Kembali ke Berita Utama

Pengukuhan Guru Besar ITERA, BMKG Apresiasi Peran Akademisi dalam Membangun Ketangguhan Iklim dan Kebencanaan

03 May 2025

Kholis Nur Cahyo

Berita Utama

Pengukuhan Guru Besar ITERA, BMKG Apresiasi Peran Akademisi dalam Membangun Ketangguhan Iklim dan Kebencanaan

Bandar Lampung, 03 Mei 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan apresiasi terhadap peran ilmuwan dalam penguatan mitigasi bencana dan ketahanan iklim nasional. Hal tersebut disampaikan oleh Plt. Kepala BMKG, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., saat memberikan sambutan dalam acara Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Sabtu (3/5).

Dwikorita menyampaikan rasa bangganya atas kontribusi luar biasa dua tokoh yang dikukuhkan sebagai guru besar, yakni Prof. Harkunti Pertiwi Rahayu, Ph.D., dan Prof. Ibnu Syabri, B.Sc., M.Sc., Ph.D. Menurutnya, kedua orasi yang disampaikan bukan hanya inspiratif, tetapi juga menawarkan arah konkret dalam membangun ketangguhan bangsa menghadapi ancaman bencana dan perubahan iklim.

“Dua orasi tadi sungguh visioner dan sangat relevan. Saya membayangkan hasil riset keduanya dapat melahirkan strategi evakuasi yang jitu dan saling melengkapi, untuk mewujudkan zero victims akibat bencana maupun dampak perubahan iklim,” ungkap Dwikorita di hadapan akademisi dan tamu undangan.

BMKG menilai, tantangan perubahan iklim saat ini berlangsung dalam skala dan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Berdasarkan data pengamatan BMKG dan pengamatan global, suhu permukaan bumi telah meningkat lebih dari 1,5°C sejak 1980. Jika tidak segera dilakukan upaya mitigasi secara serius, suhu global diprediksi dapat meningkat hingga 3–3,5°C pada akhir abad ini.

“Kita sedang berada dalam fase perubahan iklim paling cepat dalam sejarah umat manusia. Kalau dulu butuh ratusan juta tahun untuk terjadi pemanasan global, sekarang hanya dalam 30 tahun sudah naik lebih dari 1,5 derajat. Ini sebanding dengan periode punahnya dinosaurus,” ungkapnya.

Lebih lanjut, upaya mitigasi tidak bisa hanya bertumpu pada lembaga pemerintah saja namun memerlukan sinergi antara akademisi, masyarakat, dan pelaku industri. Dalam hal ini, BMKG memandang pentingnya integrasi riset dan inovasi dari perguruan tinggi sebagai landasan ilmiah dalam pengambilan kebijakan publik.

“Kami di BMKG belajar dari jutaan tahun siklus secara klimatologi, tetapi harus bertindak dalam hitungan detik. Oleh karena itu, sinergi dengan riset-riset strategis dari perguruan tinggi sangat penting untuk meningkatkan akurasi dan kecepatan sistem peringatan dini,” ujar Dwikorita.

Di sisi lain, Dwikorita menyampaikan apresiasi atas peran aktif Prof. Harkunti dalam pengembangan komunitas tangguh bencana yang diakui secara internasional. Salah satunya melalui inisiasi pembentukan lebih dari 20 komunitas tsunami ready di Indonesia yang diakui UNESCO, serta peran penting beliau dalam penyusunan peta bahaya tsunami dan pedoman sistem peringatan dini berbasis komunitas dengan standar internasional (ISO).

BMKG berharap pencapaian guru besar ini dapat menginspirasi generasi muda dan mendorong peningkatan kapasitas nasional dalam membangun ketahanan iklim dan kebencanaan. “Semoga sinergi antara BMKG, perguruan tinggi, dan seluruh pemangku kepentingan terus berlanjut, agar kita tidak mengalami nasib seperti dinosaurus yang punah karena tak mampu beradaptasi,” pungkasnya.

Berita Utama Lainnya

Pengukuhan Guru Besar ITERA, BMKG Apresiasi Peran Akademisi dalam Membangun Ketangguhan Iklim dan Kebencanaan

Pengukuhan Guru Besar ITERA, BMKG Apresiasi Peran Akademisi dalam Membangun Ketangguhan Iklim dan Kebencanaan

BMKG Imbau Masyarakat Pesisir Waspada dan Siaga Hadapi Potensi Banjir Rob

BMKG Imbau Masyarakat Pesisir Waspada dan Siaga Hadapi Potensi Banjir Rob

Apel Nasional Karhutla 2025: BMKG Siagakan Data dan Informasi untuk Mitigasi Dini

Apel Nasional Karhutla 2025: BMKG Siagakan Data dan Informasi untuk Mitigasi Dini