
Kembali ke Berita
BMKG Hadiri Rapat Koordinasi Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
20 December 2024
Rana Hanifah
Berita

Acara ini dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto, Pj. Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DI Yogyakarta Noviar Rahmad, jajaran Forkopimda, Bupati/Walikota, serta Kepala Pelaksana BPBD se-Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Dalam rapat tersebut, Kepala BMKG memaparkan situasi terkini terkait kondisi cuaca dan iklim di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Suhu muka air laut di wilayah perairan Indonesia semakin hangat, dengan peningkatan suhu antara 0,5 hingga 2 derajat Celcius. Kondisi ini memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan, menyebabkan musim hujan tahun ini lebih intens dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Fenomena ini disebabkan oleh sejumlah faktor, yaitu La Nina lemah dan Monsun Asia yang diperkuat oleh adanya Seruakan Dingin, sehingga meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia. Masih aktifnya sistem gangguan tropis di Samudra Hindia Barat Daya Banten menyebabkan belokan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) sepanjang wilayah Jawa. Selain itu, aktifnya gelombang atmosfer juga memberikan dampak berupa potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di sebagian besar wilayah Jawa selama sepekan ke depan,” ungkap Dwikorita.
BMKG memprediksi cuaca ekstrem akan terjadi di beberapa wilayah, termasuk Cilacap, Brebes, Boyolali, dan Wonosobo, dengan puncaknya pada Januari hingga Februari 2025. Dampaknya mencakup banjir, tanah longsor, hingga banjir rob yang dapat mencapai ketinggian 1 meter pada tanggal-tanggal tertentu.
“BMKG juga mendeteksi potensi gelombang tinggi hingga 2,5 meter di beberapa perairan, meskipun perairan di sekitar Jawa Tengah relatif aman dengan gelombang rendah. Kami merekomendasikan masyarakat untuk memantau aplikasi Info BMKG atau INAWIS untuk mengetahui prakiraan cuaca dan potensi bencana secara real-time,” tambahnya.
Untuk mengurangi risiko bencana, BMKG bersama BNPB dan instansi terkait akan mengoptimalkan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). “Modifikasi cuaca diharapkan mampu menurunkan intensitas hujan di daerah-daerah rawan, meskipun tidak sepenuhnya mencegah bencana,” jelasnya.
Dengan sinergi dan koordinasi antarinstansi, diharapkan potensi bencana hidrometeorologi dapat diminimalisir, sehingga masyarakat di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta tetap aman dan terlindungi.