Kembali ke Berita Utama

Perkuat Sinergi Menuju Ekosistem yang Berkelanjutan, BMKG Gelar Rakornas Modifikasi Cuaca 2025

16 October 2025

Ibrahim

Berita Utama

Perkuat Sinergi Menuju Ekosistem yang Berkelanjutan, BMKG Gelar Rakornas Modifikasi Cuaca 2025

Jakarta, 15 Oktober 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Deputi Bidang Modifikasi Cuaca menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Modifikasi Cuaca Tahun 2025 di Auditorium Gedung A BMKG, Jakarta, Rabu (15/10). Mengusung tema “Memperkuat Sinergi Pelaksana, Pengguna, Akademisi, dan Support System dalam Ekosistem Modifikasi Cuaca yang Berkelanjutan”, kegiatan ini mempertemukan pelaksana operasi, akademisi, regulator, dan pengguna jasa modifikasi cuaca dari seluruh Indonesia. Tujuannya untuk memperkuat kolaborasi menghadapi tantangan perubahan iklim yang kian kompleks. Dalam sambutannya, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan rasa bangga atas kontribusi nyata Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) bagi bangsa.

“OMC telah menjadi garda terdepan dalam mitigasi bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan dan lahan. Lebih dari itu, OMC juga mendukung ketahanan air dan pangan nasional melalui pengisian waduk strategis dan irigasi pertanian,” ujar Dwikorita. Ia mencontohkan keberhasilan sinergi operasi modifikasi cuaca di Provinsi Kalimantan Barat dalam menekan kebakaran hutan dan lahan.  

“Sinergi itu terlaksana dan Alhamdulillah berhasil mengatasi kebakaran lahan dan hutan di Kalimantan Barat. Sinergi dilakukan bersama TNI, operator, pemerintah daerah, hingga dengan Presiden. Operasinya pun dilakukan berdasarkan prediksi BMKG,” jelasnya. Meski begitu, Dwikorita mengingatkan bahwa tantangan ke depan akan semakin berat. Perubahan iklim global kini bukan sekadar isu, tetapi realitas yang dampaknya semakin nyata di berbagai sektor.

“Kita menghadapi cuaca ekstrem, perubahan pola curah hujan, dan meningkatnya ketidakpastian iklim. Bahkan, titik panas kini muncul di wilayah yang sebelumnya tidak rawan, termasuk sekitar kawasan IKN,” ungkapnya. Ia juga menekankan pentingnya memperkuat koordinasi lintas lembaga dan pemerataan kapasitas teknologi di daerah. Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2024, yang menegaskan peran BMKG sebagai regulator utama dalam tata kelola operasi modifikasi cuaca nasional. 

Sebagai institusi pembina, BMKG berkomitmen memperkuat ekosistem modifikasi cuaca melalui lima arah kebijakan strategis, yaitu:

  • Standardisasi dan sertifikasi tata kelola operasi;
  • Penguatan koordinasi lintas lembaga;
  • Akselerasi riset dan inovasi teknologi;
  • Peningkatan kapasitas SDM dan infrastruktur;
  • Digitalisasi serta integrasi data atmosfer.

“Melalui Rakornas ini, kita selaraskan arah kebijakan, evaluasi capaian, dan rumuskan rekomendasi konkret. Rakornas bukan sekadar rapat koordinasi, tapi momentum untuk meneguhkan komitmen bersama,” tegas Dwikorita.

Sementara itu, dalam laporannya, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat tata kelola dan kolaborasi antar-pihak dalam penyelenggaraan modifikasi cuaca nasional. Seto melaporkan bahwa sepanjang Juni 2024 hingga September 2025, telah dilaksanakan 90 operasi modifikasi cuaca (OMC) di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 15 operasi dilaksanakan oleh BMKG, sementara 75 lainnya oleh operator swasta di bawah supervisi BMKG.

“Operasi ini mencakup berbagai misi strategis nasional, mulai dari mitigasi bencana hidrometeorologi, pembasahan gambut dan penanganan karhutla, pengisian waduk, hingga dukungan kegiatan kenegaraan. Ini membuktikan bahwa modifikasi cuaca telah menjadi bagian penting dari sistem ketahanan nasional,” ujar Seto. Ia menegaskan, keberhasilan OMC tidak bisa dicapai oleh satu pihak saja. Justru, diperlukan  ekosistem yang kuat antara pelaksana, pengguna, akademisi, dan sektor pendukung agar operasi lebih efektif dan berkelanjutan. “Kita ibarat ‘Semut Ireng’ yang kecil tapi bekerja bersama menembus baja. Artinya, dengan gotong royong dan semangat kolaborasi, kita bisa mewujudkan modifikasi cuaca Indonesia yang jaya,” tutup Seto

Rakornas 2025 juga menghadirkan narasumber dari berbagai lembaga strategis, seperti WMO Expert Team for Weather Modification, BRIN, BNPB, Kementerian PUPR, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, A3I, serta operator nasional. Forum ini dibagi menjadi tiga sesi utama, yakni arah kebijakan nasional dan perkembangan global, forum kebutuhan pengguna layanan, serta sesi riset dan inovasi teknologi modifikasi cuaca masa depan. Melalui Rakornas 2025, BMKG memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan untuk menghadapi era baru pengelolaan cuaca dan iklim. Forum ini diharapkan menghasilkan rekomendasi dan langkah strategis untuk memperkuat kapasitas nasional di bidang modifikasi cuaca, sebagai bagian dari solusi ilmiah menghadapi perubahan iklim serta menjaga ketahanan air dan pangan Indonesia.

Berita Utama Lainnya

Kongres Kedua A3I Menyikapi Potensi Hidrometeorologi dan Menetapkan Pengurus Baru Periode 2025–2028

Kongres Kedua A3I Menyikapi Potensi Hidrometeorologi dan Menetapkan Pengurus Baru Periode 2025–2028

Perkuat Sinergi Menuju Ekosistem yang Berkelanjutan, BMKG Gelar Rakornas Modifikasi Cuaca 2025

Perkuat Sinergi Menuju Ekosistem yang Berkelanjutan, BMKG Gelar Rakornas Modifikasi Cuaca 2025

BMKG Tandatangani Project Completion Infrastruktur ICT dan Sistem Pemrosesan Data Proyek IDRIP

BMKG Tandatangani Project Completion Infrastruktur ICT dan Sistem Pemrosesan Data Proyek IDRIP