
Kembali ke Berita Utama
Ubah Strategi Karhutla, BMKG Dorong Pencegahan Berbasis Sains dan Data Presisi
13 October 2025
Dimas Bayu Sajiwo
Berita Utama

Jakarta, 13 Oktober 2025. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa kunci utama pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terletak pada kemampuan untuk mengantisipasi, bukan hanya bereaksi memadamkan api. Hal ini disampaikan dalam Rapat Ekspose Pengendalian Karhutla Tahun 2025 yang digelar oleh Kementerian Kehutanan di Jakarta, Senin (13/10).
“Kunci pencegahan karhutla bukan hanya pada pemadaman, tetapi pada antisipasi. Dengan pemantauan dan prediksi yang tepat, kita dapat mengetahui wilayah mana yang secara alami mudah terbakar dan segera mengambil langkah pencegahan,” ujar Dwikorita.
Lebih lanjut, BMKG menyerukan perubahan fundamental dalam strategi pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dari upaya pemadaman menjadi sistem antisipasi berbasis data ilmiah yang presisi. Melalui integrasi teknologi canggih, BMKG berhasil mengidentifikasi potensi kebakaran hingga satu pekan lebih awal dan meningkatkan curah hujan rata-rata sebesar 46% di area rawan selama musim kemarau 2025 melalui Operasi Modifikasi Cuaca (OMC).
Untuk mewujudkan sistem antisipatif tersebut, BMKG kini mengintegrasikan prediksi iklim 10 harian, prakiraan cuaca mingguan, prakiraan cuaca harian, serta Fire Danger Rating System (FDRS). Kombinasi data ini memungkinkan deteksi dini wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi terhadap kebakaran, sehingga intervensi dapat dilakukan sebelum api muncul.
Keberhasilan pendekatan ini dibuktikan melalui pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang strategis. Sepanjang musim kemarau 2025, BMKG bersama BNPB dan Kementrian Kehutanan secara intensif melaksanakan OMC selama 143 hari. Dengan total 252 sorti penerbangan dan lebih dari 222 ton bahan semai, operasi ini berhasil menjaga kelembapan lahan gambut dan mencegahnya mengering.
“OMC bukan sekadar menurunkan hujan, tetapi bagian dari sistem nasional mitigasi bencana berbasis data. Kolaborasi BMKG, BNPB, dan Kementerian Kehutanan menjadi bukti bahwa ilmu pengetahuan bisa langsung diterjemahkan menjadi aksi nyata di lapangan,” tegas Dwikorita.
Dalam forum tersebut, BMKG juga mendorong penguatan sistem berbagi data (data sharing) antarlembaga, terutama untuk pemantauan muka air tanah (groundwater monitoring) yang menjadi indikator krusial dalam deteksi dini kekeringan lahan. Dwikorita mengajak seluruh instansi terkait untuk memperluas jejaring observasi digital hingga ke tingkat daerah guna membangun sistem peringatan dini yang lebih komprehensif.
Rapat yang dipimpin Menteri Kehutanan tersebut menjadi momentum untuk memperkuat koordinasi nasional dalam menjaga ekosistem hutan dan lahan. BMKG berkomitmen untuk terus memperkuat layanan berbasis sains, mulai dari prediksi iklim ekstrem hingga sistem peringatan dini, demi mendukung Indonesia mencapai ketahanan lingkungan dan melindungi masyarakat dari risiko bencana iklim.
Turut hadir dalam rapat tersebut Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni dan Kepala BNPB Suharyanto yang bersama-sama menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan secara berkelanjutan.