Kembali ke Berita

BMKG Ungkap Kemajuan Sistem Peringatan Dini Gempa Lewat Purwarupa EEWS Nasional

18 November 2025

Linda Juliawanti

Berita

BMKG Ungkap Kemajuan Sistem Peringatan Dini Gempa Lewat Purwarupa EEWS Nasional

Jakarta, 18 November 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memaparkan perkembangan terbaru purwarupa Sistem Peringatan Dini Gempabumi atau Earthquake Early Warning System (EEWS). Pemaparan ini dilakukan dalam rangkaian peringatan 10 Tahun Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) di Auditorium BMKG Pusat, Selasa (18/12), oleh Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Setyoajie Prayoedhie.

Dalam paparannya, Setyoajie menjelaskan bahwa EEWS dirancang untuk memberikan informasi guncangan beberapa detik sebelum gempabumi kuat dirasakan. Sistem ini sangat penting karena Indonesia berada di kawasan tektonik aktif. Pada tahap awal, pengembangan difokuskan pada empat wilayah percontohan atau purwarupa yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Lampung. Keempat wilayah dipilih karena memiliki populasi besar dan infrastruktur strategis.

Konsep purwarupa EEWS memanfaatkan “detik emas”, yaitu beberapa detik berharga menjelang guncangan terkuat tiba. Dalam waktu singkat tersebut, masyarakat maupun sistem otomatis dapat mengambil langkah pengurangan risiko, seperti melindungi diri atau menghentikan operasi infrastruktur penting.

“Kalau di gempabumi ada istilah waktu emas (golden time), di EEWS ini lebih ke “detik”-nya. Artinya, kita menghitung beberapa detik berharga yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat terdampak ataupun infrastruktur vital ketika ada potensi terjadinya guncangan gempabumi,” ungkap Setyoajie. 

Pengembangan purwarupa EEWS dilakukan melalui integrasi tiga komponen utama, yaitu sensor, sistem analisis, dan jalur diseminasi informasi. Sistem tersebut menggunakan warning display, aplikasi InaMobile yang saat ini masih dalam tahap uji coba (beta testing), serta perangkat Warning Receiver System (WRS), yaitu perangkat penerima peringatan dini untuk instansi teknis.

“Secara algoritma, total ada 228 sensor yang kita optimalkan dalam prototipe ini, terdiri dari accelerometer  (sensor percepatan yang mendeteksi getaran awal) dan intensity meter (alat untuk mengukur tingkat guncangan dengan skala MMI),” kata Setyoajie. 

Kualitas data diperkuat melalui Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP). Kemampuan sistem diuji pertama kali pada Gempabumi Cianjur, 21 November 2022, ketika EEWS berhasil memberikan informasi awal dalam hitungan detik.

Selama 2022–2025, BMKG mengevaluasi 143 kejadian gempabumi dan mencatat tingkat keberhasilan sistem mencapai 88,82%. Angka ini menunjukkan kemampuan EEWS dalam mendeteksi, menganalisis, dan mengeluarkan informasi dini secara cepat.

Adapun alur waktu penyampaian informasi gempabumi dilakukan bertahap, dengan cara: 

  • Peringatan dini guncangan diberikan dalam 0–60 detik pertama di wilayah purwarupa.
  • Pada menit kedua, sistem menampilkan peta guncangan. 
  • Setelah itu, Pusat Gempa Nasional (PGN) memberikan parameter gempa yang lebih presisi dalam waktu kurang dari tiga menit. 
  • Tahap berikutnya adalah pembaruan informasi tsunami, shakemap, dan laporan final sesuai prosedur. 

Untuk mengurangi false warning (peringatan keliru) dilakukan dengan meningkatkan kerapatan sensor, memperbaiki kualitas sinyal, mengkarantina sensor dengan tingkat kebisingan tinggi (low SNR atau Signal to Noise Ratio rendah), dan memperkuat algoritma pengenalan gelombang gempabumi.

Tak hanya itu, BMKG juga menyiapkan jalur khusus bagi infrastruktur vital seperti Kereta Cepat dan MRT yang memerlukan respons otomatis, misalnya pengereman darurat atau penghentian operasi sistem.

Lebih lanjut, Setyoajie menjelaskan bahwa BMKG telah melakukan sosialisasi dan simulasi skenario peringatan dini secara nasional. Kolaborasi dengan BRIN dilakukan untuk mengembangkan algoritma paralel yang lebih sesuai dengan karakteristik kegempaan Indonesia. Selain itu, BMKG melakukan benchmarking dengan negara yang lebih dahulu mengoperasikan sistem ini. 

“Dalam 5 tahun ke depan, target kami ada lebih dari 1.000 perangkat yang akan diinstal, sehingga harapannya seluruh Pulau Jawa sampai dengan Lombok bisa mendapatkan informasi peringatan dini gempabumi,” pungkasnya. 

Peringatan 10 Tahun SLG juga diisi dengan simulasi gempabumi dan tsunami menggunakan skenario terbaru. Dalam simulasi ini, peserta merasakan alur lengkap penanganan gempabumi mulai dari deteksi awal, aktivasi peringatan, respons evakuasi, hingga pemanfaatan peta guncangan.

Hadir dalam kegiatan tersebut BNPB, BPBD, lembaga teknis, akademisi, dan media untuk memastikan seluruh pihak memahami alur kerja peringatan dini dan tata cara penyelamatan diri. Simulasi ini sekaligus menguji kesiapan jalur diseminasi informasi serta kemampuan peserta menggunakan informasi EEWS secara cepat dan tepat.

Berita Lainnya

BMKG Dukung Kesiapsiagaan Daerah dengan Informasi Cuaca Real-Time

BMKG Dukung Kesiapsiagaan Daerah dengan Informasi Cuaca Real-Time

Transformasi Transmigrasi Dimulai dari Sains: BMKG Hadir dengan Layanan Cuaca, Iklim dan Geofisika Terintegrasi

Transformasi Transmigrasi Dimulai dari Sains: BMKG Hadir dengan Layanan Cuaca, Iklim dan Geofisika Terintegrasi