
Kembali ke Berita Kegiatan
Regionalisasi Shakemap, Langkah BMKG Tingkatkan Akurasi Informasi Gempa
08 August 2025
Kholis Nur Cahyo
Berita Kegiatan

Balikpapan, 8 Agustus 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Regionalisasi Shakemap pada 7-9 Agustus 2025 di Stasiun Geofisika Balikpapan, Kalimantan Timur.
Regionalisasi sendiri merupakan langkah strategis BMKG dalam membagi peran antarstasiun geofisika di Indonesia agar saling mendukung dalam hal monitoring, analisis, dan pelayanan informasi kebencanaan, sesuai dengan karakteristik wilayahnya, dalam hal ini, Balikpapan disiapkan sebagai Pusat Gempa Regional (PGR) 11.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh tim dari Direktorat Seismologi Teknik (DST) BMKG Pusat dan seluruh jajaran Stasiun Geofisika Balikpapan. Tujuannya sebagai bagian dari upaya penguatan sistem informasi gempa bumi dan pemetaan guncangan tanah berbasis data akselerograf di wilayah regional.
Dalam sambutannya, Robby Wallansha, mewakili Direktorat Seismologi Teknik (DST), menyampaikan bahwa kegiatan ini memiliki dua fokus utama, yakni penguatan operasional Shakemap di Unit Pelaksana Teknis (UPT) serta pengumpulan masukan dari lapangan untuk evaluasi dan perbaikan sistem secara menyeluruh.
“Stasiun Geofisika Balikpapan akan menjadi Pusat Gempa Regional (PGR) 11. Maka, penguatan dari sisi operasional Shakemap menjadi sangat penting, termasuk menampung kendala yang dihadapi rekan-rekan UPT agar kami di pusat bisa memberikan dukungan maksimal,” ujar Robby.
Sementara itu, Kepala Stasiun Geofisika Balikpapan, Rasmidd, menyampaikan apresiasi atas kehadiran tim DST. Ia menekankan pentingnya pelatihan berkelanjutan, terutama bagi pegawai baru, agar setiap personel makin siap dan percaya diri saat menjalankan tugas.
Rasmidd juga berharap koordinasi antar unit di BMKG, khususnya dalam hal aliran data, dapat berjalan lebih lancar agar informasi gempa bisa diproses dan disampaikan ke masyarakat dengan lebih cepat dan akurat.
“Aliran data yang lancar dari hulu ke hilir sangat penting agar produk yang kita gunakan untuk analisis dan diseminasi menjadi lebih efektif dan cepat sampai ke masyarakat,” ungkapnya.
Dalam sesi pemaparan teknis, tim DST menjelaskan bahwa Shakemap adalah sistem yang secara otomatis menghasilkan peta guncangan tanah berdasarkan data gempa yang terekam oleh sensor akselerograf. Salah satu parameter utamanya adalah Peak Ground Acceleration (PGA), yaitu percepatan maksimum gerakan tanah yang dirasakan di permukaan. Data PGA penting untuk menentukan seberapa kuat guncangan yang terjadi di suatu wilayah.
Adapun target waktu rilis peta Shakemap maksimal 30 menit di UPT dan 15 menit di pusat. Kecepatan ini sangat krusial untuk menentukan wilayah terdampak prioritas, baik dalam penanganan darurat maupun survei kerusakan pascagempa.
Tim DST juga memaparkan sejumlah pembaruan sistem, termasuk kemampuan Shakemap terbaru untuk memproses berbagai jenis gempa secara lebih cepat dan stabil, selama tersedia data dari sensor akselerograf.
Di samping itu, strategi sistem cadangan nasional juga dipaparkan, yakni dengan mengandalkan Stasiun Geofisika Sanglah (Denpasar) atau UPT terdekat jika sistem utama di pusat mengalami kendala. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran UPT sebagai pilar utama dalam mendukung ketahanan sistem informasi gempa bumi.
Ke depan, BMKG juga tengah mengembangkan versi terbaru Shakemap (v4.0) yang menggunakan metode prediksi lebih canggih dan fleksibel, serta menyempurnakan portal web regional yang dapat digunakan untuk mengakses data, memantau status peralatan, hingga mengunduh informasi gempa secara langsung.
Untuk memastikan keandalan sistem, BMKG juga menyiapkan dasbor pemantauan terpusat dan fitur pelaporan berbasis tiket agar setiap kendala teknis di daerah dapat segera ditangani oleh tim pusat. Setelah sistem keamanan diperbarui, akun pengguna dan akses sistem juga akan segera didistribusikan ke seluruh unit terkait.
Kegiatan monitoring dan evaluasi ini menjadi bagian penting dari upaya BMKG untuk memastikan informasi gempa bumi yang disampaikan kepada masyarakat tidak hanya cepat, tetapi juga akurat dan dapat diandalkan. Dengan semakin kuatnya peran stasiun regional seperti Balikpapan nantinya, diharapkan sistem peringatan gempa di Indonesia semakin tangguh, responsif, dan berpihak pada keselamatan masyarakat. (LJ/KNC)
Penulis: Linda J.