
Kembali ke Berita
Jaga Keandalan Data Seismik, BMKG Dorong Optimalisasi Penggunaan Jaringan Gempabumi Kuat
24 July 2025
Fahmi Dendi Saputra
Berita

Bandung, 24 Juli 2025 — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Direktorat Seismologi, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu melakukan kunjungan kerja serta audiensi ke Stasiun Geofisika Bandung. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperkuat koordinasi lintas unit kerja serta memberikan pembinaan teknis kepada para pegawai operasional di wilayah Jawa Barat, khususnya yang menangani sistem pemantauan kegempaan.
Audiensi tersebut turut dirangkaikan dengan kegiatan Sosialisasi Pemeliharaan Peralatan Accelerograf, yang diikuti oleh para pegawai teknis dari Stasiun Geofisika Sukabumi dan Stasiun Meteorologi Kertajati. Kegiatan ini menjadi bagian penting dari langkah strategis BMKG untuk meningkatkan kualitas data seismik dan memperkuat prototype sistem peringatan dini gempabumi atau Earthquake Early Warning System (EEWS) di wilayah prioritas.
Hadir langsung dalam kegiatan ini, Direktur Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu, Setyoajie Prayoedhie, S.T., Dipl.Tsu., MDM dan disambut oleh Dr. Teguh Rahayu Selaku Koordinator Provinsi Jawa Barat di Stasiun Geofisika, Bandung.
Setyoajie menyampaikan arahan teknis kepada seluruh peserta. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa pemeliharaan perangkat accelerograf merupakan komponen vital dalam menjaga keandalan sistem monitoring gempabumi yang menjadi andalan BMKG dalam menyampaikan informasi cepat dan akurat kepada masyarakat.
“Melalui kegiatan data quality improvement, kami melakukan berbagai upaya teknis termasuk penambahan perangkat di sejumlah lokasi yang strategis. Harapannya, sensor-sensor accelerograf yang terpasang dapat menghasilkan data yang lebih akurat dan tepat waktu, sehingga berkontribusi dalam memprediksi dan memperkirakan guncangan yang terjadi saat gempa bumi signifikan, khususnya di wilayah selatan Jawa yang berada di zona megathrust,” ujarnya
Accelerograf sendiri merupakan perangkat penting yang digunakan untuk merekam getaran kuat saat terjadi gempa bumi. Data dari perangkat ini menjadi salah satu basis informasi dalam sistem EEWS, yang saat ini sedang dikembangkan di empat provinsi prioritas, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Lampung. Pemeliharaan perangkat secara berkala menjadi kunci utama agar data yang dihasilkan tetap andal dan berkualitas tinggi.
Di sisi lain turut hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Pusat Pembinaan Fungsional dan Jabatan BMKG, Aris Erwanto, yang sekaligus menggelar sosialisasi terkait struktur jabatan fungsional terbaru di lingkungan BMKG. Menurutnya, pemahaman terhadap jabatan fungsional yang baru sangat penting agar pegawai dapat menyesuaikan diri dengan sistem pengembangan karier berbasis kompetensi dan kinerja yang kini diterapkan.
Aris menjelaskan bahwa jabatan fungsional bukan sekadar perubahan nomenklatur, melainkan merupakan bagian dari upaya reformasi birokrasi yang bertujuan untuk mendorong profesionalisme dan spesialisasi teknis di lingkungan BMKG. “Kami ingin memastikan bahwa setiap pegawai memahami hak dan kewajibannya dalam jabatan fungsional ini, sehingga dapat berkembang secara profesional dan berkontribusi optimal bagi institusi,” jelasnya.
Kegiatan ini mendapat respons positif dari peserta. Para pegawai mengapresiasi kehadiran langsung pejabat pusat BMKG di daerah sebagai bentuk perhatian sekaligus komitmen dalam mendukung peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan infrastruktur operasional di lapangan. Mereka juga berharap agar kegiatan serupa dapat dilakukan secara berkelanjutan di berbagai wilayah lainnya.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, BMKG menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga mutu layanan informasi kebencanaan, khususnya terkait kegempaan. Melalui peningkatan kualitas perangkat dan pemantapan koordinasi lintas wilayah, BMKG berharap dapat memperkuat sistem deteksi dini dan mempercepat respons terhadap potensi bencana alam di Indonesia.
Sebagai negara yang berada di wilayah cincin api Pasifik (Ring of Fire), Indonesia sangat rentan terhadap kejadian gempa bumi. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas sistem pemantauan dan peringatan dini seperti EEWS menjadi salah satu fokus utama BMKG guna mengurangi risiko dan dampak bencana terhadap masyarakat dan infrastruktur.