Kembali ke Berita

Kongres Kedua A3I Menyikapi Potensi Hidrometeorologi dan Menetapkan Pengurus Baru Periode 2025–2028

16 October 2025

Fahmi Dendi Saputra

Berita

Kongres Kedua A3I Menyikapi Potensi Hidrometeorologi dan Menetapkan Pengurus Baru Periode 2025–2028

Jakarta, 16 Oktober 2025 – Asosiasi Ahli Atmosfer Indonesia (A3I) menggelar Kongres Kedua di Auditorium BMKG, Jakarta, Kamis (16/10). Kegiatan yang secara resmi dibuka oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati selaku Pembina A3I dan Kegiatan ini juga dihadiri oleh para ahli, pejabat tinggi BMKG, akademisi, dan pengurus A3I ini menjadi momentum penting untuk memperkuat peran A3I dalam meningkatkan literasi atmosfer serta memperkuat sinergi antara ilmu pengetahuan dan praktik operasional meteorologi di Indonesia.

Dwikorita dalam sambutannya mengapresiasi kiprah A3I sebagai wadah para pakar atmosfer Indonesia yang berkontribusi dalam penguatan sains kebumian dan kebencanaan nasional.

“Saya yakin seluruh hadirin di sini adalah para pakar – ahli dari segala ahli – di bidang atmosfer. Melalui kongres ini, saya berharap seluruh pengalaman, hasil riset, dan praktik operasional Bapak-Ibu dapat benar-benar mewarnai program-program A3I ke depan. Programnya tidak harus banyak, tapi harus berdampak nyata bagi masyarakat,” ujarnya.

Dwikorita juga mendorong agar A3I memperkuat eksistensinya di ruang publik, sehingga masyarakat mengenal dan mempercayai pandangan ilmiah A3I dalam isu-isu cuaca dan iklim.

“Kita ingin masyarakat merasa tenang karena mereka tahu A3I sudah menyampaikan pandangannya. Eksistensi seperti inilah yang perlu dikuatkan agar A3I benar-benar dirasakan manfaatnya oleh publik,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya sinergi antara BMKG dan A3I, mengingat banyak anggota A3I juga merupakan staf dan pejabat di lingkungan BMKG.

“BMKG harus terus menjadi science-based operational agency, lembaga operasional yang berbasis sains dan profesionalitas tinggi. A3I bisa menjadi mitra intelektual yang memperkuat fondasi ilmiah tersebut,” kata Dwikorita.

Ia juga menyoroti peluang besar bagi A3I untuk mengembangkan teori-teori atmosfer yang lebih relevan dengan kondisi tropis Indonesia, sekaligus memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dunia.

“Banyak teori meteorologi lahir dari kondisi subtropis yang berbeda dengan Indonesia. Di sinilah peluang inovasi muncul — bagaimana kita bisa mengembangkan teori yang lebih kontekstual dan aplikatif di wilayah kepulauan,” jelasnya.

Kegiatan ini dibuka dengan sambutan dari Ketua A3I periode 2021–2024, Widada Sulistya, yang menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak atas dukungan terhadap penyelenggaraan kongres. Widada menyebut bahwa kongres kedua ini semula direncanakan pada tahun sebelumnya, namun baru dapat terlaksana pada 2025 karena sejumlah kendala teknis.

“Kongres ini dapat terselenggara berkat dukungan dari Kedeputian Bidang Modifikasi Cuaca BMKG. Kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Deputi atas dukungan luar biasa. Kebetulan, Pak Seto juga merupakan salah satu pendiri A3I,” ujar Widada.

Sementara itu, Ketua A3I, Widada menekankan pentingnya peran A3I dalam mengedukasi masyarakat agar lebih memahami cuaca dan iklim, sekaligus menggunakan istilah meteorologi secara tepat. Ia mencontohkan, masih sering ditemukan kekeliruan penggunaan istilah di lapangan, yang menunjukkan perlunya peningkatan literasi atmosfer di berbagai sektor.

“Tantangan A3I ke depan adalah bagaimana merespons hal-hal semacam ini dengan meningkatkan kompetensi dan literasi anggotanya, sekaligus membantu masyarakat memahami istilah dan konsep meteorologi dengan benar,” lanjutnya.

Widada menjelaskan, istilah “potensi” dipilih karena hidrometeorologi tidak selalu bermakna negatif. “Kita perlu mengubah persepsi publik bahwa hidrometeorologi tidak selalu identik dengan bencana. Ada sisi positifnya, seperti mendukung ketahanan pangan dan pembangunan sektor sensitif terhadap cuaca dan iklim,” tegasnya.

Selain pembahasan ilmiah, agenda kongres meliputi evaluasi program kerja, laporan pertanggungjawaban pengurus, serta pemilihan pengurus baru periode 2025–2028. Widada mengungkapkan bahwa beberapa program, seperti pembentukan cabang A3I di daerah, masih perlu dilanjutkan oleh kepengurusan berikutnya.

Kongres juga menghadirkan Prof. Harkunti Pertiwi Rahayu, Ph.D, Guru Besar Institut Teknologi Sumatera (Itera) sekaligus Ketua Umum Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI), yang memberikan orasi ilmiah bertema “Peran A3I dalam Menyikapi Potensi Hidrometeorologi.”

Kongres kemudian dilanjutkan dengan pemilihan Ketua A3I periode 2025–2028, yang secara resmi menetapkan Ardhasena Sopaheluwakan, M.Sc, sebagai ketua baru menggantikan Widada Sulistya.

Dalam sambutan perdananya, Ardhasena menyampaikan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan dan berkomitmen untuk melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan A3I dengan semangat kolaborasi dan inovasi.

“Saya akan meneruskan tongkat estafet yang sebelumnya telah dibangun oleh Dr. Widada dan jajaran pengurus lama. Semoga kita dapat bersama-sama membawa A3I semakin maju, berperan aktif dalam pengembangan ilmu atmosfer, dan memberikan manfaat nyata bagi bangsa,” ungkap Ardhasena.

Asosiasi Ahli Atmosfer Indonesia (A3I) merupakan wadah profesional para pakar meteorologi dan atmosfer di Indonesia. Didirikan dengan dukungan BMKG, A3I berkomitmen untuk mengembangkan ilmu atmosfer, memperkuat literasi publik tentang cuaca dan iklim, serta menjembatani komunikasi ilmiah antara akademisi, praktisi, dan masyarakat luas.

 

Berita Lainnya

Kongres Kedua A3I Menyikapi Potensi Hidrometeorologi dan Menetapkan Pengurus Baru Periode 2025–2028

Kongres Kedua A3I Menyikapi Potensi Hidrometeorologi dan Menetapkan Pengurus Baru Periode 2025–2028

Perkuat Sinergi Menuju Ekosistem yang Berkelanjutan, BMKG Gelar Rakornas Modifikasi Cuaca 2025

Perkuat Sinergi Menuju Ekosistem yang Berkelanjutan, BMKG Gelar Rakornas Modifikasi Cuaca 2025

BMKG Tandatangani Project Completion Infrastruktur ICT dan Sistem Pemrosesan Data Proyek IDRIP

BMKG Tandatangani Project Completion Infrastruktur ICT dan Sistem Pemrosesan Data Proyek IDRIP