Kembali ke Prospek Cuaca Mingguan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 30 Mei–5 Juni 2025: Kemarau Belum Merata, Cuaca Ekstrem Masih Berpeluang Terjadi di Berbagai Wilayah

29 May 2025

Praditya Tito Yosandi

Prospek Cuaca Mingguan

Prospek Cuaca Mingguan Periode 30 Mei–5 Juni 2025: Kemarau Belum Merata, Cuaca Ekstrem Masih Berpeluang Terjadi di Berbagai Wilayah

Kemarau Belum Merata, Cuaca Ekstrem Masih Berpeluang Terjadi di Berbagai Wilayah

Dalam sepekan terakhir, kondisi cuaca ekstrem masih terus terjadi di berbagai wilayah Indonesia, meskipun secara umum kondisi cuaca berada dalam fase peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau, atau yang dikenal sebagai masa pancaroba. Pada periode ini, pola cuaca umumnya ditandai dengan kondisi cerah berawan pada pagi hingga siang hari, kemudian berpotensi hujan yang disertai petir pada sore hingga malam. Sejumlah wilayah kembali mencatatkan curah hujan sangat lebat hingga ekstrem yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor. Berdasarkan data pengamatan, pada tanggal 28 Mei 2025, Stasiun Meteorologi Sultan Bantilan, Sulawesi Tengah mencatat curah hujan ekstrem sebesar 193.2 mm/hari. Hujan sangat lebat juga tercatat di beberapa lokasi lainnya, antara lain Stasiun Meteorologi Torea, Papua Barat (83.5 mm/hari) pada 24 Mei, Stasiun Meteorologi Maritim Tegal, Jawa Tengah (83.2 mm/hari) pada 26 Mei, dan Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut, Kalimantan Tengah (83.0 mm/hari) pada 27 Mei. Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian wilayah mulai mengalami transisi menuju musim kemarau, dinamika cuaca skala lokal maupun regional masih cukup aktif dan mampu memicu kejadian hujan signifikan di berbagai daerah di Indonesia.

Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi dalam beberapa hari terakhir di sejumlah wilayah Indonesia dipicu oleh kombinasi beberapa fenomena atmosfer. MJO (Madden-Julian Oscillation) saat ini berada pada fase 4 (Maritime Continent), meskipun kontribusinya terhadap pembentukan awan hujan mulai menurun. Namun, aktivitas gelombang atmosfer lain seperti Rossby Ekuatorial, Kelvin, dan Low Frequency masih terpantau aktif dan diperkirakan berlanjut dalam sepekan ke depan. Ketiga gelombang ini berperan penting dalam memicu pertumbuhan awan hujan di berbagai wilayah, khususnya di kawasan barat, tengah, dan timur Indonesia.

Di sisi lain, labilitas atmosfer skala lokal di wilayah selatan Indonesia turut memperkuat proses konvektif yang menyebabkan hujan lokal dengan intensitas sedang hingga lebat. Selain itu, interaksi regional yang dipicu oleh front dingin dari Australia bagian selatan telah memicu pembentukan sirkulasi siklonik atau sistem tekanan rendah di selatan Indonesia, yang turut memperbesar peluang terjadinya hujan dengan durasi lebih lama dan cakupan wilayah yang luas.

Mengingat atmosfer bersifat sangat dinamis, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, terutama di masa transisi seperti saat ini. Meski beberapa wilayah di Sumatera dan Jawa masih berpotensi mengalami hujan berdurasi lama, hujan deras berdurasi singkat yang disertai petir, kilat, dan angin kencang masih mungkin terjadi secara tiba-tiba di berbagai daerah. Penting untuk terus memantau informasi cuaca resmi dan mengambil langkah mitigasi yang diperlukan guna mengurangi dampak risiko bencana hidrometeorologi.

Dinamika Atmosfer Sepekan ke Depan

Selama sepekan ke depan, wilayah Indonesia masih berada dalam masa peralihan musim yang ditandai dengan intensitas radiasi matahari tinggi pada pagi–siang hari, yang memicu proses konvektif dan potensi hujan lokal pada sore–malam hari. Prediksi curah hujan dasarian untuk periode Mei III hingga Juni II 2025 menunjukkan sebagian besar wilayah berada dalam kategori rendah–menengah (10–150 mm/dasarian), namun hujan kategori tinggi–sangat tinggi (>150 mm/dasarian) diprakirakan terjadi di sejumlah wilayah seperti Papua, Maluku, Sulawesi Selatan, Kalimantan, dan sebagian wilayah Jawa dan Nusa Tenggara. Labilitas lokal yang kuat turut memperkuat pertumbuhan awan konvektif di wilayah-wilayah tersebut, terutama di Sumatra bagian utara, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Secara regional, kombinasi beberapa fenomena atmosfer seperti MJO, gelombang Kelvin, Rossby Ekuatorial, dan Low Frequency masih aktif dan berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Laut Andaman, perairan utara Aceh, Laut Cina Selatan, Laut Sulu, dan wilayah timur Indonesia. Gelombang Rossby aktif terpantau di wilayah timur dan tengah Indonesia, sementara gelombang Kelvin mendominasi Laut Cina Selatan. Gangguan-gangguan atmosfer ini didukung oleh sirkulasi siklonik yang terpantau di Selat Makassar dan Maluku Utara, serta daerah konvergensi dan konfluensi angin yang meluas dari Sumatra hingga Papua. Kombinasi kondisi ini meningkatkan peluang hujan lebat, meskipun cakupannya tidak seluas musim hujan.

Di sisi lain, pengaruh massa udara kering dari Australia mulai terasa di bagian selatan Indonesia, menandai transisi menuju musim kemarau. Dampaknya terlihat pada peningkatan kecepatan angin permukaan yang mencapai lebih dari 25 knot di wilayah Laut Andaman, Laut Banda, Laut Timor, perairan selatan NTT, dan Teluk Carpentaria, yang berpotensi meningkatkan tinggi gelombang di wilayah-wilayah tersebut. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi, serta terus memperbarui informasi cuaca dari sumber resmi guna mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi di wilayah masing-masing.

Mengingat masih adanya potensi cuaca signifikan di sejumlah lokasi, baik berupa hujan lebat maupun angin kencang, masyarakat dihimbau untuk selalu memperbarui informasi cuaca, serta selalu menjaga kesehatan dengan menjaga lingkungan, khususnya yang berada pada wilayah rentan terhadap dampak cuaca ekstrem.

Prospek Cuaca Sepekan ke Depan

Periode 30 Juni – 1 Juni 2025

Cuaca di Indonesia umumnya didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, dan Papua Selatan.

Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:

Waspada (Hujan lebat) : Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Pegunungan.

Periode 2 – 5 Juni 2025

Cuaca di Indonesia umumnya didominasi cerah berawan hingga hujan ringan. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua dan Papua Selatan.

Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:

Waspada (Hujan lebat) : Jawa Timur, Kalimantan Utara, dan Papua Pegunungan.

Angin Kencang : Sulawesi Tenggara, Maluku

Prospek di atas merupakan kondisi secara umum. Untuk informasi cuaca lebih detail dapat diakses melalui website BMKG, aplikasi mobile infoBMKG dan sosial media @infoBMKG.

Imbauan

Menghadapi potensi cuaca ekstrem dalam beberapa waktu kedepan, BMKG mengimbau masyarakat untuk:

  • Menggunakan pelindung/tabir surya untuk menghindari paparan langsung sinar matahari.
  • Menjaga kecukupan cairan tubuh terutama bagi yang beraktivitas di luar ruangan saat siang hari supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan, dan dampak buruk lainnya.
  • Waspada terhadap kemungkinan hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir.
  • Menjauhi wilayah terbuka ketika terjadi hujan yang disertai petir, serta menjauhi pohon, bangunan dan infrastruktur yang sudah rapuh ketika terjadi hujan yang disertai angin kencang.
  • Siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat terjadi kapan saja.
  • Memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web http://www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi infoBMKG.

Tetap tenang dan siaga menghadapi perubahan cuaca ekstrem, serta pahami langkah evakuasi jika diperlukan. Informasi ini akan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan cuaca terbaru.

Catatan: Informasi ini telah melalui proses penyuntingan dan pembaruan tanggal 29 Mei 2025, 16.40 WIB.

Jakarta, 29 Mei 2025

Direktorat Meteorologi Publik BMKG

Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.

Prospek Cuaca Mingguan Lainnya

Prospek Cuaca Mingguan Periode 30 Mei–5 Juni 2025: Kemarau Belum Merata, Cuaca Ekstrem Masih Berpeluang Terjadi di Berbagai Wilayah

Prospek Cuaca Mingguan Periode 30 Mei–5 Juni 2025: Kemarau Belum Merata, Cuaca Ekstrem Masih Berpeluang Terjadi di Berbagai Wilayah

Prospek Cuaca Mingguan Periode 27 Mei-2 Juni 2025: Awal Kemarau Belum Sepenuhnya Kering, Berikut Analisis dan Prakiraan Cuaca Sepekan ke Depan di Indonesia

Prospek Cuaca Mingguan Periode 27 Mei-2 Juni 2025: Awal Kemarau Belum Sepenuhnya Kering, Berikut Analisis dan Prakiraan Cuaca Sepekan ke Depan di Indonesia

Prospek Cuaca Mingguan Periode 23-29 Mei 2025: Menjelang Awal Musim Kemarau, Hujan Lebat Masih Berpotensi Terjadi

Prospek Cuaca Mingguan Periode 23-29 Mei 2025: Menjelang Awal Musim Kemarau, Hujan Lebat Masih Berpotensi Terjadi