Kembali ke Berita

Sinergi BMKG dan Pemkab Pandeglang, Warga Pesisir Sumur Dibekali Kesiapsiagaan Hadapi Gempabumi dan Tsunami

18 October 2025

Tedy Reynaldy

Berita

Sinergi BMKG dan Pemkab Pandeglang, Warga Pesisir Sumur Dibekali Kesiapsiagaan Hadapi Gempabumi dan Tsunami

Pandeglang, 18 Oktober 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyelenggarakan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) 2025 di Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten. Kegiatan ini merupakan langkah strategis untuk membangun masyarakat siaga dan tangguh bencana, mengingat Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu wilayah dengan tingkat risiko gempa dan tsunami yang tinggi di Provinsi Banten.

Direktur Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu BMKG Setyoajie Prayoedhie menyatakan bahwa penguatan edukasi kesiapsiagaan menjadi krusial melihat tren frekuensi gempa bumi yang terus meningkat dan mekanisme pembangkitan tsunami yang semakin kompleks. Oleh karenanya, SLG adalah wujud kepedulian negara terhadap keselamatan bangsa dari ancaman bahaya yang nyata.

“Risiko bencana sesungguhnya dapat kita kurangi apabila kita secara terencana dan terukur melakukan upaya mitigasi yang melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat,” kata Setyoajie di Pandeglang, Sabtu (18/10).  

Lebih lanjut, Kabupaten Pandeglang, yang berada di Provinsi Banten, memiliki tingkat kerawanan tinggi karena wilayah ini dipengaruhi oleh empat sumber utama potensi bencana: Zona Megathrust selatan Jawa dengan potensi M 8,9, zona sesar aktif (Semangko dan Ujung Kulon), Zona Graben Selat Sunda yang berpotensi longsor dasar laut, serta aktivitas Gunung Anak Krakatau. Mengingat kembali pada peristiwa tsunami 22 Desember 2018 akibat longsoran Gunung Anak Krakatau yang menerjang Kecamatan Sumur dan sekitarnya, serta gempabumi M 6,9 pada 2019 yang guncangannya menimbulkan kepanikan di Kec. Sumur. Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa ancaman di Pandeglang bersifat kompleks, baik dari sumber tektonik maupun non-tektonik.

Dalam SLG kali ini, peserta akan dilatih menggunakan simulasi dengan skenario sistem peringatan dini terbaru BMKG, yaitu Indonesia Earthquake Early Warning System (InaEEWS). BMKG juga mendorong Pemda dan masyarakat mengimplementasikan 12 Indikator Tsunami Ready dari UNESCO-IOC, dengan cita-cita mewujudkan zero victim (tanpa korban) di wilayah berisiko seperti Pandeglang.

“Pada kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami kali ini, peserta juga akan berlatih melalui Simulasi gempabumi kuat dengan skenario sistem peringatan dini gempabumi yang tengah dikembangkan oleh BMKG, yaitu Indonesia Earthquake Early Warning System (InaEEWS),” jelas Setyoajie.

Melalui program prioritas nasional seperti SLG, Tsunami Ready Community, dan BMKG Goes To School, BMKG bertujuan membentuk kesadaran, kewaspadaan, dan kapasitas masyarakat untuk merespons tanda-tanda bahaya alam secara cepat dan tepat.

“Kami mengharapkan pemerintah daerah, masyarakat, maupun pihak swasta bekerja sama meningkatkan kapabilitasnya agar peduli dan siap merespon tanda-tanda bahaya alam, sama baiknya dengan memahami peringatan dini resmi dari BMKG,” tambah Setyoajie.

Di sisi lain, Setyoajie mendorong implementasi 12 Indikator Komunitas Siaga Tsunami dari UNESCO-IOC di Pandeglang. Indikator ini mencakup pembangunan rambu evakuasi, peta bahaya tsunami, hingga rencana kontingensi. Terpenuhinya indikator ini tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan cita-cita zero victim, tetapi juga diyakini dapat meningkatkan kepercayaan investor dan wisatawan untuk datang ke wilayah tersebut.

Anggota Komisi V DPR RI, Ahmad Fauzi, memberikan apresiasi tinggi kepada BMKG, atas penyelenggaraan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang Tahun 2025. Beliau menekankan bahwa kegiatan ini merupakan upaya penting untuk meningkatkan edukasi serta kapasitas penyebaran informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami, baik kepada pemerintah daerah maupun langsung ke masyarakat.

“Harapan kami kepada para peserta yang mengikuti SLG, dapat berperan sebagai ‘Agent of Change’ dalam edukasi dan literasi kepada masyarakat dan pelajar untuk mewujudkan kesiapsiagaan dan pencegahan menghadapi gempabumi dan tsunami,” ujar Ahmad Fauzi.

Ahmad Fauzi menyoroti bahwa Kecamatan Sumur memiliki risiko bencana yang perlu diwaspadai. Wilayah ini merupakan daerah pesisir yang berhadapan langsung dengan Selat Sunda , sebuah area yang menyimpan potensi ancaman multi hazard. Beliau mengingatkan bahwa ancaman tidak hanya datang dari gempabumi tektonik, tetapi juga dari aktivitas Gunung Api Anak Krakatau (GAK) , yang secara historis pernah memicu tsunami di Selat Sunda. Oleh karena itu, SLG ini dinilai krusial sebagai wadah koordinasi untuk memperkuat upaya pengurangan risiko bencana di wilayah tersebut.

“Saya berharap semua peserta SLG dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan baik dan dapat berkontribusi nyata dalam membangun budaya Kecamatan Sumur yang Sadar, Siaga dan Selamat dalam menhadapi gempabumi dan tsunami,” tutup Anggota Komisi V DPR RI tersebut.

Bupati Pandeglang, yang diwakili oleh Kepala Pelaksana BPBD Kab. Pandeglang Riza Ahmad Kurniawan, menegaskan bahwa pelajaran dari tragedi masa lalu menjadi landasan utama untuk membangun komunitas yang tangguh. Pada bencana tsunami 2018, Kabupaten Pandeglang mencatat korban terbanyak dengan sedikitnya 292 orang meninggal, 3.976 luka-luka, dan puluhan ribu warga mengungsi.

“Peristiwa tujuh tahun lalu dan juga tsunami Pangandaran 2006 memberikan dua pelajaran penting: pertama, wilayah pesisir Banten, termasuk Pandeglang, sangat rawan tsunami. Kedua, pemerintah serta masyarakat wajib membangun kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana,” ujarnya .

Sebagai respons atas kerawanan tersebut, BMKG telah memberikan dukungan teknologi vital bagi Pandeglang. Tiga unit Warning Receiver System New Generation (WRS-NG)—perangkat penerima informasi gempa dan peringatan dini tsunami secara real-time—telah terpasang di lokasi strategis: Kantor Setda Pandeglang, Kantor BPBD Kabupaten Pandeglang, dan KEK Tanjung Lesung. Selain itu, sirine peringatan dini juga telah diaktifkan di Desa Teluk Labuan dan Desa Sidamukti untuk menjangkau masyarakat pesisir secara langsung.

“Kami sungguh beruntung mendapat perhatian dari pemerintah pusat melalui BMKG. Penyelenggaraan Sekolah Lapang Gempabumi ini, ditambah dengan semua peralatan canggih yang ada, diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat dalam merespons ancaman gempa dan tsunami,” tambah Riza.

Kepala Pelaksana BPBD Kab. Pandeglang juga mengapresiasi dipilihnya Kecamatan Sumur sebagai lokasi SLG 2025. Ia berpesan kepada seluruh peserta untuk mengikuti kegiatan dengan serius agar tujuan utama, yaitu menciptakan masyarakat yang siaga dan tangguh bencana, dapat terwujud.

“Sudah seharusnya kita menjaga seluruh peralatan yang telah dipasang oleh BMKG dan menggunakannya sebagaimana mestinya. Kapasitas yang kita bangun hari ini adalah investasi untuk keselamatan generasi mendatang,” tutupnya.

Acara ini dihadiri oleh berbagai unsur dari Pemkab Pandeglang, pihak swasta, dan diikuti dengan antusias oleh masyarakat setempat. BMKG mengapresiasi seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam kesuksesan acara dan berharap para peserta dapat menjadi agen perubahan dalam mewujudkan masyarakat siaga tsunami di Kabupaten Pandeglang. (TR/DH)

 

Berita Lainnya

Kunjungi Jayapura, BMKG Perkuat Mitigasi Bencana dan Edukasi Kebencanaan

Kunjungi Jayapura, BMKG Perkuat Mitigasi Bencana dan Edukasi Kebencanaan

Optimalisasi Standar Pelayanan, BMKG Gelar Forum Konsultasi Publik

Optimalisasi Standar Pelayanan, BMKG Gelar Forum Konsultasi Publik

Kongres Kedua A3I Menyikapi Potensi Hidrometeorologi dan Menetapkan Pengurus Baru Periode 2025–2028

Kongres Kedua A3I Menyikapi Potensi Hidrometeorologi dan Menetapkan Pengurus Baru Periode 2025–2028