
Kembali ke Berita Utama
BMKG dan Pemprov Sumut Satukan Langkah Siapkan Kesiapsiagaan Hadapi Bencana Geo-Hidrometeorologi
27 September 2025
Fahmi Dendi Saputra
Berita Utama

Jakarta, 26 September 2025 – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menegaskan dalam Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi bahwa karakteristik Sungai Bahorok membuat kawasan tersebut sangat rawan bencana. Rapat koordinasi ini digelar Pemerintah Provinsi Sumatera Utara di Aula Kantor Camat Bahorok, Kabupaten Langkat, Jumat (26/9). Kegiatan dihadiri Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution dan Bupati Langkat,Syah Afandin sementara Kepala BMKG, Dwikorita hadir secara virtual melalui Zoom Meeting.
Dalam arahannya, Dwikorita menjelaskan bahwa Sungai Bahorok memiliki ciri khas berbahaya. Di bagian hilir, sungai melebar hingga hampir satu kilometer dengan pulau-pulau pasir yang kini menjadi permukiman dan lokasi wisata. Namun, semakin ke hulu, lebar sungai menyempit hanya beberapa meter dengan tebing curam yang rawan longsor.
Kondisi ini, Dwikorita menerangkan, kerap menyebabkan longsoran tanah dan kayu menumpuk di hulu, membentuk bendung alamiah. Ketika hujan deras turun, bendung tersebut bisa jebol sewaktu-waktu. “Akibatnya, air dan material longsor meluncur deras ke hilir, meskipun di lokasi bencana tidak terjadi hujan,” jelasnya.
BMKG juga menemukan bahwa gempa-gempa kecil turut memperbesar risiko bencana. Meski tidak dirasakan masyarakat, gempa dengan magnitudo 2,5–3,2 dapat memicu puluhan hingga ratusan titik longsor di lereng terjal. “Inilah yang mempercepat terbentuknya bendung alamiah. Maka, inspeksi hulu sungai sangat penting dilakukan sebelum puncak musim hujan,” tambahnya.
Sebagai langkah mitigasi, BMKG merekomendasikan kerja terpadu antara BPBD, Balai Wilayah Sungai, PU, dan tim SAR. Jika ditemukan bendung alami di hulu, material kayu dan tanah harus segera ditangani agar tidak menimbulkan bahaya lebih besar. “Lebih baik dikendalikan sejak dini daripada menunggu jebol tiba-tiba,” ujarnya.
Selain sistem peringatan dini berbasis radar cuaca, Dwikorita menekankan pentingnya kearifan lokal dalam membaca tanda-tanda alam. “Jika air sungai mendadak keruh, berwarna coklat, membawa kayu atau kerikil, itu tanda banjir bandang sudah terjadi di hulu. Masyarakat harus segera menjauh dari sungai dan mencari tempat yang lebih tinggi,” tegasnya.
Sementara itu, Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas perhatian BMKG dan seluruh instansi terkait. Ia mengingatkan kembali tragedi banjir bandang Bahorok pada 2003 yang menelan 157 korban jiwa, 82 orang hilang, dan ribuan warga terdampak. “Dengan semakin berkembangnya wisata sungai di Bahorok, mitigasi harus lebih kuat agar tidak terjadi lagi korban besar,” kata Gubernur.
Bobby menambahkan, Pemprov Sumut telah mengeluarkan Instruksi Gubernur tentang kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi. Instruksi tersebut mewajibkan BPBD mengoptimalkan peringatan dini, menyiapkan sarana evakuasi, meningkatkan patroli di wilayah rawan, serta melibatkan masyarakat, dunia usaha, dan relawan kebencanaan.
Menurutnya, langkah kolektif lintas sektor menjadi kunci dalam menghadapi risiko bencana. “Kami berterima kasih kepada Bupati Langkat, Forkopimda, hingga relawan yang sudah hadir. Kesiapsiagaan bersama adalah cara terbaik untuk melindungi masyarakat dari bahaya banjir bandang,” tutur Gubernur.
Dwikorita menutup arahannya dengan menggambarkan kondisi Sungai Bahorok yang rawan banjir bandang. “Kami menelusuri sungai ini, lebarnya hampir satu kilometer, dan di tengahnya muncul pulau-pulau pasir yang kini berkembang menjadi permukiman serta lokasi wisata’’tegasnya
Lebih lanjut Dwikorita mengatakan “di bagian hulu, sungai menyempit hanya beberapa meter dengan tebing curam yang penuh longsoran. Material kayu dan tanah yang menumpuk di lembah sempit berpotensi membentuk bendung alamiah. Ketika hujan deras turun, bendung itu bisa jebol seketika dan meluncur deras ke hilir meskipun di lokasi bencana tidak terjadi hujan. Inilah fenomena banjir bandang di Bahorok yang harus kita waspadai bersama, apalagi memasuki puncak musim hujan pada November mendatang,” tutupnya.