
Kembali ke Berita
BMKG Buka Rapat Nasional Prediksi Musim Hujan 2026, Dorong Inovasi dan Penguatan Peran Nasional
26 August 2025
Kholis Nur Cahyo
Berita

Yogyakarta, 26 Agustus 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara resmi membuka Rapat Nasional Prediksi Musim Hujan (PMH) Tahun 2026 yang berlangsung pada 25–29 Agustus 2025. Kegiatan ini menjadi wadah strategis untuk mempertemukan pimpinan dan prakirawan klimatologi dalam merumuskan prediksi musim hujan yang akurat, sekaligus bermanfaat bagi berbagai sektor pembangunan nasional.
Acara dibuka langsung oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dengan dihadiri jajaran pimpinan dan tokoh pendahulu BMKG, di antaranya Deputi Bidang Klimatologi Ardhasena Sopaheluwakan, Deputi Bidang Infrastruktur MKG Michael Andreas Purwoadi, Direktur Informasi Perubahan Iklim A. Fachri Rajab, serta Direktur Layanan Iklim Terapan Marjuki. Hadir pula Kepala Balai Besar MKG Wilayah I–V, serta puluhan UPT BMKG yang terdiri atas stasiun klimatologi, meteorologi, geofisika, hingga Stasiun Pemantau Atmosfer Global.
Dalam sambutannya, Dwikorita menekankan pentingnya meneladani semangat perjuangan para pendahulu BMKG yang mampu menghasilkan inovasi besar meski berhadapan dengan berbagai keterbatasan.
“Semoga generasi muda, Gen Z maupun milenial, siap menjadi BMKG Heroes yang berani menerobos kelaziman, menciptakan inovasi, dan menjaga harmoni antara kearifan lokal dengan kemajuan teknologi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Dwikorita juga menegaskan bahwa BMKG kini telah menjadi rujukan publik, baik di dalam maupun luar negeri, atas data dan informasi iklim yang dihasilkan. Namun demikian, menurutnya, tantangan berikutnya adalah memperkuat posisi BMKG agar diakui sebagai badan nasional yang berperan lintas sektor.
“Tantangan kita adalah bagaimana strategi agar produk BMKG diakui, dipakai, dan menjadi rujukan utama bagi semua kementerian/lembaga,” tegasnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi Dr. Ardhasena Sopaheluwakan dalam laporannya menyampaikan bahwa proses prediksi musim dilakukan melalui serangkaian tahapan, mulai dari pengolahan data, forum daring, hingga konsensus nasional yang dituangkan dalam National Climate Outlook Forum.
“Informasi prediksi musim memang tidak akan pernah sempurna. Namun, wilayah tropis memberi kita sinyal prediktabilitas yang cukup kuat. Tantangannya adalah bagaimana kita mengkomunikasikan tingkat kepastian dan ketidakpastian ini, agar stakeholder mampu menyesuaikan kebijakan dan langkah antisipasi,” jelas Ardhasena.
Selain itu, Ardhasena juga menekankan pentingnya inovasi teknologi dalam memperkuat kualitas prediksi iklim. Pemanfaatan dashboard Pinteriklim, integrasi model iklim regional, hingga peluang adopsi artificial intelligence (AI) disebut menjadi langkah kunci dalam menghadapi dinamika iklim global. “Kita harus bersiap menghadapi era iklim yang semakin tidak stasioner akibat pengaruh gas rumah kaca. Kemampuan observasi, analisis, dan prediksi harus terus ditingkatkan agar BMKG tetap relevan di masa depan,” tambahnya.
Sejalan dengan itu, Dwikorita kembali menyoroti pentingnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia BMKG melalui pendidikan lanjut. “Mengapa saya mendorong generasi muda segera menempuh S2 dan S3? Karena daya analitik dan inovasi tidak bisa lahir tanpa fondasi akademik yang kuat. Hanya dengan itu kita bisa bersaing dengan teknologi, bahkan mendahuluinya dengan inovasi baru,” ungkapnya.
Menurutnya, data iklim yang dimiliki BMKG merupakan modal besar untuk melahirkan inovasi di berbagai bidang. Inovasi tersebut pada akhirnya akan memperkuat peran BMKG dalam mendukung tujuan negara, mulai dari melindungi bangsa, mencerdaskan kehidupa, memajukan kesejahteraan umum, hingga berkontribusi dalam menjaga ketertiban dunia melalui kerja sama internasional di bawah naungan WMO.
Dengan semangat tersebut, Rapat Nasional PMH 2026 menjadi momen bagi BMKG untuk memperkuat konsolidasi nasional dalam layanan prediksi iklim. Melalui inovasi berkelanjutan, kolaborasi lintas bidang, serta dedikasi prakirawan, hasil rapat ini diharapkan mampu mendukung perencanaan sektor-sektor vital seperti pertanian, infrastruktur, energi, kesehatan, hingga kebencanaan.