
Kembali ke Prospek Cuaca Mingguan
Prospek Cuaca Mingguan Periode 13 – 19 Juni 2025: Kemarau Datang, Hujan Masih Bertahan: Waspadai Perubahan Cuaca Sepekan ke Depan
12 June 2025
Praditya Tito Yosandi
Prospek Cuaca Mingguan

Kemarau Datang, Hujan Masih Bertahan: Waspadai Perubahan Cuaca Sepekan ke Depan
BMKG menganalisis bahwa persentase wilayah Indonesia yang sudah benar-benar memasuki musim kemarau baru mencapai 15% dari total ZOM. Hal ini mengindikasikan masih tingginya kejadian hujan di tanah air dalam beberapa hari terakhir. Di sisi lain, BMKG memantau keberadaan Siklon Tropis Wutip di Laut China Selatan timur Vietnam yang cenderung menarik massa udara dan mengurangi potensi hujan di sejumlah wilayah Indonesia bagian barat. Meskipun secara umum potensi hujan berkurang, beberapa wilayah masih menunjukkan aktivitas hujan yang cukup signifikan akibat pengaruh sejumlah dinamika atmosfer yang masih aktif.
Data pengamatan BMKG menunjukkan bahwa hujan dengan intensitas lebat hingga ekstrem masih terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Pada tanggal 6 Juni 2025, hujan sangat lebat tercatat di Stasiun Rahadi Oesman, Kalimantan Barat dengan curah hujan sebesar 125 mm/hari. Hujan ekstrem terjadi pada 7 Juni 2025 di Stasiun Meteorologi Kuffar, Maluku dengan intensitas mencapai 158 mm/hari. Pada tanggal 8 Juni 2025, Stasiun Meteorologi Juanda, Jawa Timur mencatat hujan sangat lebat sebesar 114 mm/hari. Hujan lebat juga teramati di Stasiun Meteorologi Beto Ambari, Sulawesi Tenggara pada 9 Juni 2025 dengan curah hujan 97 mm/hari, dan kembali terjadi hujan sangat lebat di Stasiun Maritim Ambon, Maluku pada 10 Juni 2025 dengan curah hujan 105 mm/hari. Kejadian-kejadian ini mencerminkan bahwa masih adanya fenomena atmosfer yang aktif dan berpotensi memicu cuaca ekstrem, meskipun secara klimatologis beberapa wilayah telah memasuki musim kemarau.
Secara spasial, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) teridentifikasi di Samudra Hindia barat Sumatra hingga wilayah daratan Sumatra bagian tengah, seperti Riau, Kep. Riau, dan Jambi. Aktivitas gelombang ekuator juga terpantau signifikan mempengaruhi pola cuaca di wilayah Indonesia. Gelombang Rossby Ekuator aktif dari Samudra Hindia hingga Laut Filipina, Gelombang Kelvin terpantau dari barat daya Banten hingga Sulawesi bagian barat, dan gelombang Low Frequency juga persisten di wilayah selatan Indonesia seperti NTB, NTT, hingga Papua. Faktor-faktor ini diperkuat oleh suhu muka laut (SST) yang hangat dengan nilai anomali –0.5°C hingga +2.3°C di sejumlah perairan Indonesia, sehingga meningkatkan massa uap air atmosfer. Intrusi udara kering dari selatan juga memperkuat ketidakstabilan atmosfer di sebagian wilayah Indonesia, khususnya di NTT, Maluku bagian selatan, dan Papua Selatan. Peningkatan kecepatan angin permukaan (>25 knot) di Laut Andaman, Laut Banda, Laut Jawa, dan Laut Arafura juga perlu diperhatikan, mengingat dampaknya yang mampu meningkatkan potensi gelombang laut tinggi sehingga dapat mempengaruhi aktivitas pelayaran dan kelautan.
Melihat kondisi atmosfer yang masih relatif dinamis, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi yang masih ada meskipun beberapa wilayah telah memasuki musim kemarau. BMKG terus menekankan pentingnya memantau informasi cuaca dari sumber resmi secara berkala dan mengambil langkah mitigasi yang diperlukan guna mengantisipasi serta mengurangi dampak risiko bencana hidrometeorologi di wilayah masing-masing.
Dinamika Atmosfer Sepekan ke Depan
Dalam sepekan ke depan, Indeks Monsun Australia diprakirakan menguat. Kondisi ini mengindikasikan peningkatan aliran massa udara kering dari Australia menuju wilayah Indonesia bagian selatan yang berpotensi menyebabkan berkurangnya curah hujan dan mendorong perluasan wilayah yang memasuki musim kemarau, khususnya di wilayah Jawa bagian selatan, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian Kalimantan bagian selatan.
Siklon Tropis Wutip yang berada di Laut China Selatan timur laut Vietnam dengan kecepatan angin maksimum 50 knot, tekanan udara minimum 985 mb, dan pergerakan ke arah utara–timur laut juga berkontribusi terhadap dinamika atmosfer di wilayah Indonesia. Sistem ini menyebabkan pertemuan angin (konfluensi) di wilayah Laut China Selatan tenggara Vietnam dan menarik massa udara di wilayah Indonesia bagian barat, sehingga mengurangi potensi hujan. Namun demikian, prediksi curah hujan dasarian untuk periode Juni I hingga Juni III 2025 menunjukkan bahwa sejumlah wilayah masih berpotensi mengalami curah hujan kategori tinggi hingga sangat tinggi (>150 mm/dasarian), terutama di sebagian wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat Daya, dan Papua Tengah.
Aktivitas dinamika atmosfer juga masih cukup signifikan. Kombinasi gelombang atmosfer seperti gelombang Kelvin, Rossby Ekuator, dan Low Frequency diprakirakan aktif secara bersamaan di beberapa wilayah, berkontribusi terhadap peningkatan potensi pembentukan awan konvektif dan hujan intensitas sedang hingga lebat, terutama pada siang hingga sore hari. Sementara itu, sirkulasi siklonik dan daerah konvergensi yang memanjang dari Sumatra hingga Papua serta konfluensi angin di sejumlah perairan Indonesia masih berkontribusi pada pertumbuhan awan hujan. Labilitas lokal kuat juga mendukung proses konvektif di banyak wilayah, mulai dari Sumatra, sebagian besar Kalimantan dan Sulawesi, hingga kawasan timur Indonesia, sehingga masih perlu diwaspadai potensi cuaca signifikan di sebagian wilayah indonesia. Peningkatan kecepatan angin permukaan diprakirakan terjadi di beberapa wilayah perairan, diantaranya Laut Andaman, Samudra Hindia selatan Jawa, Laut Jawa, dan Laut Arafuru. Kondisi ini turut meningkatkan potensi gelombang tinggi, dengan ketinggian berkisar antara 2.5 hingga 4 meter.
Prospek Cuaca Sepekan ke Depan
Periode 13 – 15 Juni 2025
Cuaca di Indonesia umumnya didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah dan Papua Selatan.
Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:
- Siaga (Hujan lebat) : Sumatera Utara, Papua Pegunungan dan Papua.
- Angin Kencang : Aceh, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan Maluku.
Periode 16 – 19 Juni 2025
Cuaca di Indonesia umumnya didominasi cerah berawan hingga hujan ringan. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Sumatera Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua dan Papua Selatan.
Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:
- Siaga (Hujan lebat) : Papua Pegunungan.
- Angin Kencang : NTB, NTT, Maluku dan Papua Selatan.
Prospek di atas merupakan kondisi secara umum. Untuk informasi cuaca lebih detail dapat diakses melalui website BMKG, aplikasi mobile infoBMKG dan sosial media @infoBMKG.
Imbauan
Menghadapi potensi cuaca ekstrem dalam beberapa waktu kedepan, BMKG mengimbau masyarakat untuk:
- Menggunakan pelindung/tabir surya untuk menghindari paparan langsung sinar matahari.
- Menjaga kecukupan cairan tubuh terutama bagi yang beraktivitas di luar ruangan saat siang hari supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan, dan dampak buruk lainnya.
- Waspada terhadap kemungkinan hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir.
- Menjauhi wilayah terbuka ketika terjadi hujan yang disertai petir, serta menjauhi pohon, bangunan dan infrastruktur yang sudah rapuh ketika terjadi hujan yang disertai angin kencang.
- Siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat terjadi kapan saja.
- Memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web http://www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi infoBMKG.
Tetap tenang dan siaga menghadapi perubahan cuaca ekstrem, serta pahami langkah evakuasi jika diperlukan. Informasi ini akan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan cuaca terbaru.
Catatan: Informasi ini telah melalui proses penyuntingan dan pembaruan tanggal 12 Juni 2025, 15.00 WIB.
Jakarta, 12 Juni 2025
Direktorat Meteorologi Publik BMKG
– Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.