Kembali ke Berita Utama

Gelar SLI di Jember, BMKG Tegaskan Literasi Iklim Petani Penting untuk Ketahanan Pangan

04 November 2025

Annisa Amalia Zahro

Berita Utama

Gelar SLI di Jember, BMKG Tegaskan Literasi Iklim Petani Penting untuk Ketahanan Pangan

Jember, 29 Oktober 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Direktorat Layanan Iklim Terapan dan Stasiun Klimatologi Jawa Timur bersama Dinas Pertanian, Hortikultura, dan Perkebunan (DPHP) Kabupaten Jember menggelar Sekolah Lapang Iklim di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Sumbersari, Jember (29/10). Mengusung tema “Peningkatan Kapasitas Literasi Petani untuk Ketahanan Pangan”, kegiatan ini berfokus pada literasi dan praktik informasi iklim dalam kegiatan pertanian berkelanjutan.

Tantangan besar sektor pertanian di tengah perubahan iklim dan pemanasan global menuntut para petani lebih jeli memanfaatkan informasi dan teknologi pertanian pintar (Climate Smart Agriculture) sesuai dengan kebutuhan tanam. Melalui SLI ini, Deputi Bidang Klimatologi Ardhasena Sopaheluwakan mendorong para petani untuk beradaptasi dengan kondisi alam demi meningkatkan produktivitas pertanian, mengurangi risiko gagal panen akibat cuaca ekstrem, serta mewujudkan pertanian yang lebih tangguh.

“SLI merupakan langkah nyata mewujudkan pertanian yang berketahanan iklim. Kegiatan ini menjadi aksi konkret mendukung program Asta Cita Pemerintah Indonesia saat ini, yaitu mewujudkan kemandirian bangsa dengan swasembada pangan, energi, dan air, serta memperkuat pembangunan sumber daya manusia, termasuk petani sebagai garda terdepan ketahanan pangan,” ujar Ardhasena, (29/10).

Ardhasena menyebut pelaksanaan SLI di Jember sangat strategis mengingat produktivitas serta komoditas pertanian unggulannya, seperti padi, jagung, dan edamame, telah dikenal mancanegara. Ia kemudian menjelaskan situasi nyata iklim di Indonesia serta perkembangan iklim di wilayah Jawa Timur hingga awal tahun 2026 yang bisa menjadi acuan perencanaan dan praktik pertanian.

SLI di Jember ini diikuti oleh 33 peserta yang terdiri atas 27 petani dari Mitra Tani, 11 anggota kelompok tani, 8 penyuluh pertanian, 1 Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Patrang, serta 6 perwakilan dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional V. Selain itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh tamu undangan dari berbagai instansi antara lain Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Jember, BPP Sumbersari, Universitas Jember, Perumda Perkebunan Kahyangan, serta perwakilan dari Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember.

Para peserta mendapatkan materi secara komprehensif mengenai dasar-dasar unsur cuaca dan iklim, pengenalan iklim ekstrem, serta pemanfaatan informasi iklim dalam mendukung kegiatan pertanian. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan diskusi panel yang menghadirkan para ahli klimatologi, di antaranya, Dr. Andi Eka Sakya (BRIN), Prof. Bayu Taruna Widjaja Putra (Universitas Jember), Dr. Urip Haryoko (BMKG), dan Aep Ganda Permana, S.H (HKTI), serta dimoderatori oleh Direktur Layanan Iklim Terapan BMKG Marjuki, M.Si..

Tanya jawab antara peserta dengan narasumber menyoroti pentingnya strategi pertanian adaptif dalam menghadapi  iklim yang sudah berubah. Pasalnya, dampak yang bersifat lokal sehingga upaya adaptasinya harus disesuaikan dengan kondisi wilayah masing-masing.

Forum ini menganggap perlunya penerapan teknologi pertanian berbiaya rendah (low-cost smart farming) yang dapat diterapkan dalam kegiatan bertani dan dapat membantu meningkatkan produktivitas tanpa membebani petani, meskipun tetap dipertimbangkan efektifitas dan manajemennya. Para peserta juga menyepakati pentingnya keberlanjutan kegiatan literasi iklim sebagai pelengkap dari pancausaha tani yang selama ini dikenal dalam dunia pertanian.

Pada sesi penutupan, Andi Eka Sakya menekankan pentingnya dialog berkelanjutan dengan petani agar komunikasi terkait informasi iklim tidak berhenti setelah pelatihan. Aep Ganda Permana dari HKTI menyatakan bahwa langkah awal yang telah dilakukan perlu diikuti dengan komitmen bersama antara petani, akademisi, dan pemerintah daerah untuk mewujudkan kebutuhan pertanian yang lebih nyata dan terukur.

“Pertanian presisi tidak hanya smart dalam menggunakan teknologi, tapi harus tahu teknologi, manajemen, dan efisiensi dalam perawatan dan penggunaannya,” tambah Bayu Taruna.

Sementara itu Urip Haryoko dari BMKG menambahkan bahwa keakuratan data iklim sangat bergantung pada kalibrasi dan validasi alat, dan BMKG akan terus berkomitmen menyediakan data yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas pertanian, penelitian, kebijakan publik, dan kegiatan masyarakat lainnya.

Kegiatan SLI ditutup dengan penyampaian materi mengenai pemanfaatan informasi iklim dalam kegiatan pertanian, yang menekankan pentingnya sinergi antara ilmu pengetahuan modern dan kearifan lokal sebagai dasar dalam pengambilan keputusan di lapangan.

Melalui kegiatan ini, BMKG berharap kapasitas literasi iklim di kalangan petani terus meningkat sehingga mampu memperkuat ketahanan pangan nasional di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin nyata.

Berita Utama Lainnya

Gelar SLI di Jember, BMKG Tegaskan Literasi Iklim Petani Penting untuk Ketahanan Pangan

Gelar SLI di Jember, BMKG Tegaskan Literasi Iklim Petani Penting untuk Ketahanan Pangan

Serah Terima Jabatan Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani Ingin BMKG Jadi Pusat Data dan Pusat Aksi

Serah Terima Jabatan Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani Ingin BMKG Jadi Pusat Data dan Pusat Aksi

Resmi Dilantik Jadi Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani Lanjutkan Estafet Kepemimpinan Menuju Transformasi Inovatif

Resmi Dilantik Jadi Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani Lanjutkan Estafet Kepemimpinan Menuju Transformasi Inovatif