
Kembali ke Siaran Pers
Resmikan Gedung Backup Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya di Bali, BMKG: Langkah Strategis Perkuat Sistem Ketahanan Bencana Nasional
19 June 2025
Dwi Herlambang
Siaran Pers

SIARAN PERS
Bali (19 Juni 2025) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meresmikan Gedung Backup Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya di Bali yang telah diperkuat dengan Inovasi Teknologi Tahan Gempa berupa “Base Isolation” karya anak bangsa, sebagai bagian dari transformasi strategis dalam penguatan sistem mitigasi bencana nasional, Sabtu (14/6/2025).
Gedung ini akan berfungsi sebagai back-up (redundant center) untuk sistem peringatan dini tsunami dan info dini gempa bumi yang selama ini berpusat di Kemayoran, Jakarta.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan bahwa kehadiran gedung ini bukan hanya simbol kemajuan infrastruktur yg tahan gempa, melainkan fondasi baru dalam membangun sistem mitigasi bencana nasional yang modern, adaptif, dan tangguh. Keberadaan gedung ini merupakan bentuk kesiapsiagaan negara terhadap ancaman multi bahaya, termasuk bahaya gempabumi, tsunami, cuaca dan iklim ekstrem, ataupun potensi bencana hidrometeorologi lain.
“Kita sedang berhadapan dengan era bencana yang kompleks—dari gempa bumi, tsunami, banjir, ataupun kekeringan ekstrem. Tanpa sistem yang redundant dan tahan bencana, keselamatan jutaan warga bisa terancam saat pusat komando utama yang berada di Kemayoran, Jakarta terganggu. Indonesia tidak boleh bergantung pada satu sistem. Kita harus memiliki fail-safe mechanism,” ungkap Dwikorita.
Dwikorita menyebut langkah tersebut sebagai sebuah pendekatan yang tidak hanya fokus pada kecepatan deteksi, tetapi juga keberlanjutan operasional saat infrastruktur utama terganggu.
Indonesia, kata Dia, merupakan salah satu negara paling rawan bencana di dunia. Berada di pertemuan tiga lempeng tektonik besar dunia, serta dalam jalur cincin api Pasifik, Indonesia mencatat rata-rata lebih dari 7.000 gempa per tahun, disertai risiko tinggi terhadap tsunami. Sementara itu, perubahan iklim telah memperburuk bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan kekeringan ekstrem.
“Peringatan dini yang cepat, tepat dan akurat bukan lagi pelengkap. Ia adalah penyelamat. Namun peringatan saja tidak cukup. Sistemnya harus tangguh, tidak boleh down, bahkan saat bencana terbesar sekalipun terjadi,” ujarnya.
Dwikorita menerangkan, gedung baru ini menjadi bagian dari proyek nasional Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP) yang didukung oleh Bank Dunia, serta melibatkan sinergi erat antara BMKG dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dibangun dengan sistem base isolator Lead Rubber Bearing (LRB) yang diproduksi di dalam negeri, gedung ini dirancang untuk tetap beroperasi bahkan saat terjadi gempa besar, seperti megathrust.
“Dengan sistem dual redundancy, Indonesia kini menjadi satu dari sedikit negara di dunia yang memiliki sistem peringatan dini gempa dan tsunami yang tetap operasional meski terjadi gangguan di pusat utama,” jelas Dwikorita.
Gedung ini dilengkapi dengan Command Center, sistem komunikasi kebencanaan 24/7, pusat data dan informasi multi bahaya cuaca dan iklim ekstrem, gempabumi dan tsunami, serta ruang koordinasi darurat nasional. Tak hanya itu, desain arsitekturalnya pun mengadopsi filosofi lokal Bali—konsep “Udeng”—yang melambangkan harmoni, konsentrasi, dan keterikatan pada alam.
Dalam peresmian tersebut turut hadir Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta, Direktur Utama WEGE Hadian Pramudita, Direktur Operasi I WEGE Bagus Tri Setyana, serta jajaran Kepala UPT BMKG se-Bali Nusra, Kepala Basarnas Bali, dan perwakilan instansi penanggulangan bencana lainnya.
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, dalam sambutannya menyampaikan bahwa gedung tersebut sangat penting sebagai bagian dari penguatan sistem hulu penanggulangan bencana. Untuk penguatan sistem hilir saat ini sedang dilakukan oleh BNPB melalui Projek yang sama (IDRIP), khususnya untuk meneruskan penyebarluasan info dan Peringatan Dini dari BMKG yang diterima BNPB dan BPBD ke masyarakat di lokasi Desa terdampak.
“Dengan kehadiran Command Center di Bali, kita berharap informasi kebencanaan dapat tersampaikan lebih cepat dan tersebar lebih luas ke daerah-daerah, demi meminimalkan korban saat bencana terjadi,” imbuhnya.
Wakil Gubernur Bali, I Nyoman Giri Prasta, juga menyambut baik keberadaan gedung ini dan berharap keberadaannya dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat Bali.
“Semoga hal ini bisa memberikan sentuhan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat Bali. Pemerintah provinsi bersama kabupaten/kota akan terus menjaga koordinasi agar informasi real-time dari BMKG dapat segera ditindaklanjuti,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama Wika Gedung, Hadian Pramudita, menambahkan bahwa gedung ini dilengkapi dengan 18 titik base isolator yang dipasang secara simultan untuk memastikan struktur mampu bertahan dari gempa besar.
Sebagai penutup, Kepala BMKG mengajak seluruh pemangku kepentingan, baik nasional maupun daerah, untuk memperkuat jejaring dan koordinasi dalam memastikan setiap peringatan dini dapat segera direspons dengan Aksi cepat dan tepat, demi menyelamatkan lebih banyak jiwa dan aset bangsa. (*)
Biro Hukum, Hubungan Masyarakat, dan Kerja Sama
Instagram : @infoBMKG
X : @infoBMKG @InfoHumasBMKG
Facebook : InfoBMKG
Youtube : infoBMKG
Tiktok : infoBMKG