
Kembali ke Berita Utama
Kawal Libur Nataru, BMKG dan Kemenko Infrawil Perkuat Sinergi Mitigasi Cuaca Ekstrem
22 December 2025
Annisa Amalia Zahro
Berita Utama

Jakarta, 22 Desember 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersinergi dengan Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko Infrawil) untuk menjamin keselamatan dan kelancaran mobilitas masyarakat selama periode Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru). Langkah strategis ini difokuskan pada penguatan sistem peringatan dini dan koordinasi lintas pemangku kepentingan demi menjamin perjalanan aman dan nyaman masyarakat.
Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani menjelaskan bahwa sejumlah fenomena atmosfer aktif secara bersamaan pada periode Nataru kali ini. Monsun Asia, Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang atmosfer, hingga fenomena La Nina Lemah dan IOD Negatif diprakirakan akan meningkatkan potensi curah hujan tinggi, angin kencang, dan gelombang tinggi.
“Perlu diwaspadai curah hujan dengan intensitas tinggi hingga sangat tinggi (300–500 mm/bulan) di wilayah Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan yang sedang mengalami puncak musim hujan, serta wilayah Kalimantan,” kata Faisal dalam Rapat Koordinasi bersama Kemenko Infrawil di Gedung Command Center MHEWS, Kantor Pusat BMKG, Senin (22/12).
Di sisi lain, BMKG juga terus memantau pergerakan Bibit Siklon Tropis 93S di Samudra Hindia. Meski terpantau menjauhi wilayah Indonesia, bibit ini berpotensi kuat meningkat menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan dan berpotensi memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca.
Namun demikian, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan BMKG terus berkomitmen untuk mengawal keselamatan perjalanan masyarakat selama periode Nataru. Dukungan yang akan diberikan adalah informasi cuaca baik di darat, laut, maupun udara melalui tiga layanan utama yang telah terintegrasi.
BMKG memberikan dukungan terhadap sektor perhubungan melalui informasi cuaca khusus di jalur darat (Digital Weather For Traffic/DWT), laut (Indonesia Weather Information For Shipping/INAWIS), serta udara (System Of Interactive Aviation Meteorology/INA-SIAM). Layanan informasi cuaca penerbangan (flight forecast) yang terintegrasi dalam INA-SIAM menyampaikan peringatan dini mengenai potensi bahaya penerbangan seperti hujan lebat disertai badai petir, abu vulkanik, hingga siklon tropis, sehingga pilot dapat melakukan manuver menghindar atau memilih bandara alternatif dengan aman.
“INAWIS dilengkapi safety score dan telah terintegrasi dengan Kementerian Perhubungan, sehingga operator pelayaran mendapat peringatan dini terkait gelombang tinggi atau angin kencang yang membahayakan pengguna kapal. Perlu diwaspadai apabila safety score berada di bawah angka 50,” kata Guswanto.
Di sisi lain, sebagai langkah konkret pengurangan risiko bencana, BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyiagakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di berbagai wilayah strategis. Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, mengungkapkan bahwa OMC saat ini tengah berlangsung di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Data terkini menunjukkan keberhasilan signifikan dari operasi ini di mana untuk wilayah Jawa Timur, sejak 5 Desember telah dilakukan sebanyak 32 sorti penerbangan dan berhasil mengurangi curah hujan sebesar 26,01%. Sementara di Lampung, sejak 15 Desember telah dilakukan 14 sorti, berhasil mengurangi curah hujan sebesar 33,06%.
“OMC saat ini dilaksanakan bersama BNPB di Provinsi Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Timur sebagai upaya penanggulangan, mitigasi, dan antisipasi potensi cuaca yang dapat memicu bencana hidrometeorologi,” ujarnya.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko Infrawil), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan komitmen pemerintah dalam menjamin keamanan, keselamatan, dan kenyamanan masyarakat selama periode Nataru. Pemerintah menginstruksikan integrasi data cuaca BMKG secara real-time ke seluruh sektor transportasi serta menyiagakan alat berat di titik-titik rawan bencana untuk memastikan mobilitas masyarakat tetap lancar.
Menko AHY menekankan pentingnya sistem peringatan dini (early warning system) bagi para pengawak transportasi laut dan udara, terutama terkait potensi gelombang tinggi dan angin kencang di atas 20 knot.
“Informasi BMKG harus disebarluaskan dengan cepat dan akurat. Kita utamakan faktor keselamatan. Sektor maritim menjadi perhatian khusus karena prediksi pergerakan penumpang ke wilayah Tengah Indonesia mencapai 38,5% dan wilayah Timur sebesar 38,9%,” jelas Menko AHY.
Pun, AHY memberikan apresiasi tinggi atas dedikasi BMKG dalam menyediakan data cuaca yang akurat dan tepercaya. AHY menegaskan bahwa langkah ini merupakan tindak lanjut langsung dari arahan Presiden Prabowo Subianto.
“Sebagaimana arahan Presiden Prabowo Subianto, saya menitip pesan agar semua memitigasi, mengantisipasi, dan mewaspadai cuaca di akhir tahun ini sehingga perjalanan masyarakat semakin aman, nyaman, menyenangkan, dan semakin terjangkau,” pungkasnya.
Melalui koordinasi lintas sektoral ini, BMKG berharap risiko hambatan logistik dan transportasi dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga masyarakat dapat merayakan momentum pergantian tahun dengan aman dan lancar.









