Kembali ke Berita

Siswa Sekolah Alam Bekasi Rasakan Tegangnya Gempa Bumi di Simulator BMKG, Apa yang Harus Dilakukan?

04 June 2025

Risnaeni

Berita

Siswa Sekolah Alam Bekasi Rasakan Tegangnya Gempa Bumi di Simulator BMKG, Apa yang Harus Dilakukan?

Puluhan siswa Sekolah Alam Bekasi mengenal lebih dalam tentang gempa bumi, mulai dari mitigasi hingga simulasi.

Pada kunjungan ke kantor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Jakarta, Rabu, 4 Juni 2025, 27 siswa tersebut mengenal peralatan deteksi gempa di Museum Geofisika BMKG.

Staf Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Efa Endang Setiawati menjelaskan beberapa peralatan legendaris seperti seismograf kinemetriks, seismograf Wiechert, dan seismometer broad band (2002) yang dimiliki BMKG.

Seismograf Wiechert merupakan alat pendeteksi gempa pertama di Indonesia yang dipasang di Jakarta pada 1908.

“Pada tahun ini, alat ini baru mendeteksi komponen horizontal. Bagaimana cara mengetahui kedalaman gempa? Pada 1928 dipasanglah seismograf Wiechert komponen vertikal dan ini sudah bisa mendeteksi kedalaman (komponen vertikal),” terang Efa.

Sistem kerja alat ini mengandalkan bandul besar yang akan bergetar ketika terjadi gempa. Kemudian, gerakan ini beresonansi dan mencatatkan pergerakannya pada seismogram.

Seiring berkembangnya waktu, teknologi geofisika berkembang hingga muncullah seismograf kinemetriks yang bisa mendeteksi gempa tele atau dengan cakupan kejadian lebih jauh.

Adapun para siswa juga berkesempatan mencoba simulator gempa bumi untuk mencoba merasakan situasi ketika gempa bumi terjadi.

Alat simulator tersebut mereka ulang gempa bumi yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 5 Agustus 2018 lalu dengan kekuatan magnitudo 7 SR dan kedalaman 15 kilometer.

Ulfa, staf Bidang Seismologi Teknik Geospasial dan Tanda Waktu mewanti-wanti untuk melindungi diri ketika gempa dirasakan.

Dijelaskannya, gempa umumnya mulai bisa dirasakan manusia ketika magnitudo mencapai 5 SR.

“Ini namanya simulasi, jadi nanti kalau merasakan gempa bumi beneran, diharapkan adik-adik bisa mawas diri untuk melindungi diri sendiri dari berbagai macam hal-hal yang bisa membahayakan, termasuk barang yang jatuh. Makanya kita harus melindungi kepala dahulu yang vital,” tutur Ulfa.

Lebih lanjut, Efa juga menjelaskan upaya perlindungan diri ketika menghadapi gempa dengan menerapkan “drop, cover and hold on”.

“Saat gempa, terutama di dalam ruangan, merunduk dengan posisi tangan melindungi leher dan bagian depan tubuh, masuk kolong meja dan berpegangan. Kalau tidak ada meja, menunggu di sudut tiang atau ceker besi,” paparnya.

Ia juga mengingatkan bahwa mitigasi bencana juga penting dilakukan sebelum terjadinya gempa, yakni dengan menyiapkan tas siaga yang berisi keperluan darurat.

“Sebelum gempa, persiapkan tas siaga bencana, termasuk gempa, yang berisi kotak P3K, masker, makanan ringan, handphone, dokumen berharga, baju, hingga radio,” terangnya.

Salah satu siswa bernama Tisha mengaku merasakan atmosfer ketegangan selama menjajal alat berbentuk ruang kecil yang dilengkapi seperangkat furnitur, seperti meja, kursi, rak, buah-buahan artifisial, lampu gantung, serta gelas.

“Menegangkan, kepala saya sampai kepentok meja,” cetus Tisha.

Di sisi lain kunjungan ini, siswa Sekolah Alam Bekasi juga diajak untuk berkunjung ke Taman Alat milik Stasiun Meteorologi 745 Kemayoran Jakarta Pusat.

Mulai dari termometer suhu udara, panci evaporimeter/penguapan, camble stroke, alat takar hujan, serta actinograf yang berfungsi melakukan pengamatan terhadap cuaca hingga suhu udara.

Berita Lainnya

BMKG Tingkatkan Kapasitas Pemuka Agama dalam Hadapi Tantangan Perubahan Iklim

BMKG Tingkatkan Kapasitas Pemuka Agama dalam Hadapi Tantangan Perubahan Iklim

BMKG dan PT Wirakarya Sakti Teken Kerja Sama Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Karhutla di Jambi dan Sumsel

BMKG dan PT Wirakarya Sakti Teken Kerja Sama Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Karhutla di Jambi dan Sumsel