
Kembali ke Berita Kegiatan
Tingkatkan Kesadaran Bencana, Universitas Pertamina Kunjungi Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG
10 November 2025
Annisa Amalia Zahro
Berita Kegiatan

Jakarta, 10 November 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyambut hangat mahasiswa Teknik Geofisika Universitas Pertamina dalam rangka program kunjungan industri sekaligus ajang meningkatkan edukasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana geofisika, khususnya gempa bumi dan tsunami.
Kunjungan ini berfokus pada pemahaman mendalam tentang potensi bencana di Indonesia dan sistem peringatan dini yang dioperasikan BMKG. Mengawali kegiatan, pemaparan materi mengenai potensi serta mitigasi gempa bumi dan tsunami di Indonesia diisi oleh Syafira Ajeng Aristy dari Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami.
Syafira menjelaskan posisi unik Indonesia yang berada di cincin api serta dikelilingi oleh Lempeng Indo-Australia, Eurasia, Pasifik, dan Filipina. Pergerakan lempeng-lempeng ini menciptakan 13 zona Megathrust dan 295 sesar aktif di seluruh Indonesia.
“Pemahaman ini krusial karena gempa bumi yang kita rasakan berpotensi terulang kembali di lokasi yang sama. Walaupun belum bisa diprediksi, dampaknya bisa kita minimalisir dengan kesiapsiagaan,” tutur Syafira.
Setelah mendapatkan pemahaman dasar, rombongan bergerak ke Ruang Operasional InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) yang beroperasi 24 jam penuh. Di sana, para peserta disambut oleh tim operasional, Rian Setiadi, yang menjelaskan proses diseminasi peringatan dini.
“Ketika terjadi gempa bumi yang berpotensi tsunami, InaTEWS harus menganalisis data dan mengeluarkan peringatan dini dalam waktu maksimal tiga menit,” ujar Rian Setiadi.
BMKG mengandalkan sistem terintegrasi yang memantau parameter gempa, serta data simulasi dari TOAST (Tsunami Observation And Simulation Terminal). Jika gempa yang terjadi memenuhi kriteria, seperti pusat gempa di laut, dangkal, dan patahan vertikal, peringatan dini tsunami segera dikeluarkan.
Peringatan dini tsunami yang diumumkan BMKG memiliki beberapa level status ancaman, mulai dari Waspada, Siaga, hingga Awas.
“Kami terus memutakhirkan informasi ini dengan data waktu tiba gelombang dan ketinggian tsunami yang diamati. Ingat, periode merusak dari gempa bumi itu singkat, jadi setelah guncangan kuat, prioritas pertama adalah perlindungan diri, dan setelah mereda, segera ikuti rambu evakuasi menuju tempat tinggi,” tambahnya.
Sebagai penutup, para peserta diajak merasakan langsung simulasi guncangan gempa di Simulator Gempa Bumi. Sesi ini dipandu oleh Rani Fitri Febriyanti yang mengarahkan peserta untuk mempraktikkan prosedur keselamatan.
“Di simulator ini, teman-teman bisa merasakan guncangan, seolah-olah gempa bumi dengan magnitudo besar terjadi. Tujuannya bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk melatih respon otomatis kita,” seru Rani.
Kunjungan ini diharapkan dapat memperkaya wawasan teman-teman Teknik Geofisika Universitas Pertamina sekaligus memperkuat kerja sama antara lembaga akademik dengan BMKG dalam membangun budaya sadar bencana di kalangan generasi muda Indonesia.





