
Kembali ke Berita
Kunjungi BMKG, SMAN 20 Bekasi Menjelajahi Ilmu Gempa Bumi, Tsunami, dan Cuaca
15 September 2025
Annisa Amalia Zahro
Berita

Jakarta, 15 September 2025 – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kembali menggelar kunjungan edukatif dan observasi pengetahuan mengenai gempa, tsunami, dan cuaca di kantor pusat BMKG, Jakarta. Kali ini, BMKG menerima kunjungan dari 62 siswa dan 1 guru SMAN 20 Bekasi.
Mengawali kunjungan, para siswa dikenalkan dengan beragam instrumen pengukur cuaca di Taman Alat Meteorologi, meliputi alat pengukur hujan, pengukur suhu, dan gelombang radiasi matahari. Beberapa alat yang dimiliki BMKG di antaranya campbell stokes, actinograph, dan penakar air hujan.
Para siswa terlihat antusias mendengarkan penjelasan narasumber, bahkan beberapa di antaranya mengajukan pertanyaan, seperti bagaimana penakar hujan bekerja apabila tidak terjadi hujan.
“Penakar hujan tetap berfungsi, walaupun tidak turun hujan. Hanya saja, output-nya berupa data kosong atau angka nol,” ujar Hady, staf BMKG (15/9).
Selanjutnya kunjungan berlangsung ke Simulator Gempa Bumi. Di sini, siswa diajarkan bagaimana gempa bisa terjadi serta merasakan simulasi guncangan gempa Lombok tahun 2018 dengan kekuatan magnitudo 7.0. Simulasi ini memberikan pengalaman nyata sekaligus mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa bumi.
Selain itu, siswa juga diajak mengunjungi Galeri Bumi, Atmosfer, Iklim, dan Kualitas Udara (BAIK) dan melihat langsung bagaimana cara kerja alat alat serta metode pemantauan perubahan iklim dari masa ke masa. Pengalaman edukasi tentang iklim dan kualitas udara di ruang pamer ini berlangsung interaktif melalui teknologi augmented reality (AR) serta touchscreen kiosk.
Setelah berkunjung ke beberapa lokasi, tiba saatnya para siswa mendapatkan materi tentang Meteorological Early Warning System (MEWS) di Ruang Media Center. Materi disampaikan oleh Jaler Gumawang dari Direktorat Meteorologi Publik.
Sebagai pembuka, Jaler menjelaskan terlebih dahulu mengenai latar belakang MEWS Operational Room kepada para siswa. Setelahnya, ia menjelaskan mengenai ilmu cuaca, baik dari unsur-unsur cuaca, sampai dengan bagaimana informasi prakiraan cuaca itu dipublikasikan.
“Kita saling berkoordinasi dengan stasiun daerah untuk mendapatkan data cuaca, yang nantinya data cuaca itu kita olah untuk jadi sebuah informasi cuaca yang dapat diterima publik. Baru setelahnya kita diseminasikan ke stakeholder, instansi, maupun masyarakat umum.” papar Jaler.
Antusiasme para siswa masih terlihat pada sesi tanya jawab yang berlangsung interaktif, di mana salah satu siswa bertanya bagaimana cara satelit di luar angkasa bekerja dalam mengamati cuaca. Jaler menjelaskan bahwa citra satelit memotret awan yang ada di atmosfer untuk mengetahui cuaca yang ada; jika awan kumulonimbus terlihat dari satelit, maka daerah tersebut sudah dipastikan akan hujan.
Sementara itu, Syafira dari Tim Direktorat Gempa Bumi dan Tsunami memaparkan bagaimana gempa terjadi imbas arus konveksi pada cairan mantel atas bumi. Dijelaskan pula mengenai tatanan tektonik yang menjadi sumber gempa di Indonesia serta karakteristik gempa bumi itu sendiri. Selain itu, Syafira juga menjelaskan mengenai Tsunami dan peringatan dini Tsunami.
Tidak hanya mempelajari teori, peserta kunjungan juga berlatih langsung cara melindungi diri saat terjadi gempa. Salah satu teknik yang dipraktikkan adalah metode “drop, cover, hold”, yang menekankan pentingnya melindungi kepala serta bagian tubuh vital dari bahaya reruntuhan.
Kunjungan edukatif SMAN 20 Bekasi ke BMKG ini tidak hanya memperluas wawasan siswa mengenai gempa bumi, tsunami, dan cuaca, tetapi juga menumbuhkan kesadaran pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Melalui pengalaman langsung, simulasi, hingga materi interaktif, para siswa diharapkan mampu menjadi generasi muda yang lebih peduli terhadap lingkungan, tanggap terhadap potensi bencana, serta mampu menyebarkan pengetahuan yang diperoleh kepada masyarakat sekitar.