukan. Informasi ini akan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan cuaca terbaru.

Catatan:

Informasi ini telah melalui proses penyuntingan dan pembaruan tanggal 11 Agustus 2025, 15.30 WIB.

Jakarta, 11 Agustus 2025

Direktorat Meteorologi Publik BMKG

Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Prospek Cuaca Mingguan Lainnya

Prospek Cuaca Mingguan Periode 30 September – 6 Oktober 2025: Gelombang Ekuator Terpantau Aktif, Waspada Cuaca Ekstrem Hingga Sepekan Kedepan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 30 September – 6 Oktober 2025: Gelombang Ekuator Terpantau Aktif, Waspada Cuaca Ekstrem Hingga Sepekan Kedepan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 26 September–2 Oktober 2025: Waspada Dampak Siklon Tropis di Utara Indonesia dan Potensi Cuaca Ekstrem pada Masa Peralihan Musim

Prospek Cuaca Mingguan Periode 26 September–2 Oktober 2025: Waspada Dampak Siklon Tropis di Utara Indonesia dan Potensi Cuaca Ekstrem pada Masa Peralihan Musim

Prospek Cuaca Mingguan Periode 23–29 September 2025: Siklon Tropis Ragasa dan Bibit Siklon 92W Tingkatkan Potensi Hujan Lebat & Gelombang Tinggi

Prospek Cuaca Mingguan Periode 23–29 September 2025: Siklon Tropis Ragasa dan Bibit Siklon 92W Tingkatkan Potensi Hujan Lebat & Gelombang Tinggi