Kembali ke Artikel
BMKG Perkuat Kapasitas Layanan Iklim Global Lewat Kunjungan Peserta Pelatihan Internasional
28 August 2025
Linda Juliawanti
Artikel
Penulis:
Jakarta, 28 Agustus 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan Sekretariat Negara RI menyelenggarakan kunjungan bagi peserta Capacity Building Program in Climate Services for Food, Energy, Water, and Health (FEWH) Sectors to Close the Early Warning Gap in Climate Resilience di Kantor Pusat BMKG, Jakarta, Kamis (28/8).
Kunjungan ini bertujuan untuk memberikan wawasan langsung mengenai operasional layanan iklim yang dijalankan BMKG, sekaligus memperkuat kapasitas peserta dalam mengembangkan sistem informasi iklim dan peringatan dini di negara masing-masing.
Selama kunjungan, rombongan menelusuri Galeri Bumi, Atmosfer, Iklim, dan Kualitas Udara (Galeri B.A.I.K.) yang berfungsi sebagai pusat edukasi sains kebumian. Peserta juga mengunjungi Laboratorium Kualitas Udara, khususnya Sub Bidang Analisis Komposisi Kimia Atmosfer, guna memahami pemanfaatan air hujan sebagai sampel untuk mengetahui kualitas udara di berbagai daerah, yang dipandu oleh Eka Suharguniyawan.
“Kerja sama dan berbagi pengalaman antarnegara sangat penting, karena tantangan iklim bersifat lintas batas. Dengan meningkatkan kapasitas layanan iklim, kita bisa lebih siap melindungi masyarakat dari risiko bencana dan dampak perubahan iklim,” ujar Eka.
Dalam kesempatan tersebut, dr. Budi Setiawan, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, turut memberikan pemaparan mengenai praktik baik (good practice) sistem surveilans penyakit, khususnya dalam pengendalian Dengue.
“Untuk mengendalikan penyakit Dengue, Jakarta telah menetapkan kerangka hukum mulai dari undang-undang, instruksi pemerintah, hingga instruksi Sekretaris Daerah mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) kepada masyarakat,” jelas dr. Budi.
Ia juga memaparkan empat metode utama dalam surveilans penyakit, yakni:
- Surveilans Berbasis Kejadian (EBS): Laporan real-time dari petugas kesehatan, didukung call center 24 jam dan layanan darurat 112.
- Surveilans Berbasis Indikator (IBS): Data terstruktur dari Puskesmas dan rumah sakit.
- Surveilans Berbasis Laboratorium: Pemantauan penyakit spesifik seperti Influenza-Like Illness (ILI), SARI, COVID-19, campak, hingga Dengue.
- Surveilans Penyebab Kematian: Laporan dari fasilitas kesehatan untuk mengidentifikasi tren penyebab kematian.
Lebih lanjut, dr. Budi juga memaparkan pengembangan dan pemanfaatan DBD-Klim (Demam Berdarah Dengue Berbasis Iklim), sebuah platform hasil kolaborasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta bersama BMKG, ITB, dan ITERA. Layanan ini memanfaatkan data iklim untuk memprediksi risiko penyebaran DBD, sehingga membantu pemerintah daerah dan masyarakat dalam langkah pencegahan yang lebih terarah.
“DBD-Klim menampilkan prediksi incidence rate untuk tiga bulan ke depan berdasarkan data kasus sebelumnya dan tingkat kelembapan relatif (relative humidity). Meskipun data aktual terkadang lebih tinggi daripada prediksi, sistem ini tetap menjadi alat penting untuk mendeteksi potensi kenaikan kasus sejak dini” ungkap Dr. Budi.
Usai sesi pemaparan, peserta juga berkesempatan meninjau sistem operasional utama BMKG, yakni Meteorology Early Warning System (MEWS) dan Tsunami Early Warning System (TEWS). Kedua sistem ini menjadi tulang punggung dalam penyampaian informasi peringatan dini yang cepat, tepat, dan dapat ditindaklanjuti oleh masyarakat maupun pemangku kepentingan.
Melalui program ini, BMKG berharap kapasitas peserta semakin kuat dalam mengembangkan layanan iklim yang mendukung empat sektor vital, yaitu pangan, energi, air, dan kesehatan. Hal ini sejalan dengan upaya global untuk menutup kesenjangan (early warning gap) dalam membangun ketahanan iklim lintas negara.
Adapun peserta pelatihan berasal dari berbagai negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara, antara lain Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Indonesia, Lao People’s Democratic Republic (Lao PDR) atau Laos , Malaysia, Maladewa, Myanmar, Pakistan, dan Filipina.