
Kembali ke Berita Utama
Perkokoh Kelembagaan, BMKG Dorong Sinergi Lintas Unit Demi Layanan Data yang Andal
27 November 2025
Muhammad Yusril Ihza
Berita Utama

Banten, 27 November 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus memperkuat sistem peringatan dini nasional melalui modernisasi tata kelola, peningkatan kualitas data, serta integrasi kerja antar-unit. Langkah tersebut diambil sebagai respons atas meningkatnya frekuensi cuaca ekstrem, dinamika atmosfer, dan kompleksitas ancaman gempabumi serta tsunami di Indonesia.
Sebagai bagian dari percepatan transformasi tersebut, Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani melakukan inspeksi operasional ke Balai Besar MKG Wilayah II dan Stasiun Meteorologi Maritim Kelas I Merak pada Kamis (28/11/2025). Kunjungan ini menjadi langkah strategis untuk memastikan kesiapan unit wilayah dalam mendukung sistem peringatan dini yang andal dari pusat hingga daerah.
Dalam arahannya, Faisal menegaskan bahwa kualitas data merupakan fondasi dari seluruh layanan BMKG. Menurutnya, keakuratan data menentukan ketepatan analisis dan kebijakan mitigasi.
“Data yang tidak terkalibrasi tepat waktu berarti data yang tidak valid. Dan data yang tidak valid tidak dapat digunakan untuk menyelamatkan masyarakat,” ujarnya.
Di Balai Besar MKG Wilayah II, Faisal meninjau tiga komponen vital yakni Meteorology and Climatology Early Warning System (MCEWS), Pusat Gempa Regional II, serta Laboratorium Instrumentasi dan Kalibrasi. Ketiga komponen tersebut merupakan pilar utama dalam menjaga keakuratan dan kestabilan data, serta kecepatan diseminasi informasi peringatan dini.
Faisal menekankan bahwa upaya modernisasi harus dimulai dari internal organisasi. Sinergi antar-tim, mulai dari meteorologi, iklim, gempa bumi, maritim, arsip, hingga kalibrasi, dinilai penting untuk memperkuat layanan operasional. Menurutnya, inovasi dan pelaksanaan fungsi organisasi harus diperkuat oleh seluruh pegawai, bukan hanya pimpinan unit.
“Karena harapannya BMKG menjadi lembaga yang semakin kokoh,” tuturnya.
Koordinasi berlapis antara UPT, Balai, hingga Pusat juga perlu berjalan konsisten sehingga penguatan sistem dapat dirasakan pada seluruh lini layanan. Dengan mekanisme internal yang solid, kolaborasi dengan para pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, TNI/Polri, dan Basarnas akan berjalan lebih efisien.
Faisal menjelaskan bahwa data BMKG kini menjadi tulang punggung berbagai sektor strategis nasional. Mulai dari penentuan masa tanam pertanian, perencanaan energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB), prediksi potensi wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di sektor kesehatan, pengembangan infrastruktur hijau, hingga mitigasi bencana skala nasional.
Untuk itulah, ia menekankan pentingnya menjaga kedaulatan data nasional, terutama data mentah atau Data Level 1. Ia mengingatkan agar data tersebut dikelola dengan hati-hati agar tidak dimanfaatkan pihak luar untuk kepentingan komersial sepihak.
“Kita harus memperkuat kompetensi agar mampu memberikan olahan data mendalam yang diperlukan seluruh elemen bangsa, sehingga masyarakat tidak perlu bergantung pada layanan berbayar yang mahal,” pungkasnya.
Menutup rangkaian kunjungan, Faisal juga mengevaluasi gudang arsip penyimpanan data BMKG dari berbagai wilayah Indonesia. Ia menegaskan bahwa arsip data historis merupakan elemen penting untuk riset iklim jangka panjang, analisis gempabumi, serta dasar perencanaan pembangunan berbasis sains.










