
Kembali ke Berita
Belajar Langsung dari Ahlinya, Siswa SMP Insan Cendekia Kunjungi BMKG
22 October 2025
Annisa Amalia Zahro
Berita

Jakarta, 22 Oktober 2025 – Tepat pukul 09.00 WIB, suasana di lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tampak ramai dan penuh semangat. Bukan karena ada bencana, melainkan adanya kedatangan 14 siswa bersama 6 guru dari SMP Insan Cendekia yang siap belajar langsung dari “dapur” para ahli cuaca, gempa bumi, dan tsunami di Indonesia.
Petualangan dimulai dengan mengunjungi Taman Alat Meteorologi BMKG. Sambil dikelilingi semilir angin, para siswa belajar tentang beragam instrumen meteorologi yang digunakan untuk mengamati unsur cuaca dan iklim. Mereka mengenal alat-alat seperti sangkar meteorologi, penakar hujan Hellman, panci penguapan, campbell stoke, hingga penakar hujan OBS, sembari menyimak penjelasan langsung dari ahlinya, Nadiah Al Habsyi dari Bagian Meteorologi Penerbangan.
Perjalanan berlanjut ke Galeri Bumi, Atmosfer, Iklim, dan Kualitas Udara (BAIK). Para siswa belajar mengenal alat ukur cuaca, mempelajari siklus hidrologi, serta melihat warming stripes Indonesia yang menunjukkan perubahan suhu setiap tahun. Di galeri ini, mereka dipandu oleh Hikmat Kurniawan dan Rendy Artha Luvian.
Suasana semakin seru saat rombongan menuju Simulator Gempa Bumi yang dipandu oleh Riski Ananda dan Rani Fitri Febrianti. Dengan antusias, para siswa mencoba merasakan simulasi gempa Lombok tahun 2018 bermagnitudo 7,0 dan berlangsung sekitar 40 detik. Guncangan gempa disimulasikan pada berbagai jarak, mulai dari yang jauh hingga yang paling dekat dengan pusat gempa.
Kegiatan selanjutnya berlangsung di Ruang Media Center. Di sini, para siswa dan guru mengikuti sesi materi bersama dua narasumber dari BMKG. Syafira Ajeng Aristy dari Direktorat Gempa Bumi dan Tsunami menjelaskan materi tentang penyebab hingga mitigasi gempa bumi dan tsunami. Ia memaparkan bahwa gempa terjadi secara tiba-tiba akibat pelepasan energi di dalam bumi sehingga kesiapsiagaan menjadi hal penting untuk mengurangi dampaknya.
“Gempa bumi tidak dapat dicegah seperti cuaca, tetapi yang bisa diminimalkan adalah akibatnya. Gempa terjadi sangat singkat, namun dapat merusak. Jadi, utamakan penyelamatan diri,” ujar Syafira.
Sementara itu, Miftah Ali dari Tim Produksi dan Diseminasi Informasi Cuaca memaparkan materi tentang cuaca. Ia menjelaskan bahwa cuaca memiliki peran dalam kehidupan sehari-hari dan dapat berubah secara dinamis. Karena itu, masyarakat perlu memahami setiap peringatannya agar dapat meningkatkan kesiapsiagaan terhadap cuaca ekstrem serta potensi bencana yang diakibatkannya.
“Cuaca memengaruhi kehidupan kita, jadi penting untuk memahami peringatannya dan mempersiapkan diri menghadapi bencana,” ujar Miftah Ali.
Para siswa tampak antusias mengikuti setiap kegiatan. Mereka bersemangat mencatat setiap penjelasan, berdiskusi, dan tak ragu mengajukan pertanyaan. Kunjungan ini diharapkan dapat membuka wawasan mereka tentang cuaca, iklim, gempa bumi, dan tsunami sekaligus menumbuhkan kesadaran untuk lebih siap dan tanggap menghadapi bencana.