Kembali ke Berita

Menutup IDRIP: Peringatan Dini Gempa–Tsunami Kini Maksimum 3 Menit, Akurasi >90%

31 October 2025

Dian Endah

Berita

Menutup IDRIP: Peringatan Dini Gempa–Tsunami Kini Maksimum 3 Menit, Akurasi >90%

Jakarta, 30 Oktober 2025 — Pada Closing Ceremony Indonesia Disaster Resilience Initiative Project (IDRIP) di BNPB, Kepala BMKG Prof. Dwikorita Karnawati menegaskan lompatan modernisasi sistem pemantauan pemrosesan dan diseminasi gempa bumi dan tsunami secara nasional. “Sebelumnya peringatan dini diberikan dalam waktu 5 menit. Setelah dikerjakan melalui proyek IDRIP kami sudah dapat memberikan peringatan dini dan sudah teruji maksimum 3 menit, bahkan beberapa kejadian antara 2 hingga 3 menit. Kemudian lebih akurat, akurasinya meningkat dan jangkauannya juga lebih luas” tutur Dwikorita.

Sistem peringatan dini ini diintegrasikan menjadi sistem Multi Hazard Early Warning System (MHEWS) yang dibangun di Kemayoran (Jakarta) sebagai sistem yang utama dan di Denpasar (Bali) sebagai backup center, menggabungkan modul seismologi–tsunami dengan jaringan diseminasi terpadu agar aliran informasi dari hulu ke hilir berjalan mulus, yang diperkuat oleh super computer.

Menurut Dwikorita, pengembangan high performance computing digunakan untuk mempercepat analisis gempa dan tsunami secara real time. “Ini merupakan suatu hasil yang patut kita banggakan karena supercomputer yang dihasilkan dari proyek IDRIP ini termasuk 500 besar supercomputer yang ada di dunia. Jadi masuk dalam rentetan 500 besar dan kita beri nama SMONG (Supercomputer for Multi-hazards Operations and Numerical Modelling)”.

Modernisasi peralatan diimbangi dengan penguatan kapasitas SDM, telah terlaksana lebih dari 40 pelatihan yang melibatkan 1.000+ peserta lintas satuan kerja dan mitra daerah.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menegaskan bahwa IDRIP lahir dari pelajaran bencana 2018 (NTB, Palu–Donggala, dan Selat Sunda) untuk memperkuat peralatan, SDM, dan kesiapsiagaan di wilayah berisiko gempa–tsunami.

Suharyanto menambahkan, rantai hilir kini terstandar dan terlatih, informasi BMKG mengalir ke Pusdalops pusat–daerah, diteruskan ke desa tangguh, sirine diaktifkan, warga mengikuti rute evakuasi yang sudah diperkenalkan dalam Latihan, sehingga perilaku berbahaya seperti berbondong ke pantai saat air surut tidak terjadi lagi. “Bencananya tidak bisa dihentikan, tapi risikonya bisa dikurangi,” tegasnya.

Dwikorita menyampaikan apresiasi kepada BNPB sebagai Executing Agency, Bank Dunia, serta seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang terlibat. Ia menutup dengan seruan kolaboratif: “Mari kita perkuat Early Warning for All dan Early Action by All—agar peringatan dini yang makin cepat dan akurat benar-benar menyelamatkan nyawa.”

Acara ini menandai berakhirnya proyek kolaboratif antara pemerintah indonesia dan world bank, dimana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bertindak sebagai executing agency dan BMKG sebagai selaku implementing agency.

Mekanisme monitoring evaluasi dan pelaporan IDRIP yang dilaksanakan bersama BNPB mencerminkan prinsip akuntabilitas dan transparansi sesuai regulasi nasional sistem pengaduan dan umpan balik publik terintegrasi antara BNPB dan BMKG yang menjadi bukti nyata bahwa program ini tidak hanya berorientasi pada output tetapi juga impact bagi masyarakat.

Berita Lainnya

Menutup IDRIP: Peringatan Dini Gempa–Tsunami Kini Maksimum 3 Menit, Akurasi >90%

Menutup IDRIP: Peringatan Dini Gempa–Tsunami Kini Maksimum 3 Menit, Akurasi >90%

BMKG Terima Penghargaan Arsip Statis dari ANRI, Tegaskan Arsip sebagai Big Data Strategis Bangsa

BMKG Terima Penghargaan Arsip Statis dari ANRI, Tegaskan Arsip sebagai Big Data Strategis Bangsa

Berkunjung ke BMKG, Siswa PKBM Madani Al-Washiyyah Tanamkan Pengetahuan Cuaca dan Mitigasi Bencana

Berkunjung ke BMKG, Siswa PKBM Madani Al-Washiyyah Tanamkan Pengetahuan Cuaca dan Mitigasi Bencana