
Kembali ke Siaran Pers
Indonesia Dorong Percepatan Sistem Peringatan Dini Global dalam Kongres Luar Biasa WMO
31 October 2025
Dwi Herlambang
Siaran Pers

SIARAN PERS
Jenewa, Swiss (31 Oktober 2025) – Indonesia menegaskankomitmennya untuk memperkuat sistem peringatan dini global dalam menghadapi peningkatan potensi bahayahidrometeorologi akibat perubahan iklim. Komitmen tersebutdisampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, dalam Kongres LuarBiasa Organisasi Meteorologi Dunia (WMO Extraordinary Congress/Cg-Ext) yang diselenggarakan di Jenewa, Swiss baru-baru ini.
Kongres ini merupakan forum istimewa yang diadakan di antarasesi reguler empat tahunan WMO untuk merumuskan keputusanstrategis dari 193 negara anggota, khususnya terkait percepatanimplementasi sistem peringatan dini global (Global Early Warning System) yang lebih tangguh, adaptif, dan inklusif.
Kepala BMKG selaku Permanent Representative Indonesia untuk WMO memimpin langsung delegasi Indonesia yang terdiri dari Deputi Bidang Klimatologi, Direktur InformasiPerubahan Iklim, dan Direktur Meteorologi Publik. Dalamforum tersebut, Dwikorita menegaskan pentingnya memperkuatkerja sama global untuk mempercepat transformasi sistemperingatan dini menjadi mekanisme aksi dini (early action mechanism) yang berorientasi pada perlindungan masyarakat.
“Sistem peringatan dini tidak boleh berhenti hanya pada tahappenyampaian informasi. Informasi tersebut harus segeraditerjemahkan menjadi tindakan dini yang menyelamatkannyawa dan mengurangi potensi kerugian,” tegas Dwikorita.
Dwikorita menjelaskan bahwa sistem peringatan dini yang efektif harus berdiri di atas empat pilar utama inisiatif Early Warnings for All (EW4All), yaitu, pengetahuan risiko, pemantauan dan peringatan teknis, diseminasi informasi yang mudah dipahami, serta kesiapsiagaan untuk bertindak.
Menurut Dwikorita, keempat pilar ini harus berjalan sinergismembentuk satu rantai operasional yang utuh — mulai darianalisis risiko, penyusunan prakiraan berbasis dampak (Impact-Based Forecasting/IBF), hingga koordinasi lintas lembaga untukmemastikan pengambilan keputusan yang cepat di lapangan.
Penguatan Sistem Multi-Bahaya dan Pemanfaatan KecerdasanBuatan
Indonesia menilai bahwa transisi dari “early warning” menuju“early action” hanya dapat terwujud jika sistem peringatan dinimulti-bahaya (Multi-Hazard Early Warning System/MHEWS) diperkuat secara berkelanjutan.
BMKG terus mengembangkan sistem peringatan dini yang terintegrasi dan berbasis risiko, sehingga setiap prakiraan cuacaekstrem, gelombang tinggi, atau potensi bahaya lainnya dapatsegera direspons dengan langkah mitigasi konkret sebelumdampaknya meluas.
Selain percepatan EW4All, Kongres juga menyorotipemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk meningkatkan akurasi prakiraan cuaca dan mempersempitkesenjangan digital, khususnya di wilayah tropis dan kepulauanyang masih terbatas dalam data observasi.
“Integrasi AI dalam sistem prakiraan global diharapkan mampumempercepat deteksi, memperluas jangkauan layanan, dan memperkuat kemampuan negara-negara berkembang untukmengambil keputusan berbasis bukti ilmiah,” ujar Dwikorita.
Sementara itu, dalam kongres tersebut juga dihasilkan Resolusitentang Implementasi Monitoring Gas Rumah Kaca Global (Global Greenhouse Watch). Dalam penyusunan resolusitersebut, delegasi Indonesia memberikan masukan penting agar keseimbangan antara koordinasi global dan kemampuanimplementasi pada tingkat negara untuk terlaksana.
Dwikorita menekankan bahwa penguatan kapasitas negara anggota, interoperabilitas data, dan kesetaraan akses terhadapinfrastruktur observasi menjadi prasyarat utama dalammewujudkan sistem pemantauan global yang berkeadilan.
Selain itu, WMO juga menyoroti penguatan WMO Coordination Mechanism (WCM) sebagai wadah kolaborasi global untukmendukung kesiapsiagaan di negara-negara yang rentan dan terdampak konflik melalui dukungan teknis dan peningkataninteroperabilitas sistem nasional dan regional.
Tahun 2025 juga menandai 75 tahun berdirinya WMO, sekaligusmenjadi momentum refleksi bagi seluruh negara anggota untukmenata masa depan sistem peringatan global yang lebih inklusifdan adaptif terhadap tantangan iklim.
“Indonesia berkomitmen untuk terus memperkuat pembangunansistem peringatan dini multi-bahaya yang tangguh, inklusif, dan berbasis tindakan nyata. Upaya ini bukan hanya untukmeningkatkan kapasitas nasional, tetapi juga memperkuatkolaborasi regional di bawah WMO Regional Association V (South-West Pacific),” imbuh Dwikorita.
Di luar persidangan Kongres, BMKG juga melakukanserangkaian pembicaraan khusus dengan China Meteorological Administration (CMA) sebagai tindak lanjut kerja sama bilateral kedua lembaga. Pembicaraan ini mencakup upaya penguatankapasitas sumber daya manusia dan teknologi di bidangArtificial Intelligence (AI), serta penerapan AI untukmemperkuat kecepatan, ketepatan, dan akurasi sistem peringatandini multi-bahaya (Multi-Hazard Early Warning System/MHEWS).
Selain itu, kerja sama juga diarahkan pada penguatan sistemobservasi cuaca melalui pemanfaatan satelit Feng Yun yang akanmendukung peningkatan keandalan data observasi meteorologi, khususnya di wilayah tropis dan kepulauan seperti Indonesia.
“Kerja sama dengan CMA menjadi langkah penting untukmempercepat transfer teknologi dan penguatan kapasitas SDM Indonesia di bidang AI dan observasi atmosfer. Kolaborasi inidiharapkan memperkuat sistem peringatan dini nasional agar semakin cepat, akurat, dan terintegrasi,” pungkas Dwikorita.(*)
Biro Hukum, Hubungan Masyarakat, dan Kerja Sama
Instagram : @infoBMKG
X : @infoBMKG @InfoHumasBMKG
Facebook : InfoBMKG
Youtube : infoBMKG
Tiktok : infoBMKG