
Kembali ke Berita
Mahasiswa ITERA Kunjungi BMKG, Makin Paham Peringatan Dini Cuaca dan Mitigasi Gempabumi
20 August 2025
Miftah Fauziah
Berita

Jakarta, 20 Agustus 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hadirkan metode yang lebih praktis dan asyik untuk memperkuat literasi kebencanaan masyarakat melalui kegiatan edukasi. Hal ini dirasakan langsung oleh 10 mahasiswa dan 5 dosen Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan Institut Teknologi Sumatera (ITERA) yang berkunjung ke Kantor Pusat BMKG, Jakarta pada Rabu (20/8).
“BMKG terus berupaya menghadirkan layanan informasi yang mudah diakses dan dipahami masyarakat agar pengetahuan tentang sistem peringatan dini dan mitigasi bencana dapat diterapkan secara nyata di kehidupan sehari-hari,” terang Tim Meteorologi Publik Miftah Ali dalam sesi pemaparan materi Meteorological Early Warning System (MEWS).
MEWS (Meteorology Early Warning System) atau Sistem Peringatan Dini Meteorologi menghadirkan prakiraan cuaca harian hingga 10 hari ke depan secara lebih presisi hingga level kelurahan dan kecamatan. Sistem ini menjadi tolok ukur BMKG dalam mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem beberapa waktu ke depan.
Pada sesi ini, Miftah memberikan penjelasan mengenai dasar meteorologi, unsur-unsur cuaca, serta produk layanan informasi BMKG pada MEWS. Beberapa produk layanan informasi BMKG di antaranya, prakiraan harian dan impact based forecast (IBF), informasi citra inderaja dari satelit dan radar, informasi peringatan dini, hingga informasi khusus untuk berbagai kebutuhan sektor.
Bukan hanya soal cuaca, Akhmad Fahim juga menjelaskan mengapa iklim Indonesia memiliki karakteristik unik.
“Letak geografis Indonesia yang berada di wilayah tropis serta adanya pengaruh pertemuan sirkulasi angin dari samudra dan benua di sekitarnya menjadikan variabilitas iklim di Indonesia sangat tinggi,” jelasnya.
Selanjutnya, mahasiswa dan dosen mempelajari materi Potensi Gempabumi Jakarta dan Kesiapsiagaan Menghadapi Gempabumi serta Tsunami yang disampaikan oleh Mila Apriani dan Efa Endang Setiawati dari Tim Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG.
“Jakarta memiliki sejarah panjang gempabumi merusak, sehingga kesadaran dan kesiapsiagaan perlu dibangun sejak dini,” terang Mila Apriani.
Potensi gempa megathrust di Selat Sunda turut dibahas karena dapat berdampak luas pada wilayah sekitarnya. Oleh karena itu, BMKG berperan penting dalam memberikan informasi yang akurat dan cepat untuk langkah evakuasi masyarakat .
Sementara itu, ditampilkan video edukatif yang mempermudah peserta memahami langkah-langkah mitigasi bencana secara lebih jelas. Video tersebut telah mengakomodasi kebutuhan masyarakat secara inklusif sehingga diharapkan pesan kesiapsiagaan dapat diterima oleh semua kalangan.
Peserta diajak memahami langkah-langkah perlindungan diri saat gempa, seperti Drop, Cover, and Hold On. Dua mahasiswa berkesempatan mempraktikkan perlindungan diri dengan memanfaatkan tas atau kursi untuk melindungi bagian vital, serta pentingnya evakuasi menuju titik kumpul setelah guncangan mereda.
Pemaparan ini memantik pertanyaan dari para peserta yang disampaikan pada sesi tanya-jawab. Salah satu mahasiswa ITERA bertanya, “Mengapa BMKG tidak bekerja sama dengan produsen telepon pintar agar informasi BMKG bisa langsung terintegrasi di perangkat mereka?”
Pertanyaan ini diapresiasi oleh narasumber sebagai pertanyaan yang sangat baik. Bahkan, penanya diberikan hadiah sebagai bentuk penghargaan atas partisipasi aktifnya.
Usai pemaparan materi, rombongan diajak berkunjung ke Ruang Operasional InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) guna melihat secara langsung proses penyebarluasan informasi gempabumi dan tsunami.
Kegiatan ditutup dengan pengalaman praktik menggunakan simulator gempabumi yang disambut antusias oleh mahasiswa dan dosen. Simulasi ini membantu mereka menggambarkan kondisi saat gempa terjadi sekaligus mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi gempabumi.
Melalui kunjungan ini, BMKG menunjukkan komitmen dalam menghadirkan layanan informasi yang terbuka, inklusif, dan bermanfaat bagi masyarakat. Dengan demikian, mahasiswa dan dosen ITERA diharapkan semakin memahami pentingnya sistem peringatan dini, mitigasi bencana, serta kesiapsiagaan menghadapi gempabumi dan tsunami, sehingga mampu menularkan pemahaman dan menumbuhkan budaya sadar bencana di lingkungannya masing-masing.