
Kembali ke Berita
BMKG dan UNESCO Perkuat Kolaborasi Sains untuk Ketahanan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana
27 October 2025
Linda Juliawanti
Berita

Jakarta, 27 Oktober 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menerima kunjungan resmi dari Sektor Sains Kantor Regional UNESCO Jakarta di Kantor Pusat BMKG, Jakarta, Senin (27/10). Pertemuan yang berlangsung di Lantai 1 Gedung A ini menjadi ajang penguatan kemitraan strategis antara kedua lembaga, sekaligus membahas berbagai bentuk kolaborasi yang telah dan akan dijalankan, khususnya dalam bidang sains, perubahan iklim, dan pengurangan risiko bencana.
Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim, Direktorat Perubahan Iklim BMKG yakni Supari, membuka pertemuan dengan menegaskan pentingnya sinergi BMKG dan UNESCO dalam memperkuat peran sains untuk ketahanan masyarakat. Ia menyampaikan bahwa kedua lembaga memiliki kesamaan visi dalam membangun masyarakat yang tangguh terhadap perubahan iklim dan bencana.
“Mandat dan fokus kerja UNESCO sangat relevan dengan peran BMKG, mulai dari ilmu kebumian, ilmu air, hingga pengarusutamaan gender dan pemberdayaan pemuda. Di BMKG, sekitar 40 persen pegawai kami adalah perempuan, dan hampir 30 persen merupakan generasi muda di bawah usia 35 tahun. Ini menjadi kekuatan kami dalam membangun masa depan yang lebih tangguh,” ujar Supari dalam paparannya.
Ia menambahkan, kolaborasi dengan UNESCO selama ini telah memberikan banyak manfaat nyata bagi Indonesia, mulai dari peningkatan kapasitas teknis hingga penguatan sistem peringatan dini bencana.
Dari pihak UNESCO, Engin Koncagül, Senior Program Specialist for Water and Environmental Science, menyampaikan apresiasi atas sambutan BMKG serta menegaskan komitmen UNESCO dalam memperkuat kerja sama ilmiah lintas sektor.
“Kami datang sebagai keluarga sains dan menghargai perjalanan kemitraan yang selama ini terjalin dengan BMKG, kemitraan yang sangat profesional, produktif, dan kolaboratif. Sains harus tersedia untuk semua orang. Melalui kerja sama ini kita dapat memperkuat literasi saintifik, kapasitas pemuda, serta kebijakan sains yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan,” tutur Engin.
Dalam sesi paparan, perwakilan BMKG menyoroti capaian kolaborasi yang telah berjalan serta manfaat nyata dari kerja sama dengan UNESCO, khususnya dalam bidang kebencanaan. Kian Purna Sinki dari Direktorat Gempabumi dan Tsunami menjelaskan bahwa kemitraan antara BMKG dan UNESCO memiliki dampak luas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di kawasan Samudra Hindia dan Pasifik.
“Jadi, kemitraan BMKG dengan UNESCO tidak hanya fokus di Indonesia, tetapi secara luas di Samudra Hindia dan juga Pasifik. Kolaborasi ini telah membawa banyak dampak berharga, terutama dalam mengembangkan sistem peringatan dini tsunami di Indonesia. Sejak tahun 2018, bersama dengan IOTIC, UNESCO, dan mitra lainnya,” ungkap Kian.
Lebih lanjut, Kian juga menjelaskan bahwa BMKG terus memperkuat mitigasi tsunami melalui pendidikan dan pelatihan dengan belajar dari peristiwa tsunami sebelumnya.
“Ini benar-benar kerja sama yang bermanfaat, tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi negara-negara di kawasan Samudra Hindia. Kami bahkan telah melatih dan menjadi pelatih untuk komunitas siaga tsunami atau Tsunami Ready Community di India, Seychelles, Maladewa, dan Timor-Leste,” jelas Kian.
Sementara itu, Oriza Sativa dari Direktorat Seismologi Teknik, Geopotensial, dan Tanda Waktu BMKG memaparkan hasil pengembangan sistem peringatan dini gempa bumi (Earthquake Early Warning System atau EEWS) serta studi mikrozonasi untuk mendukung perencanaan infrastruktur vital.
“Kami sedang mengembangkan EEWS yang dapat memberikan peringatan beberapa detik sebelum guncangan kuat tiba. Sistem ini diharapkan dapat digunakan untuk mengaktifkan perlindungan otomatis pada infrastruktur penting, sekaligus memberi waktu bagi masyarakat untuk melakukan tindakan protektif. Selain itu, studi mikrozonasi kami membantu menentukan lokasi infrastruktur vital, seperti di IKN dan Semarang, sehingga dapat mengurangi risiko seismik,” ujarnya.
Turut hadir Fareshteh Rafieian dan Ardhito M Kodijat dari UNESCO yang memaparkan program penguatan kebijakan sains dan pelibatan pemuda, termasuk inisiatif U-INSPIRE dan Tsunami United yang mendorong keterlibatan generasi muda dalam edukasi serta kesiapsiagaan kebencanaan.
Pertemuan juga dihadiri oleh perwakilan lintas direktorat di lingkungan BMKG, antara lain Tim Kerja Satelit, Direktorat Perubahan Iklim, Direktorat Layanan Informasi Iklim Terapan, serta tim dari Direktorat Gempabumi dan Seismologi Teknik. Kehadiran berbagai unsur teknis ini menunjukkan komitmen BMKG untuk memperkuat kolaborasi lintas bidang dalam mendukung agenda sains dan kebencanaan global.
Ke depan, BMKG dan UNESCO berkomitmen untuk terus mengembangkan kerja sama di bidang sains, teknologi, dan inovasi guna membangun masyarakat yang lebih tangguh terhadap perubahan iklim dan bencana, sekaligus memperluas diplomasi sains Indonesia di tingkat internasional.
Melalui kemitraan ini, BMKG berharap dapat memperkuat jejaring global yang berdampak nyata terhadap peningkatan kapasitas teknis dan kesiapsiagaan publik di kawasan Asia-Pasifik. Kegiatan ditutup dengan pertukaran cendera mata dan kunjungan ke fasilitas operasional BMKG sebagai simbol persahabatan dan komitmen untuk melanjutkan kolaborasi berkelanjutan antara kedua lembaga.





