
Kembali ke Berita
BMKG Latih Tim Siaga Bencana Desa Bena: Perkuat Aksi Hadapi Risiko Kekeringan dan Perubahan Iklim
22 November 2025
Dwi Herlambang
Berita

NTT, 22 November 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Klimatologi Kelas II Nusa Tenggara Timur (NTT) menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik di Desa Bena, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), pada 19–20 November 2025.
Kepala Stasiun Klimatologi NTT, Rahmattulloh Adji, menjelaskan Wilayah NTT memiliki karakteristik iklim yang khas di mana periode kering yang panjang dan kerentanan terhadap cuaca ekstrem khususnya di periode peralihan musim. Oleh karenanya, BMKG hadir menyediakan layanan informasi iklim dan kaitannya terhadap dampak iklim pada sektor pertanian.
“Stasiun Klimatologi hadir menyediakan layanan informasi iklim dan kaitannya terhadap dampak iklim pada sektor pertanian, mengingat NTT memiliki kerentanan tinggi terhadap cuaca ekstrem,” kata Rahmattulloh, Rabu (19/11).
Sementara itu, Direktur Layanan Iklim Terapan BMKG yang diwakili Subkoordinator Bidang Informasi Iklim Lingkungan, Muhammad Agung Fauzi, menekankan bahwa perubahan iklim menuntut adaptasi baru dalam pengelolaan pertanian dan pengurangan risiko bencana. Menurutnya, SLI Tematik menjadi sarana literasi operasional unggulan BMKG yang strategis di tingkat komunitas, sehingga masyarakat mampu menindaklanjuti informasi iklim menjadi aksi nyata di lapangan.
Kegiatan kolaboratif strategis antara BMKG, Wahana Visi Indonesia (WVI), dan Pemerintah Kabupaten TTS ini bertujuan utama untuk meningkatkan kapasitas Tim Siaga Bencana Desa (TSBD). Peningkatan kapasitas ini difokuskan pada pemahaman informasi iklim, manajemen risiko kekeringan, dan respons cepat terhadap peringatan dini berbasis iklim. Hal ini krusial untuk mendukung aksi antisipatif (anticipatory action) masyarakat terhadap bencana hidrometeorologi yang dipicu oleh variabilitas dan perubahan iklim.
SLI Tematik ini melibatkan 30 peserta dari berbagai unsur masyarakat, termasuk perangkat desa, kelompok tani, dan kelompok rentan dan dirancang agar tidak ada masyarakat yang tertinggal dalam upaya kesiapsiagaan.
Plt. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten TTS, Jakob E.P. Benu, secara resmi membuka kegiatan dan menegaskan pentingnya kemampuan membaca informasi iklim bagi petani di Desa Bena sebagai salah satu penyangga pangan daerah.
Di sisi lain, Tri Nepa Fay, Team Leader Project Inclusion Wahana Visi Indonesia, berharap peningkatan kapasitas TSBD melalui SLI dapat menjadi contoh praktik baik bagi desa lain di NTT. Ia mengingatkan bahwa bencana Siklon Tropis Seroja 2021 menjadi pelajaran penting dalam memperkuat kesiapsiagaan masyarakat dengan harus meningkatkan literasi iklim hingga tingkat keluarga.
Selama dua hari, peserta mendapatkan materi komprehensif, meliputi dasar-dasar cuaca dan iklim serta dampak perubahan iklim; indikator kekeringan melalui pemantauan Hari Tanpa Hujan (HTH); pemanfaatan informasi iklim untuk mendukung keputusan di sektor pertanian; dan karakteristik serta pola pembentukan siklon tropis.
Peserta juga dikenalkan pada alat ukur curah hujan sederhana untuk memperoleh data lokal. Kegiatan mencakup simulasi aksi antisipasi bencana, di mana TSBD dilatih menyusun alur koordinasi internal dan eksternal berdasarkan peringatan dini iklim BMKG dan integrasi data komunitas dengan informasi resmi BMKG menjadi bagian penting dalam membangun sistem peringatan dini berbasis masyarakat.
Penyelenggaraan SLI Tematik ini menjadi bukti komitmen Stasiun Klimatologi NTT dalam memperluas jangkauan layanan informasi iklim hingga tingkat desa. Diharapkan peningkatan kemampuan TSBD dalam memahami dan menerjemahkan peringatan dini BMKG akan memungkinkan masyarakat untuk melakukan aksi cepat, tepat, dan berdaya guna dalam meminimalkan risiko bencana iklim.







