
Kembali ke Berita Utama
BMKG Terima Kunjungan World Bank, Paparkan Perkembangan Sistem Peringatan Dini Bencana
28 August 2025
Linda Juliawanti
Berita Utama

Jakarta, 27 Agustus 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menerima kunjungan dari tim Bank Dunia pada Rabu (27/8) di Kantor Pusat BMKG, Jakarta. Kunjungan ini merupakan bagian dari evaluasi rutin terhadap Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP), dimana BMKG menjadi salah satu lembaga pelaksana utama. Proyek tersebut bertujuan memperkuat sistem mitigasi bencana nasional, khususnya menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami.
Dalam sambutannya, Deputi Bidang Geofisika BMKG, Nelly Florida Riama, menyampaikan bahwa IDRIP memegang peran strategis dalam membangun Indonesia yang lebih tangguh dalam menghadapi bencana.
“Tujuan pertemuan ini adalah memastikan seluruh rangkaian sistem peringatan dini dapat memberi manfaat nyata, baik bagi pemangku kepentingan maupun masyarakat, sekaligus menjadi bagian penting untuk melihat sejauh mana target itu tercapai,” ujar Nelly.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bahwa BMKG berkomitmen untuk menuntaskan target proyek sesuai rencana. Menurutnya, kolaborasi dengan Bank Dunia juga penting untuk memastikan proyek berjalan sesuai standar internasional serta memberikan manfaat maksimal bagi keselamatan publik.
Dari sisi hulu, Direktur Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu BMKG, Setyoajie Prayoedhie, menjelaskan penguatan infrastruktur pemantauan gempa bumi yang sedang dilakukan. Proyek ini berfokus pada modernisasi dan penambahan kerapatan jaringan sensor gempa di seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu capaian penting adalah peningkatan kapabilitas Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) yang kini mampu mengeluarkan peringatan dini tsunami dalam waktu kurang dari tiga menit setelah gempa terjadi. Ia juga menjelaskan terkait prototipe perangkat sistem peringatan dini yang masih harus terus diselesaikan.
“Total perangkat yang sudah terpasang sebanyak 231 unit, dengan 219 unit beroperasi aktif. Ke depan, perangkat ini akan berkontribusi signifikan dalam mendukung analisis gempa bumi maupun peringatan dini tsunami,” jelas Setyoajie.
Percepatan ini didukung oleh penambahan infrastruktur secara masif, termasuk perluasan jaringan sensor seismik hingga lebih dari 553 unit di seluruh Indonesia serta instalasi 100 stasiun tsunami gauge baru.
Sementara itu, Indra Gunawan, perwakilan Direktorat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, menegaskan bahwa penguatan infrastruktur tersebut berdampak langsung pada layanan peringatan dini.
“Dengan data yang lebih baik dan sistem pemrosesan berkapasitas tinggi (High-Performance Computing / HPC), analisis potensi tsunami bisa dilakukan lebih cepat. Tujuannya jelas, yaitu memperpendek waktu penyampaian peringatan sehingga masyarakat memiliki lebih banyak waktu untuk evakuasi,” ungkap Indra.
Selain itu, BMKG juga menampilkan sejumlah inovasi teknologi hasil dukungan IDRIP, antara lain:
- Pemasangan Warning Receiver System (WRS) di 500 lokasi strategis, termasuk kantor BPBD dan fasilitas vital, agar informasi peringatan dapat diterima secara cepat.
- Instalasi Seismic Borehole hingga kedalaman 250 meter untuk mendapatkan data guncangan tanah yang lebih akurat.
- Pembangunan Gedung Operasional baru yang dilengkapi teknologi peredam gempa (Base Isolator), memastikan pusat kendali tetap berfungsi meskipun terjadi guncangan kuat.
Rangkaian kunjungan tim Bank Dunia akan dilanjutkan dengan diskusi teknis dan peninjauan lapangan hingga awal September. Hasil pertemuan akan dirangkum dalam dokumen Aide-Memoire. Dokumen tersebut menjadi pedoman strategis bagi BMKG dan para pemangku kepentingan untuk mempercepat penyelesaian proyek serta memastikan keberlanjutannya dalam memperkuat ketahanan Indonesia terhadap bencana gempa bumi dan tsunami.